Wawancara Eksklusif

Kembali ke Politik, Mantan Walikota Balikpapan Rizal Effendi: Tak Gampang jadi Caleg Zaman Sekarang

Pengalaman 15 tahun atau 3 musim berkiprah di eksekutif, menjadi modal bagi Rizal Effendi untuk terus meniti karir politik.

YouTube Tribun Kaltim Official
Mantan Walikota Balikpapan Rizal Effendi buka-bukaan tentang alasannya bergabung dengan Partai Nasdem saat menjadi bintang tamu dalam program Mata Lokal Memilih yang tayang di channel YouTube Tribun Kaltim Official, Kamis (23/2/2023). 

Bisa saja itu menjadi tantangan buat saya. Kemampuanm finansial yang terbatas.

Tapi sudah dipersiapkan sedari dini Pak? Kan ada kemungkinan besar lolos sebagai caleg Nasdem.

Kalau program ya ada. Kalau DPR RI itu saya mengharapkan betul adalah selama ini kan kurang sekali bagian yang bisa dirasakan oleh Kalimantan Timur, lebih-lebih setelah ada IKN.

Masih kurang, dulu juga ya sama. Kita ini penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Tapi kompensasi dari itu terhadap Kaltim jauh sekali, terlebih lagi dari IKN. Itu yang saya ingin betul mewarnai kalau terpilih di DPR RI.

Saya pernah menuliskan harusnya program prioritas proyek strategis nasional. Harusnya banyak di Kaltim karena sudah berbuat untuk IKN. Tapi faktanya, misalnya jalan tol Samarinda-Bontang malah (sempat) terhapus.

Kemudian kita ingin meningkatkan sumber daya manusia, kita sekarang ini punya ITK (Institut Teknologi Kalimantan), itu kan perkembangannya sangat terbatas dan masih terseok-seok.

Tanahnya belum selesai, kemudian fasilitas lainnya dan juga seperti pengajarnya juga masih terbatas.

Bagaimana Kaltim mau mengejar ketertinggalannya? Akhirnya nanti pasti kita ribut lagi bahwa IKN ini tidak banyak memberi kontribusi kepada masyarakat.

Tidak ada dampak bagi masyarakat?

Ya, terutama di sumber daya manusia, nah itu yang ingin saya warnai. Saya senang juga bahwa Pak Gubernur Kaltim sekarang ini Pak Isran Noor.

Beliau itu kan luar biasa beraninya membalik komposisi APBN itu dari yang 70 ke APBN, 30 ke daerah, kemudian dibalik 30nya ke pusat 70nya ke daerah.

Itukan cerminan yang dirasakan Kalimantan Timur. Paling besar menyumbang tapi paling sedikit gitu kan. Nah ini yang menurut saya ingin betul berjuang soal seperti itu. Terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Di IKN itu perlu tenaga kerja yang banyak, tapi ketika ditanya mana orang Kaltimnya, kita terhambat. Kemampuan belum memenuhi dan sertifikasi belum memenuhi.

Akhirnya kita merasa jadi penonton. Itu yang menurut saya harus kita perjuangkan. (Sintya Alfatika Sari/Bagian 1/Bersambung)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved