Liga Italia
Stefano Pioli Dianggap Layak Jadi Pahlawan AC Milan, dari The Normal One Menjadi Sang Transformator
Stefano Pioli dianggap sebagai salah satu pelatih yang berhasil mengangkat performa AC Milan.
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Christoper Desmawangga
TRIBUNKALTIM.CO - Stefano Pioli dianggap sebagai salah satu pelatih yang berhasil mengangkat performa AC Milan.
Stefano Pioli tak hanya membangkitkan kembali gairah permainan AC Milan, tapi juga sukses membawa Rossoneri meraih gelar juara Liga Italia Serie A 2021/2022.
Perjalanan Stefano Pioli bersama AC Milan dimulai empat tahun lalu.
AC Milan mempekerjakan Stefano Pioli sebagai pelatih kepala, setelah kepergian Marco Giampaolo.
Stefano Pioli, yang juga dikenal sebagai The Normal One, telah memimpin AC Milan dalam perjalanan yang terbilang sukses.
Meskipun julukan tersebut sudah ada sebelum Pioli bergabung dengan Rossoneri, tapi julukan tersebut mendapatkan momentumnya saat ia bergabung.
Dalam edisi Tuttosport, Stefano Pioli kini dijuluki sebagai Sang Transformator.
Selama masa kepelatihannya di AC Milan, Pioli telah menunjukkan kemampuannya dalam berganti-ganti formasi.
Sepanjang musim ini, ia telah menggunakan beberapa formasi, termasuk 4-3-3, 3-4-3, 4-2-3-1, dan yang terbaru adalah 4-2-4 pada laga melawan Genoa.
Baca juga: Davide Bartesaghi Masih Terlalu Hijau untuk Laga Besar, AC Milan Butuh Bek Kiri Real Betis
Baca juga: Jadwal Liga Champions Matchday 3: Manchester United vs Copenhagen, PSG vs AC Milan
Baca juga: Aksi Gila Giroud di Liga Italia Tuai Sorotan, Bantu AC Milan Bungkam Genoa dengan Jadi Kiper Dadakan
Tim ini bahkan sempat menggunakan formasi 3-5-2 di awal tahun untuk meningkatkan stabilitas pertahanan mereka.
Singkatnya, Pioli tidak takut untuk bereksperimen dengan taktik tim dan menyesuaikan formasi berdasarkan lawan.
Kemampuan beradaptasi inilah yang membuatnya mendapat julukan Sang Transformator, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar tersebut.
Stefano Pioli dipandang sebagai salah satu sosok penting fondasi kebangkitan AC Milan dalam mengarungi kompetisi Liga Italia musim ini.
Stefano Pioli layak dianggap sebagai salah satu pahlawan.
Baca juga: Striker Muda Sensasional Brasil Buat Geger Eropa, AC Milan Mulai Bergerak, Salip AS Roma
Performa AC Milan di bawah komando Stefano Pioli terlihat lebih bagus dan tampak menjanjikan.
Meskipun pada periode saat ini situasi tak mudah dijalani Pioli dan AC Milan, performa Rossoneri yang meningkat layak mendapatkan apresiasi lebih.
Nama Stefano Pioli memang tak setenar pelatih klub Liga Italia lainnya semacam Andrea Pirlo ataupun Antonio Conte.
Namun, sepak terjang Stefano Pioli yang telah menangani berbagai tim Italia tidak boleh diremehkan begitu saja.
Stefano Pioli lahir di Parma, Italia 20 Oktober 1965.
Baca juga: AC Milan Makin Berasa Amerika, Pulisic dan Yunus Musah Bawa Warna Berbeda di Skuat Stefano Pioli
Memulai karier sebagai pemain di Parma, Stefano Pioli mencatat 312 kali merumput dengan klub berbeda dengan posisi bek atau pemain bertahan.
Selain itu, ia tercatat pernah membela timnas Italia U-21 sebanyak lima kali.
Ia melakukan debutnya di Seri A pada 1984 saat bergabung dengan Parma.
Selama menjadi pemain ia pernah memenangkan gelar liga, Piala Eropa , Piala Super Eropa, dan Piala Intercontinental selama tiga musim bersama klub.
Pioli memulai karier pelatihan pada 1999–2002 saat menangani Bologna junior.
Baca juga: Hasil Liga Italia AC Milan dan Juventus Hari Ini: Klub Raksasa Serie A Dulang Poin Penuh
Selain Fiorentina, Stefano Pioli juga pernah menjadi pelatih di Inter Milan, Lazio, Palermo, Bologna, dan Chievo.
Sebelum akhirnya kini ia menangani tim sekelas AC Milan dalam karier kepelatihannya.
Ada satu fakta menarik di balik keberadaan Stefano Pioli menjabat sebagai juru taktik AC Milan.
Fakta menarik tersebut adalah rasa kekaguman yang dimiliki oleh Ivan Gazidis.
Ivan Gazidis mengungkapkan alasan sederhananya jatuh cinta terhadap sosok Stefano Pioli.
Baca juga: Ternyata AC Milan Simpan Mesin Gol Pengganti Giroud, The Next Erling Haaland Sudah Cetak 500 Gol
Eks petinggi Arsenal itu menyebut Stefano Pioli sebagai pelatih yang tidak banyak bicara tapi nyata dalam hal kinerja.
Kekaguman Gazidis terhadap Pioli juga didasarkan pada fokus kerja yang selalu diutamakan oleh pelatih utama Rossoneri tersebut.
Tak hanya itu, kecerdasan Pioli dalam memanajemen tim sebesar AC Milan membuatnya merasa takjub.
"Pioli adalah orang yang cerdas, dia adalah orang sederhana namun mendalam," puji Gazidis.
"Ia segera akan mengerti adanya tekanan disini, hal itu akan datang pada saat yang sulit."
Baca juga: Ternyata AC Milan Simpan Mesin Gol Pengganti Giroud, The Next Erling Haaland Sudah Cetak 500 Gol
"Salah satu hal yang mengesankan adalah fokusnya pada pekerjaan, bukan dengan kata-kata, tapi dengan perbuatan," katanya.
Tentu menarik untuk melihat sejauh mana Pioli mampu mempertahankan konsistensi AC Milan dan memberikan gelar juara pada musim ini.
Di sisi lain, Stefano Pioli pernah menghabiskan tiga tahun di Juventus dan menjadi salah satu legenda Si Nyonya Tua.
Jauh sebelum menjadi Pelatih AC Milan, langkah Stefano Pioli dimulai dari Parma dan ketika dia meninggalkan Parma pada tahun 1984, Stefano Pioli ditakdirkan untuk bergabung dengan Inter Milan, klub favoritnya saat itu.
Pelatih berusia 56 tahun itu adalah salah satu bek Italia yang paling menjanjikan di tahun 80-an.
Baca juga: Ternyata AC Milan Simpan Mesin Gol Pengganti Giroud, The Next Erling Haaland Sudah Cetak 500 Gol
Stefano Pioli telah mencetak gol kemenangan dalam pertandingan Serie D yang menentukan antara Parma dan Sanremo pada tahun 1984 dan membantu Ducali mendapatkan promosi ke Serie C1.
Seperti yang diceritakan oleh La Gazzetta Dello Sport, Parma telah setuju untuk menjual Stefano Pioli ke Inter Milan, tetapi selama perjalanan ke Milan, Stefano Pioli diberitahu bahwa tujuan telah berubah dan bahwa dia akan bergabung dengan Juventus.
Giovanni Trapattoni dan Giampiero Boniperti sangat menginginkan Stefano Pioli dan memberikan penawaran yang lebih baik kepada klub, membuat sang pemain kecewa karena ia bermimpi untuk bergabung dengan Inter Milan.
Pada hari Stefano Pioli meninggalkan Parma untuk bergabung dengan Inter Milan, dia pergi ke Milan dengan mobil bersama ayahnya Pasqualino dan direktur olahraga Ducali Riccardo Sogliano.
Saat terakhir berhenti di sebuah tempat pengisian bahan bakar di Fiorenzuola, Riccardo Sogliano mengatakan bahwa dia perlu membuat panggilan telepon.
Baca juga: Hasil Liga Italia AC Milan dan Juventus Hari Ini: Klub Raksasa Serie A Dulang Poin Penuh
Ketika dia kembali ke mobil dari bilik telepon, dia memiliki senyum lebar di wajahnya dan memberi tahu Pioli bahwa Juventus telah menawarkan hampir 1b Lira Italia, jadi tujuannya berubah dari Inter Milan ke Juventus.
Stefano Pioli dan ayahnya sangat marah sehingga mereka tidak mengatakan sepatah kata pun selama perjalanan ke Turin.
Tetapi, pelatih Rossoneri itu kemudian bermain selama tiga tahun bersama Juventus dan dengan senang hati berbagi ruang ganti dengan beberapa pemain terbaik saat itu, seperti Paolo Rossi dan Michel Platini.
Saat itu Stefano Pioli berusia 19 tahun ketika bergabung dengan Juventus.
Dia meninggalkan Turin tiga tahun kemudian, pindah ke Verona, setelah memenangkan satu gelar Serie A, satu Liga Champions, satu Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antar Klub di Juventus. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.