Wawancara Eksklusif

Kasus Stunting Balikpapan Meningkat, Dra. Alwiati, A.Apt Jalankan Strategi Penurunan sejak Remaja

Warning, Balikpapan mengalami kenaikan angka prevalensi stunting, di tahun 2021 17,6% kemudian di 2022 naik menjadi 19,6%.

|
TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE TRIBUN KALTIM OFFICIAL
BAHAS STUNTING - Kepala Dinas DP3AKB Balikpapan, Dra. Alwiati, A.Apt (kiri) saat hadir dalam Talkshow Tribun Kaltim beserta Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, Dr.Ir Listyawardani, M.Sc khusus membahas kasus stunting. 

Bagaimana supaya menurunkan stunting dari segi akses sanitasi. Kemudian akses air bersih, kami juga sudah bersinergi dengan OPBD yang lain semuanya juga sudah bergerak.

Kemudian dari DP3 (Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan) juga sudah melaksanakan kegiatan di kelurahan, di setiap keluarga ada namanya Kelompok Wanita Tani Matilda.

Misalnya kemarin di Sumberejo ada Pagar Mantep, bagaimana menciptakan dan memanfaatkan pegangan keluarga untuk pemenuhan gizi keluarga. Itu yang sudah kita laksanakan.

Kami berharap dengan mengoptimalkan seluruh kelurahan juga melaksanakan bersama PKK, mudah-mudahan angka stunting di 2023 bisa turun, kita berharap seperti itu.

Seberapa banyak bu yang enggan distempel stunting ini bu kalau di Balikpapan?

Ini yang kami lakukan pada saat pada bulan februari sebelum kita melakukan pelatihan terhadap TPK. Kenapa saya sampai memasukkan pelatihan khusus komunikasi tersebut, ternyata memang benar karena teknik komunikasi yang kurang bagus.

Jadi ada yang kita kunjungi karena dia menganggap bahwa kita mencampuri urusan rumah tangganya sehingga meraka gak mau. Jadi kemudian begitu gencarnya karena komunikasi yang salah dari TPK karena dia datang bilang "ini dari data ini keluarga bapak ada yang stunting".

Itu kan kita sudah menjudge duluan. Sehingga itu mereka menolak kenapa saya dikunjungi sampai-sampai RT nya itu juga gak diterima gitu.

Kemudian pada saat kami melakukan kegiatan rapat koordinasi juga di suatu kelurahan kami tampilkan ini keluarga yang berisi kostanting yang sudah kita dapatkan berdasarkan survey EPPGBM jadi saya mengajak semua stackholder yang ada di kelurahan termasuk lpm.

Kemudian dia juga menyampikan "loh itu kan tetangga saya anaknya tidak stunting" jadi itulah yang kami maksud bahwa kita harus sama-sama melakukan verifikasi, karena bisa jadi ada kesalahan pada saat pengukuran. Kemudian kami juga mengedukasi bahwa jangan melihat anaknya sudah kelihatan gemuk ternyata pendek.

Itu tanda-tanda stunting gak bu misalkan kayak gitu?
Jadi sebenarnya berat badan berdasakan usia kemudian tinggi badan berdasarkan usia itu yang kita ukur, kemudian peralatan juga penting sekali.

Kondisi posyandu kita itu ada sekitar 1600 jumlah antropometri yang ada baru 500 buah yang dibagi ke seluruh puskesmas termasuk posyandu, kemudian memang dinas kesehatan baru mengajukan kepusat sebanyak 700 untuk menambah.

Jadi ini bisa jadi alat ukurnya yang tidak tepat pada saat mengukur itu yang penting sekali mungkin kita ketahui.

Kemudian yang perlu diberikan di posyandu adalah ape. Kita mengukur tumbuh, kita tidak memperhatikan perkembangan. Karena ape itu adalah alat permainan edukasi, walaupun dia tumbuhnya tinggi sudah sesuai, tapi ternyata tidak berkembang dari kecerdasannya otaknya

Itulah yang di maksud dengan posyandu prima dan terintegrasi semuanya harus dilaksanakan di posyandu, kami mengajak supaya bagaimana kita mengaktifkan kembali posyandu kita.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved