IKN Nusantara

Istana Wapres di IKN Nusantara Pakai Kayu Eucalyptus, Mampu Hasilkan Listrik Sendiri

Istana Wapres di IKN Nusantara pakai kayu eucalyptus, mampu hasilkan listrik sendiri

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Sandrio

TRIBUNKALTIM.CO - Huma Betang Umai menjadi satu dari dua pemenang desain sayembara Istana Wakil Presiden atau Istana Wapres di IKN Nusantara atau Ibu Kota Nusantara.

Pemenang lainnya adalah konsep Istana Kerakyatan

Dilansir dari Kompas.com, konsep desain Huma Betang Umai dirancang oleh SHAU sebagai lead architects, serta APTA dan Studio Cilaki 45 sebagai partners.

Mereka yang terlibat adalah Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann dari SHAU, Andre Kusprianto dan Priyanto dari APTA, serta Dicky Handrianto dari Studio Cilaki 45.

Untuk pembangunan Istana Wapres, Huma Betang Umai menggunakan material lokal kombinasi beton bertulang dan kayu untuk kekokohan dan kemudahan konstruksi.

Namun, juga tetap ramah dan nyaman menggunakan kayu eucalyptus yang diambil dari lokasi dan kayu bersertifikat lainnya.

Konsepnya pun juga mengedepankan pelestarian pohon-pohon adat, langka, dan endemik seperti pasak bumi, akar kuning, kayu ulin, tengkawang, belimbing ucong, durian merah, serta anggrek hitam dan bulan bintang.

Istana Wapres ini dilengkapi dengan danau retensi untuk menampung air (zero-run off) dengan fungsi rekreatif untuk publik di kaki bukit.

"Sampah dikurangi dan dipilah dan yang organik disalurkan ke biodigester.

Air limbah abu dan hitam dipisah dan dilakukan treatment (perawatan)," tutur Florian.

Untuk bangunan-bangunan kesekretariatan didesain sebagai contoh reformasi birokrasi dengan konsep open office (kantor terbuka).

Tak lupa, ada tribun di lobby sekretariat yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.

Menurut Daliana dan Florian, Huma Betang Umai juga merupakan representasi keramahtamahan yang merupakan kepribadian khas Indonesia.

Sehingga, dibuat tangga monumental dengan taman dan galeri outdoor rekam jejak Wapres dengan funicular untuk akses difabel dan VIP untuk memberikan penghormatan untuk pejalan kaki, serta entrance (pintu masuk) sekretariat di sisi Barat.

Desain ini juga memunculkan kolam reflektif yang menampung air hujan untuk memberikan efek dramatis di sisi utara dan selatan.

Dengan begitu, pintu masuk utama untuk istana dan drop-off (pemberhentian) untuk Wapres dan tamu undangan berada di sisi Timur.

"Kemegahan yang tetap bersahabat adalah pesan yang ingin disampaikan," sambung Daliana dan Florian.

Keduanya berpendapat, aspek keberlanjutan dan sirkuler harus menjadi norma baru di IKN.

"Bahkan, kalau bisa ke arah karbon negatif dan regeneratif untuk memberikan contoh bagi kota-kota lain di dunia," tutur merek.

Atap istana Huma Betang Umai juga dapat mengakomodasi 4.000 buah panel surya 500 watt dengan peak power sebesar 2.000 kilo watt peak (kWP).

Artinya, ini menghasilkan energi 2.800 mega watt hour (mWH) per tahun (dengan data 1.400 kWh/kWp/tahun).

Jadi, dapat menyediakan listrik terbarukan sebesar 125 persen untuk bangunan istana, termasuk bagi rumah dan kantor Wapres.

Ini dalam kata lain, masih terdapat surplus sebesar 25 persen yang dapat disalurkan ke bangunan sekretariat.

Alasannya, penghawaan alami tidak selalu cukup nyaman di hari-hari panas di IKN, maka untuk mencapai suhu 25 derajat celsius-27 derajat celsius diperlukan sistem hybrid kipas angin dan AC untuk mencapai kenyamanan optimal.

"Kebutuhan listrik ini sudah diperhitungkan cukup menggunakan panel surya dari atap istana, mereferensi konsumsi energi bangunan National University of Singapore (NUS) yaitu SDE4, sebagai contoh bangunan hijau dengan penggunaan AC hybrid di Singapura," tutup Daliana. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved