Berita Internasional Terkini

Kekacauan Politik Hambat Penanganan Banjir Bandang Libya, Kemenlu Pastikan tak Ada WNI Jadi Korban

Libya semakin kacau setelah banjir bandang melanda negara tersebut, dan Kemenlu pastikan tidak ada WNI yang menjadi korban.

Al-Masar TV / AFP
Pemandangan dari udara dari kerusakan parah akibat banjir setelah badai Mediterania "Daniel" menghantam kota Derna di Libya timur. (Al-Masar TV / AFP) 

TRIBUNKALTIM.CO - Libya semakin kacau setelah banjir bandang melanda negara tersebut.

Banjir bandang semakin membuat Libya porak poranda setelah kekacauan politik yang tak kunjung berakhir di negara yang terletak di utara Afrika.

Korban tewas akibat banjir bandang Libya diperkirakan mencapai ribuan orang.

Di satu kota saja, korban tewas mencapai lebih dari 1.500 orang, kata seorang menteri yang mengunjungi Kota Derna di bagian timur Libya kepada BBC.

"Saya terkejut dengan apa yang saya lihat, ini seperti tsunami," kata Hisham Chkiouat, dari pemerintah yang berbasis di wilayah timur.

Sebagian besar Derna, yang dihuni sekitar 100.000 orang, terendam air setelah dua bendungan dan empat jembatan runtuh.

Sekitar 10.000 orang tercatat hilang pascabanjir akibat Badai Daniel, kata Bulan Sabit Merah.

Badai yang melanda pada Minggu (10/9/2023) juga berdampak pada kota-kota di bagian timur, seperti Benghazi, Soussa, dan Al-Marj.

Chkiouat, menteri penerbangan dan anggota komite tanggap darurat pemerintah wilayah timur, mengatakan kepada BBC Newshour, bahwa runtuhnya salah satu bendungan di selatan Derna telah menyeret sebagian besar isi kota ke laut.

Baca juga: Terbaru! Lengkap Foto/Video Sembahe Banjir Bandang, Mobil Hanyut, Arus Lalin Medan-Berastagi Lumpuh

Baca juga: Banjir Bandang di Korea Selatan, Mati Lampu, Curah Hujan Tinggi hingga Penduduk Diminta Mengungsi

Baca juga: Viral Video Pengunjung Air Terjun Tersapu Banjir Bandang, 3 Orang Jadi Korban

"Lingkungan yang luas telah hancur, ada banyak sekali korban yang terus bertambah setiap jamnya. Saat ini 1.500 orang tewas. Lebih dari 2.000 orang hilang. Kami tidak memiliki angka akurat tetapi ini adalah sebuah bencana," katanya.

Dia menambahkan bahwa bendungan tersebut tidak dirawat dengan baik selama beberapa waktu.

Dia sebelumnya mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa seperempat kota telah hilang.

Tamer Ramadan, ketua Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) di Libya, mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan besar sangat besar.

Berbicara melalui video dari negara tetangga, Tunisia, ia berkata, "Tim kami di lapangan masih melakukan penilaian... kami belum memiliki jumlah pasti saat ini. Jumlah orang hilang mencapai 10.000 orang sejauh ini".

Baca juga: Terlibat Kejahatan Perang, Putra Muammar Khaddafi tak Penuhi Syarat Jadi Calon Presiden Libya

Selain daerah di timur, Kota Misrata di bagian barat juga termasuk di antara wilayah yang dilanda banjir.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved