Berita Nasional Terkini

Terjawab! Siapa Sapardi Djoko Damono, Sosok Maestro Puisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Terjawab! Siapa sebenanrnya Sapardi Djoko Damono, sosok penyair Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini.

Editor: Ikbal Nurkarim
Kolase TribunKaltim.co via istimewa
Supardi Djoko Damono: Terjawab! Siapa sebenanrnya Sapardi Djoko Damono, sosok penyair Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini. 

TRIBUNKALTIM.CO - Terjawab! Siapa sebenanrnya Sapardi Djoko Damono, sosok penyair Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini.

Google memberikan penghormatan kepada penyair yang juga maestro puisi mendiang Sapardi Djoko Damono.

Penghormatan itu diberikan dengan menjadikannya sebagai Google Doodle, Senin (20/3/2023).

Diketahui, penghormatan ini diberikan Google karena bertepatan dengan hari kelahiran Sapardi yang lahir pada 20 Maret 1940.

Jika membuka Google hari ini akan terlihat sosok Sapardi Djoko Damono dalam sebuah gambar ilustrasi.

Sosok itu digambarkan sedang memegang payung di tengah rintih hujan.

Baca juga: Mudah Mata-matai Pasangan Chat dengan Siapa di WA, Cara Sadap WhatsApp Lawat Google atau Nomor HP

Sementara jika diklik gambar Google Doodle, akan diarahkan kepada pencarian tentang sosok Sapardi.

Di pojok kanan atas akan terlihat sosok Sapardi Djoko Damono yang memakai kacamata dan topi pet mengganti huruf "O" di logo Google.

Lantas siapa sebenarnya Sapardi Djoko Damono hingga sosoknya diabadikan dalam Google Doodle hari ini?

Dilansir dari berbagai sumber, Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940.

Masa kecilnya dihabiskan membaca buku di perpustakaan saat masih di SD Kersatryan Keraton Surakarta.

Pendidikannya berlanjut ke SMPN 2 Surakarta dan SMAN 2 Surakarta.

Kegemarannya menulis puisi sudah dilakukan sejak bangku SMA sampai sejumlah karyanya mejeng di sejumlah majalah.

Kegemarannya menulis membuatnya menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Setelah sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu, Sapardi menempuh program doktor di Fakultas Sastra UI dan lulus pada tahun 1989.

Selepas lulus kuliah dari UGM pada 1964, Sapardi sempat menjadi pengajar pada Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun sampai 1968.

Baca juga: Inilah Sound of Text Bahasa Indonesia Keren dan Cara Bikin Nada Dering WA Sendiri Pakai Suara Google

Pada 1973, setelah sempat bekerja di Semarang, ia pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sejak 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia.

Dia ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar.

Sapardi juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur.

Selepas purnatugas sebagai dosen di UI pada 2005, Sapardi masih mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sambil tetap menulis fiksi maupun nonfiksi.

Sepanjang hidupnya Sapardi Djoko Damono mendapatkan banyak penghargaan, diantaranya:

- Cultural Award (Australia, 1978),

- Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983),

- SEA Write Award (Thailand, 1986),

- Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990),

- Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996),

- Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003),

- Akademi Jakarta (Indonesia, 2012),

- Habibie Award (Indonesia, 2016), dan

- ASEAN Book Award (2018).

Baca juga: Kapan Google Didirikan dan Siapa Pendiri? Ini Sejarah Pendirian, Profil Larry Page dan Sergey Brin

Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Ia meninggal dunia pada 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, setelah sempat dirawat karena penurunan fungsi organ tubuh.

Penulis puisi Kuhentikan Hujan

Puisi "Kuhentikan Hujan" merupakan salah satu karya Sapardi Djoko Damono, seorang penyair asal Indonesia.

Dilansir dari situs Ensiklopedia Sastra Indonesia (Kemdikbud), Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair, pengamat sastra, kritikus sastra, pakar sastra, dan dosen.

Selain menulis puisi, Sapardi Djoko Damono juga sering menulis buku.

Banyak karyanya yang masih dikenal sampai saat ini.

Contohnya adalah puisi "Kuhentikan Hujan".

Bagaimanakah isi dan makna puisi "Kuhentikan Hujan" karya Sapardi Djoko Damono?

Isi puisi "Kuhentikan Hujan" karya Sapardi Djoko Damono Dikutip dari buku Lebih Dekat Kumelihat Indonesia (2019) oleh Achmad San, berikut isi puisi

"Kuhentikan Hujan" karya Sapardi Djoko Damono:

Kuhentikan hujan

Kini matahari merindukanku

Mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku

Menembus tanah basah

Denda yang dihamilkan hujan

Dan cahaya matahari

Tak bisa kutolak matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga 

Makna puisi "Kuhentikan Hujan" karya Sapardi Djoko Damono

Secara garis besar, puisi karya Sapardi Djoko Damono ini menggambarkan keterkaitan antara hujan, matahari, dan tanah dalam kehidupan alam semesta.

Baca juga: Proses Aming Hijrah! Tak Peduli Komentar Warganet, Kini Tampil Kalem dan Akui Ingin Jadi Lebih Baik

Kesinambungan antara ketiganya mampu memunculkan keindahan, yang disimbolkan dengan bunga yang indah.

Seolah-olah punya kisah tersendiri, banyak penyair yang menggunakan hujan sebagai analogi untuk menggambarkan peristiwa tertentu.

Makna puisi "Kuhentikan Hujan" adalah soal kerinduan.

Hal ini terlihat dalam dua baris pertama puisi, yakni: Kuhentikan hujan Kini matahari merindukanku

Setelah memendam rindu sekian waktu, akhirnya kerinduan itu tuntas, karena dipertemukan di waktu yang tepat.

Hingga akhirnya muncul perasaan baru. Baca juga: Makna Puisi Doa karya Chairil Anwar Hal itu digambarkan dalam kalimat:

Denda yang dihamilkan hujan Dan cahaya matahari Tak bisa kutolak matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.

Jika disimpulkan, makna puisi "Kuhentikan Hujan" karya Sapard Djoko Damono adalah soal kerinduan yang akhirnya terbalaskan. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved