Ekonomi dan Bisnis

Harga Telur Naik, DPR Tuding karena Konflik Rusia vs Ukraina hingga Pasokan yang Minim

Kenaikan harga telur di berbagai daerah di Indonesia mendapat sorotan dari anggota DPR RI. Belakangan harga telur mahal

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
ILUSTRASI Butiran telur, pasokan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Kenaikan BBM akan menaikan biaya transportasi baik pada rantai pemasaran telur maupun pakan ayam. TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Kenaikan harga telur di berbagai daerah di Indonesia mendapat sorotan dari anggota DPR RI. 

Pihaknya memberikan catatan dan faktor yang melatarbelakangi harga telur naik tajam. 

Dijelaskan oleh Anggota Komisi VI DPR Amin Ak pada Jumat 26 Agustus 2022. 

Kondisi kenaikan harga telur tersebut, Amin melihat terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan saat ini.

Baca juga: Harga Telur di Balikpapan dan Kutai Timur Alami Kenaikan, Bisa Capai Rp 65 Ribu per Piringnya

"Penyebab lain kenaikan harga telur, disebabkan naiknya harga pakan dengan kenaikan hingga 30 persen dari sebelumnya," tutur Politikus PKS itu.

Adapun kenaikan harga pakan, Amin mengatakan, dikarenakan kenaikan harga jagung, yang mana kegiatan impor komoditas tersebut masih cukup besar dan juga harga gandum akibat konflik Rusia vs Ukraina.

"Gandum merupakan campuran pakan ayam. Dampak kenaikan harga telur, akan meningkatkan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat akibat nilai uang yang tergerus," paparnya.

Pemerintah khususnya Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan diminta segera mengatasi penyebab naiknya harga telur ayam yang saat ini masih di atas Rp 30.000 per kilogram (kg).

Baca juga: Harga Telur Ayam di Balikpapan Naik, Tembus ke Angka Rp 69 Ribu per Piring

Anggota Komisi VI DPR Amin Ak mengungkap sejumlah penyebab kenaikan harga telur di antaranya, meningkatnya permintaan atau konsumsi telur di masyarakat.

"Konsumsi telur sudah meningkat ke level permintaan seperti sebelum pandemi Covid-19," kata Amin, Jumat (26/8/2022).

"Telur bukan hanya penting bagi perbaikan gizi masyarakat, namun juga bagi kelangsungan usaha sejumlah pelaku UMKM. Jika terlambat dikendalikan, dikhawatirkan banyak UMKM yang berhenti beroperasi," sambung Amin.

Di sisi lain, kata Amin, pasokan atau produksi telur terutama di sentra-sentra produksi belum pulih setelah dihantam pandemi.

Baca juga: Harga Telur Meroket, Konsumen Banyak yang Kaget hingga Rp 40 Ribu per Kg

Pada September 2021, harga telur ayam sempat anjlok hingga menyentuh Rp 14.000 per kg, bahkan di Blitar yang merupakan sentra produsen telur mencapai Rp 13.000 per kg.

Amin melihat, kondisi tersebut menyebabkan banyak peternak mandiri yang menutup usahanya karena mengalami kerugian besar.

"Saat ini belum semua peternak mandiri bangkit dan kembali memproduksi telur ayam," ucap Amin.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved