Liga Italia
Kisah Pilu di Balik Apiknya Penampilan Mike Maignan Bersama AC Milan, Ada Pengorbanan Sang Ibu
Mike Maignan kini tengah menjadi buah bibir karena tampil gemilang bersama AC Milan.
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Christoper Desmawangga
TRIBUNKALTIM.CO - Mike Maignan kini tengah menjadi buah bibir karena tampil gemilang bersama AC Milan.
Namun, di balik kegemilangannya menjaga gawang AC Milan, ada kisah pilu yang akan terus diingat oleh Mike Maignan.
Mike Maignan, penjaga gawang AC Milan asal Prancis itu mengaku mendapatkan dorongan yang kuat dari ibu dan keluarganya.
Ia menjelaskan bagaimana kebanggaan terhadap ibu dan keluarganya adalah hal yang memacunya selama ini.
Dalam kutipan yang dilansir Football Talk di Twitter, kiper asal Prancis ini menjelaskan seberapa jauh kariernya hingga ia bisa berterima kasih kepada ibunya yang telah membesarkannya dengan baik.
Baca juga: Prediksi Hasil Drawing Liga Champions 2023/24: AC Milan Gabung Munchen, Real Madrid dan Newcastle
Baca juga: Hasil Drawing Liga Champions: Beda Nasib Inter Milan, AC Milan Kembali Terancam Masuk Grup Neraka
Baca juga: AC Milan Diburu Waktu, Mehdi Taremi atau Tanpa Striker Baru di Musim 2023/24?
Maignan lahir di lingkungan yang sangat sederhana di Guyana, sebelum pindah ke Prancis sebagai seorang anak.
Di sanalah ibunya harus bekerja sangat keras untuk menghidupi dia dan saudara-saudaranya.
Meskipun dia telah membelikannya sebuah rumah, dia tetap tidak ingin berhenti bekerja.
"Kebanggaan terbesar saya adalah membantu ibu saya. Di sisi lain, saya tidak membawanya keluar pada kontrak profesional pertama saya, saya belum memiliki sarana."
"Saya membawanya keluar setelah kontrak kedua atau ketiga. Air matanya ... itu adalah sebuah kebahagiaan, itu berarti saya berhasil."
"Air mata yang ia teteskan ketika saya menawarkan rumahnya. Itu adalah rumahnya, bukan rumah saya."
Baca juga: Hasil Drawing Liga Champions 2023-2024: Masuk Pot 3, AC Milan Ditunggu Lawan Berat di Grup Neraka
"Dia berjuang untuk kami, saudara laki-laki dan perempuan saya, dia melakukan perjalanan untuk kami, Haiti, Guyana. Saat berada di Prancis, kami belum memiliki rumah. Kami tinggal bersama paman dan bibi, dalam kondisi yang tidak mudah."
"Ketika kami tiba di Villiers-le-Bel, dia mengantar saya setiap pagi pukul 4 pagi dengan seorang wanita sehingga dia bisa mengantar saya ke sekolah dan menjaga saya sepanjang hari."
"Dia naik kereta pukul 5:30 pagi untuk pergi ke Ville-d'Avray, saya pikir, untuk mencari makanan, dia kembali menjemput saya di malam hari dan, ketika saya kembali, saya tidur."
"Hari ini, saya melamarnya: "Apakah Anda ingin berhenti bekerja? 'Tidak, saya menyukainya'
"Itu adalah bukti kerendahan hati. Itulah yang dia ajarkan kepada saya. Persyaratannya, kerendahan hatinya, datang dari dia."
Maignan kemudian menjelaskan bahwa piala dan mobil bukanlah hal yang paling membanggakan dalam kariernya, melainkan hal-hal baik yang terjadi pada keluarganya, khususnya ibunya.
Baca juga: AS Roma vs AC Milan di Pekan ke-3 Liga Italia: H2H, Formasi Pemain, Prediksi Skor dan Jam Tayang
"Segala sesuatu yang baik yang terjadi pada keluarga Anda, dan terlebih lagi pada ibu Anda, adalah kebanggaan terbesar Anda."
"Ketika Anda memiliki anak, Anda menikah, saudara perempuan Anda mendapatkan gelar, saudara laki-laki Anda berhasil, itu adalah momen-momen yang paling penting."
"Semua yang Anda lihat di luar sana, meskipun kami memiliki mobil, Bugattis, apa pun yang Anda inginkan, itu bukanlah kebanggaan."
