Wawancara Eksklusif
EKSKLUSIF - Copenhagen bisa jadi Acuan Pembangunan IKN, IAI Kaltim: Perlebar Area Pejalan Kaki
Selain fisik bangunan, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kaltim juga menekankan pentingnya interaksi masyarakat penghuni IKN nantinya.
Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Adhinata Kusuma
Bagaimana potensi matahari bisa maksimal diserap.
Jadi penghawaan dalam ruangan itu hanya di ruang inti, yang mungkin aktifitasnya itu duduk lama yang membutuhkan pendingin.
Yang koridor dan segi bentuk itu mungkin olahan atau adaptasi sesuai selera.
Secara green building pasti sudah lolos karena sudah diseleksi dalam sayembara, pasti sudah paling maksimal dalam mensupport kawasan.
Apakah kawasan IKN sudah memenuhi lingkungan masa depan?
Kalau dari desain itu ada memasukkan elemen air, memperhatikan topografi tingkat kontur dari bangunan.
Jadi supaya tidak ada cutting field yang berlebihan karena kontur yang sudah ada itu dimaksimalkan.
Kemudian ada jalan yang mengikuti kontur, selama tidak dikupas dan tidak di cutting field masih posisi yang lama, cuma memanfaatkan yang benar-benar dipakai.
Kalau dari desain sudah masuk dalam nilai-nilai pembangunan, karena mungkin apa yang dinikmati saat ini akan bisa dinikmati dimasa yang akan datang.
Adakah contoh kota lain yang konsepnya serupa dengan IKN?
Ada yaitu Batam. Batam sebenarnya Kota yang direncanakan mengikuti Singapura, adaptasi dari Singapura.
Untuk listrik aja sudah tidak ada kabel-kabel, itu berari kotanya sudah dirancang sebagai kota berbasis industri.
Adakah Ibukota yang dijadikan contoh acuan IKN?
Copenhagen, jadi orientasi dan transportasi di sana sudah beda.
Jadi Eropa itu kan bangunannya turunan dari berapa tahun yang lalu, membuat masterplane dalam mengajukan penawaran-penawaran bagaimana kalau kawasan distrik tidak boleh ada mobil.