Berita Paser Terkini
Kisah Ketua KPU Kabupaten Paser Jadi Pecandu Kopi, Bermula dari Harga Rp 600.000
Bukan suatu hal baru jika minuman kopi disukai di berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang dewasa bahkan orang tua.
Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Mathias Masan Ola
Ia begitu candu akan kopi, sehari saja tidak ngopi, kepalanya terasa pusing. Bahkan, setiap pulang dari luar daerah, ia selalu sebungkus kopi dan grinder manual di tasnya. Tapi begitu balik, Qayyim selalu membeli kopi, maupun sekadar ekadar sovenirnya saja.
Menurutnya, kopi seperti barang antik, harganya sesuai dengan penikmat dan pembelinya.
Stok kopi biasanya Ia dapatkan secara online, bahkan pernah membeli kopi jenis Arabica seharga Rp 500 ribu. Itupun tak cukup 1 kilogram.
"Kalau saya sudah ketergantungan kopi, berapapun harganya saya beli," aku Qayyim.
Tak hanya sekadar candu kopi, Ia juga pandai melihat peluang bisnis yang berbekas dengan jelas diingatannya.
Sejak tahun 2015, kedai atau coffee shop mulai menjamur di wilayah tenggara Kalimantan dan begitu digandrungi kaulah muda, seolah sudah seperti gaya hidup baru.
Kini, ngopi bukan lagi gaya hidup. Tapi, sudah bermetamorfosis menjadi kebutuhan. Tiga tahun terakhir, penjaja kopi mulai menjamur di Paser.
Tumbuhnya kedai kopi di Paser menjadi sinyal memenuhi kebutuhan itu.
Pada 2018 lalu, Qayyim mulai merintis usaha coffee shop.
Lokasinya di daerah Kecamatan Tanah Grogot. Ia beralasan sebagai jaga-jaga menyambung hidup. Andai tak kembali duduk di kursi nomor satu KPU Paser.
"Periode pertama (2014 - 2019) sudah mau habis. Ya, sembari mau maju lagi, untuk jaga-jaga kalau tidak terpilih. saya buka coffee shop. Alhamdulilah masih diberikan kesempatan pada periode kedua," kenang mantan Panwascam Long Kali itu.
Kopi ibarat barang antik, harga sesuai dengan penikmat dan pembelinya nyatanya belum berlaku di Kabupaten Paser. Harga Rp 25 ribu untuk secankir kopi kopi racik, tergolong mahal.
"Kopi pada masyarakat kita (Paser) masih belum gaya hidu, belum penikmat, masih peminum kopi," tutur penikmat kopi jenis Arabica itu.
Perkembangan kedai kopi sangat pesat. Kopi, salah satu komoditi yang bagus dikembangkan. Apalagi di Paser ada petani kopi.
Untuk dapat bersaing pada tingkatan lebih tinggi, diperlukan pelatihan bagi SDM-nya serta semua pihak harus memikirkan itu.
"Kopi setiap daerah itu, ada cita rasa khas yang berbeda-beda. Perlu adanya pelatihan untuk petani. Mulai menanam hingga panen. Karena memanen kopi yang baik, tidak sembarangan. Retak saja biji kopi itu, berpengaruh pada rasanya nanti," tutup Qayyim. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.