Wawancara Eksklusif
Kerap Diserang Komentar Netizen, Anies Baswedan Anggap Ngrasani Itu Bukan Barang Baru
Bagi Anies Baswedan, persepsi masyarakat tersebut sudah ada sejak lama bedanya kali ini ada timeline media sosial
Pertanyaannya Indonesia butuh orang yang seperti apa, butuh orang dengan gagasan apa, butuh orang dengan rekam jejak seperti apa. Butuh orang yang selama ini mengerjakan apa.
Coba semua media-media mainstream direduksi jadi tentang persentase. Seseorang disebut sebagai potensial tergantung angka surveinya saja kok. Seseorang dengan gagasan dan rekam jejak kalau angka survei kecil dia tidak dimasukkan ke dalam calon potensial.
Menurut saya ini reflektif. Mengapa? Karena republik ini didirikan dengan gagasan ketika kita memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, itu dengan voting. Yuk kita hitung jumlah voting suara terbanyak, terpilih bahasa Jawa. Kenapa gagasan sebab kita ingin sebuah bangsa yang ada kesetaraan, kita ingin bangsa yang punya daya rekat yang kuat oleh bahasa. Jadi sebuah republik didirikan oleh gagasan oleh semua orang yang berkumpul di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), itu mereka adalah orang intelektual semua. Di saat 95 persen penduduk Republik Indonesia ini buta huruf.
Lalu mereka membuat sebuah Republik yang setara. Bukan republik untuk satu golongan, bukan republik untuk golongan atas atau golongan ningrat karena kita tempatkan gagasan dan rekam jejak sebagai barang utama, bukan angka.
Saya mengajak mari kita dorong agar percakapan lima tahunan ini menjadi percakapan yang lebih substantif. Karena kita ini dalam sebuah perjalanan menuju cita-cita republik. Kaum cendekiawan terdidik waktu itu memutuskan Indonesia merdeka lalu mereka menuliskan dalam rangkaian pesan narasi yang namanya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Itu dahsyat, dia katakan untuk melindungi setiap tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, terlibat ketertiban dunia, dan ujungnya meraih keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi menuju ke sana setiap lima tahun sekali, saya ibaratkan kalau ini perjalanan satu grup gitu dalam suatu pengembaraan di hutan, maka setiap satu kilometer berhenti. Buka kompasnya, sebentar kita tadi titik berangkatnya di sana kita sekarang mau ke sana.
Kemudian tentukan lagi ketuanya siapa untuk lima tahun kedepan. Lima tahun ke depan bukan hanya soal 5 tahun atau 15 tahun kemarin tapi soal cita-cita Republik Indonesia. Menurut saya, sudah saatnya kita secara serius membicarakan Indonesia mau ke mana gagasan apa yang ditawarkan.
Rekam jejak apa yang dibawa karena kita berbicara sebuah bangsa yang besar. Sumber daya yang luar biasa banyak.
Ketika kita berbicara tentang mencari orang yang menjadi ketua kelompok ini bukan sekadar banyak-banyakan. Nanti kalau sudah jadi kandidat otomatis akan dapat suara kok.
Ini tugas partai politik, media untuk mengelaborasi rencana lima tahun ke depan agar menjadi sinkron apa yang mau diraih sebagai republik dan siapa-siapa saja yang diberikan tugas. (Tribun Network/Reynas Abdila/Bagian 2/ bersambung)
Penantang Baru di Pilkada Balikpapan 2024, Muhammad Sa'bani: Saya Tak Muluk-muluk, 5 Tahun Selesai |
![]() |
---|
Bincang Pembangunan Gedung di IKN Bersama Robby Dwikojuliari, 'Awalnya Saya juga Sempat Pesimistis' |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN Sebut Isran Noor dan Rudy Mas'ud, Tokoh yang Cocok Pimpin Kaltim |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: PKN tak Hanya 'Menjual' Anas Urbaningrum di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Persiapan PKN Kaltim Hadapi Pemilu 2024, Ikhsan Hattu: Loyalis Anas Urbaningrum jadi Modal Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.