"Kebanggaan kami adalah keberhasilan keluarga. Sisanya tidak ada artinya. Mereka dapat membawa saya kembali memenangkan empat Liga Champions, empat Piala Dunia, trofi-trofi terbesar dalam olahraga saya, jika saya tidak membuat ibu saya bangga, keluarga saya, saya tidak peduli."
"Pertahankan mereka! Yang saya inginkan adalah membuat keluarga saya bahagia. Dia adalah hal yang paling penting."
Baca juga: AS Roma vs AC Milan di Pekan ke-3 Liga Italia: H2H, Formasi Pemain, Prediksi Skor dan Jam Tayang
Profil Mike Maignan
Maignan berlatih sepakbola sejak tahun 2003 bersama akademi sepakbola Villiers le Bel JS.
Enam tahun di sana, Maignan direkrut akademi sepakbola salah satu klub profesional di Perancis, yakni Paris Saint Germain.
Ia lantas terus berada di Paris Saint Germain mulai dari U17 hingga U19.
Karir sepakbola pria kelahiran 3 Juli 1995 ini terus berlanjut hingga tembus skuat Paris Saint Germain B.
Tidak butuh waktu lama, ia berhasil menembus skuat utama Paris Saint Germain di tahun 2013.
Baca juga: Striker Southampton Jadi Alternatif Mehdi Taremi, AC Milan Ngebut Jelang Penutupan Jendela Transfer
Sayang beribu kali sayang, meski berhasil menembus skuad utama di usia 17 tahun, Maignan hanya bisa bertahan dua musim.
Dalam periode musim 2013/2014 dan 2014/2015, ia tidak satu kalipun turun ke lapangan hijau di kompetisi Ligue 1.
Maignan kalah bersaing bersama Salvatore Sirigu, kiper asal Italia yang di dua musim itu menjadi kiper utama Paris Saint Germain.
Musim selanjuntya, Maignan yang jasanya seakan tidak akan pernah terpakai di klub tempat dirinya memulai karir sepakbola dijual ke Lille.
Musim pertama bersama klub yang menjadi pesaing Paris Saint Germain di Ligue I, Maignan akhirnya bisa merasakan turun di suatu pertandingan resmi.
Meski hanya tampil empat kali di Ligue I musim 2015/2016, setidaknya pencapaian Maignan jauh lebih baik ketimbang dua musim bersama Paris Saint Germain.
Baca juga: Prediksi AS Roma vs AC Milan di Liga Italia: Konsistensi Giroud-Pulisic Diuji Skuat Jose Mourinho
Di musim 2017/2018, menjadi titik balik bangkitnya karir sepakbola Maignan.
Vincent Enyeama yang sebelumnya menjadi kiper utama Lille meninggalkan klub di usia 34 tahun.
Sontak, Maignan yang masih berusia 21 tahun langsung menjadi kiper andalan pelatih Lille di musim 2017/2018, Marcelo Bielsa.
Sayangnya, Maignan gagal mengangkat prestasi timnya karena hampir saja terdegradasi dari Ligue I karena finish di peringkat 17, dua trip di atas zona degradasi.
Beruntung bagi Maignan, ketika Lille dilatih Christophe Galtier di musim 2018/2019, ia masih menjadi pilihan utama klub.
Maignan menjawab kepercayaan sang pelatih dengan tampil apik berhasil membuat 15 clean sheets.
Baca juga: Perbandingan Duet Olivier Giroud-Christian Pulisic di Chelsea dan AC Milan
Lille saat itu hanya kalah dari Paris Saint Germain di klasemen akhir Ligue I musim 2018/2019 yang keluar sebagai juara.
Dianggap punya kontribusi tinggi mengangkat prestasi tim, Maignan masih menjadi kiper utama Lille dimusim 2019 2020.
Ia tampil di seluruh pertandingan yang dimainkan Lille, sayangnya prestasi di akhir musim tidak sebaik musim sebelumnya karena Lille finish di peringkat 4.
Puncak karir Maignan di Lille terjadi di musim lalu, dimana Lille berhasil mendapat gelar juara mereka yang kelima.
Lille unggul satu angka dari Paris Saint Germain, yang secara materi pemain lebih berkualitas ketimbang Lille.
Lille hanya kebobolan 23 gol dan 21 partai berhasil dilalui tanpa kebobolan.
Maignan selalu dimainkan di Ligue I musim 2020/2021.
Kini, kebersamaan Maignan bersama klub yang berjasa mengangkat karir sepakbolanya sudah berakhir karena dirinya menerima pinangan AC Milan.
Klub raksasa asal Italia itu menjadikan Maignan sebagai suksesor Gianluigi Donnaruma yang memutuskan tidak memperpanjang kontraknya di AC Milan. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.