Wawancara Eksklusif

EKSKLUSIF - Bicara Peluang di Pemilu 2024, Wawali Bontang Najirah: Saya Menunggu Takdir Saja

Bersama Basri Rase, Najirah berhasil menang. Namun di balik kemenangannya, terselip cerita Najirah yang sempat ragu maju ke Pilkada Bontang 2019.

Penulis: Ismail Usman | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM/CAHYO ADI WIDANANTO
Wakil Walikota Bontang Najirah. 

Amanah almarhum itu apa?

Amanah itu ya program-program (semasa kampanye) itu.

Saat beliau (suami) meninggal, Nama Ferza sempat naik untuk gantikan almarhum?

Yah, jadi bapak (Adi Darma) meninggal hari Kamis 1 Oktober, malam waktu itu. Jadi malamnya itu ananda Ferza dihubungi oleh PDIP untuk menanyakan siapa yang harus menggantikan almarhum.

Tadinya Ferza juga diminta untuk menggantikan, waktu itu juga saya menyetujui Almarhum digantikan Ferza untuk maju.

Karena kan ini harus diteruskan perjuangan beliau yang sudah kerja sejak setahun lebih.

Akhirnya malam Jumat, Ferza sempat mengurus juga persyaratannya. Tiba-tiba malam itu juga saya berfikir saat terbangun dari tidur. Karena waktu itu masih syok juga.

Saya keliling ke pekarangan di rumah. Akhirnya dalam pikiran saya, kira-kira Ferza ini bisa menang enggak kalau berpasangan sama pak Basri.

Karena memang Ferza pernah menang di DPRD Provinsi Dapil Bontang Sangatta Berau. Tapi beda dengan saya.

Saya meraih suara lebih banyak dan sudah mendampingi beliau (saat jadi Walikota Bontang 2011-2016). Dari mulai menjabat sampai beliau waktu masa kampanye selama setahun itu juga saya dampingi.

Saya terpikirlah waktu itu, kenapa bukan saya saja yang maju.

Apalagi saya lihat lawannya waktu itu incumbent dan perempuan juga. Makanya saya putuskan buat maju.

Karena suara perempuan juga lebih besar ya. Setelah itu saya bicara ke Ferza.

Dia sempat tidak izinkan saya buat maju. Alasan karena dia anggap saya tidak pernah terjun politik dan menganggap politik itu kejam.

Ferza waktu itu bilang gini, mama tidak usah maju. Saya sudah kehilangan bapak, saya tidak mau nanti ke hilangan mama juga. Kan mama satu-satunya orang tua kami. Ma, politik itu kejam.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved