Aplikasi

Terjawab TikTok CEO Shou Zi Chew Siapa Sebenarnya, Bantah Tuduhan Jadi Agen China di Parlemen AS

Terjawab sudah TikTok CEO Shou Zi Chew siapa sebenarnya, hingga bantah tuduhan jadi agen China di Parlemen Amerika Serikat.

Editor: Ikbal Nurkarim
Kolase TribunKaltim.co via Istimewa
TikTok CEO Shou Zi Chew siapa sebenarnya, bantah tuduhan jadi agen China di Parlemen Amerika Serikat. 

Lahir dan dibesarkan di Singapura, ia bersekolah di sekolah elit berbahasa Mandarin.

Chew juga fasih berbahasa Inggris dan Mandarin.

Dia adalah seorang perwira di angkatan bersenjata Singapura, sebuah jabatan bergengsi, saat menjalani wajib militernya.

Chew memperoleh gelar sarjana di bidang ekonomi dari University College London sebelum menuju ke Harvard Business School, di mana ia memperoleh gelar MBA.

Tidak hanya itu, Chew tercatat pernah magang di raksasa media sosial Facebook.

Menurut laporan media, dia bekerja selama lima tahun di perusahaan modal ventura DST Global.

Ketika bekerja di DST, dia memimpin tim yang membantu memfasilitasi investasi di ByteDance pada 2013.

Baca juga: 33 Template CapCut Ramadhan 2023 Bentuk Twibbon Video, Bagikan ke TikTok Bisa Raih Uang Rp 1 Juta

Dia juga bekerja sebagai bankir investasi di Goldman Sachs selama dua tahun.

Chew kemudian memainkan peran penting di raksasa smartphone China Xiaomi, di mana dia menjadi chief financial officer dan presiden bisnis internasional, serta berjasa dalam penawaran saham perdana (IPO) perusahaan pada 2018.

Dia melompat ke ByteDance pada Maret 2021, menjadi orang pertama yang mengisi peran kepala keuangan di raksasa media tersebut.

Dua bulan kemudian, dia menjabat sebagai CEO TikTok, setelah pengunduran diri Kevin Mayer yang tiba-tiba di tengah upaya pemerintahan Trump untuk memaksa penjualan aset TikTok ke AS.

Tantangan Terbesar Sebagai CEO TikTok

Chew menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam karirnya dI TikTok, karena anggota parlemen AS meminta perusahaan untuk melepaskan kepemilikan aset AS atau menghadapi larangan.

Surat kabar Tiongkok Global Times mengatakan dalam sebuah opini, dorongan untuk larangan terhadap TikTok dipicu oleh "suasana politik Amerika yang beracun" dan akan menjadi pelanggaran prinsip pasar bebas.

"Di mata pejabat dan politisi Amerika, latar belakang TikTok di China adalah 'dosa asal'," tambah Global Times.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved