Berita Nasional Terkini

Berbeda dengan Keterangan dr Djadja, Edi Darmawan Bersikukuh Jasad Mirna Diotopsi

Omongan Edi Darmawan Salihin berbeda dengan dr Djadja soal otopsi jasad Wayan Mirna Salihin.

YouTube Karni Ilyas
Edi Darmawan Salihin ayah Mirna Salihin bersikukuh bahwa Mirna diotopsi. Omongan Edi Darmawan Salihin berbeda dengan dr Djadja soal otopsi jasad Wayan Mirna Salihin. 

TRIBUNKALTIM.CO - Omongan Edi Darmawan Salihin berbeda dengan dr Djadja soal otopsi jasad Wayan Mirna Salihin.

Ayah Wayan Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin menegaskan kalau jasad putrinya diotopsi.

Sebelumnya, Otto Hasibuan dan dr Djadja yang bertugas memformalin jasad Mirna Salihin mengungkapkan hal yang berbeda.

Namun Edi kekeuh mengatakan Mirna diotopsi.

Baca juga: Ayah Mirna Bongkar Video Gerakan Tangan Jessica Wongso saat di Cafe Olivier, Menaruh Sesuatu

Baca juga: Jessica Wongso Pilih Dipenjara Seumur Hidup daripada Ajukan Grasi tapi Harus Akui Bunuh Mirna

Baca juga: Jessica Wongso Diragukan Jadi Pembunuh, Kembaran Mirna Salihin: Tonton Sidang Bukan 1 Jam Dokumenter

Bahkan Edi mengaku memiliki bukti soal otopsi tersebut.

Hal itu berbeda dengan pernyataan Dokter Ahli Forensik, dr. Djadja Surya Atmadja.

Di mana menurutnya, apa yang dilakukan terhadap jasad Mirna itu bukanlah otopsi.

dr Djadja mengatakan kalau jasad Mirna Salihin hanya diambil sample saja di lambung.

Namun pernyataan itu dibantah oleh Edi Darmawan Salihin.

Ia bersikeras kalau sang putri meninggal karena racun sianida yang dilakukan oleh Jessica Wongso.

Hal itu disampaikan Edi saat wawancara di Karni Ilyas, Jumat (6/10/2023) malam.

"Kenapa tidak diotopsi?," tanya Karni Ilyas.

"Diotopsi," jawab Edi Darmawan.

"Sample aja," kata Karni Ilyas lagi.

Edi Salihin ayah Mirna Salihin
Edi Salihin ayah Mirna Salihin (YouTube Karni Ilyas)

Kemudian Edi pun menceritakan proses otopsi tersebut.

Ia menuturkan bahwa saat itu putrinya diotopsi oleh dr Slamet bersama timnya.

"Yang jelas itu dokter keluar tangannya berdarah semua itu, dia buka perut Mirna. Diambil sample sample, yang paling besar adalah di pencernaan," tutur Edi di Youtube Karni Ilyas.

Baca juga: Terjawab Sudah Kasus Kopi Sianida Jessica dan Mirna Kapan Terjadi, Kisahnya Kini Diangkat jadi Film

Menurutnya, pencernaan Mirna itu sudah mengalami korosi berat.

"Dikasih lihat saya, terus ada kain putih ditaruh demikian. Dia bilang 'Ed, saya sih curiga racunnya sianida, tapi jangan dihembuskan dulu'," kata Edi Darmawan.

"Dikasih lihat gitu ditempelin, merah warnanya," kata dia lagi.

Namun Edi tak menegaskan apa yang berwarna merah tersebut.

"Semalem kata Otto, dia tanya kenapa gak diotopsi, kata dr Slamet dilarang polisi?," tanya Karni Ilyas lagi.

"Gak, gak dilarang. Pak Slamet bukan yang bedah, yang bedah anak UI itu, saya tahu. Pak Slamet yang ngelihatin, terus lambung buka, ketemu sianida, yaudah gak usah dibedah lagi," bebernya.

Kemudian Karni Ilyas pun menyinggung soal tak adanya sianida yang ditemukan pada tubuh Mirna.

"Nah itu saya mau koreksi, ketemu sianida cuma itu malem kita gak berani ngomong, gak boleh sama polisi. Pastiin ini racun apa, paginya saya baru tahu bahwa itu sianida," ungkapnya.

Hal itu berbeda dengan pernyataan dr Djadja yang bertugas memberikan formalin pada tubuh Mirna.

Saat itu, ia menolak memberikan formalin karena jenazah Mirna belum diotopsi.

"Dua jam setelah kematian, saya ketemu bapaknya Mirna. Dia bilang dia tidak mau otopsi. Saya bilang '(kalau) tidak mau otopsi, saya tidak mau formalin' karena aturannya gak boleh," kata dr Djadja di Youtube dr Richard.

Kemudian ia pun diarahkan oleh polisi untuk melakukan formalin dengan bukti surat kematian.

"Akhirnya saya formalin sesuai permintaan polisi, setelah itu saya tidak tahu lagi beritanya," kata dia.

Kemudian ia pun mendengar bahwa keluarga akhirnya bersedia diotopsi sebelum jenazah dikuburkan.

"Pas malem kembang (3 hari setelah meninggal), besok mau dikubur, tahu-tahu oke mau otopsi. Kemudian dibawa pukul 23.00 WIb malam ke RS Polri, yang meriksanya dr Slamet Purnomo," jelasnya.

Namun rupanya malam itu pihak keluarga kembali menolak otopsi.

"Waktu dia mau otopsi keluarga katanya menolak lagi, akhirnya dia gak berani karena keluarganya keras. Dia bilang akhirnya setuju ambil sample aja," ungkap dr Djadja.

Saat itu, kata dia, dr Slamet mengambil sample isi lambung, ambil hati, jaringan darah, dan urine.

Menurut dia, pada sample muntahan Mirna saat masih hidup, tidak ditemukan adanya sianida.

"Yang pertama racun dikirim ke puslabfor, sample muntahan negatif sianida," kata dia.

Pun demikian dengan sample yang diambil oleh dr Slamet.

Baca juga: Kasus Kopi Sianida Tahun Berapa? Simak Kronologi Meninggalnya Mirna Salihin dan Sosok Jessica Wongso

"Di darah, hati, isi lambung, urine, semuanya negatif sianida, terus kemudian kecuali di lambung ketemu sianida 0,2 gram per liter," tuturnya.

Menurut dr Djadja, sianida sebanyak itu jumlahnya termasuk sangat kecil.

Ia pun heran kenapa di sample muntahan tidak ada, namun di lambung ada tapi dengan jumlah sangat kecil.

"Itu kecil banget, dan logikanya kalau dari besar jadi kecil masuk akal. Kalau dari tidak ada jadi ada, kan tanda tanya," pungkasnya. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kekeuh Sebut Jasad Putrinya Diotopsi, Ayah Mirna Tunjukkan Bukti, Dokter Forensik: Dia yang Nolak

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved