Berita Kubar Terkini
Apa Itu Festival Dahau Kutai Barat yang Bakal Dihadiri Presiden Jokowi? Simak Ulasannya
Berikut ulasan mengenai Festival Dahau di Kutai Barat yang akan dihadiri Presiden Jokowi.
Penulis: Briandena Silvania Sestiani | Editor: Briandena Silvania Sestiani
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Berikut ulasan mengenai Festival Dahau di Kutai Barat yang akan dihadiri Presiden Jokowi.
Dipastikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Presiden Jokowi akan hadir pada puncak Festival Dahau Kutai Barat tanggal 5 November 2023 mendatang.
Pada tahun ini, Festival Dahau digelar mulai tanggal 23 Oktober hingga 5 November 2023.
Nah, apa sebenarnya Festival Dahau Kutai Barat itu?
Berdasarkan Peraturan Bupati Kutai Barat No.1 Tahun 2017 tentang Perayaan Dahau, Festival Dahau merupakan perayaan yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dalam rangka peringatan hari jadi daerah dipandang sebagai upaya pelestarian kearifan lokal sekaligus sebagai penghormatan terhadap sejarah daerah.
Baca juga: Presiden Jokowi Dipastikan Hadiri Puncak Festival Dahau Kutai Barat 2023
Acara Festival Dahau Kutai Barat ini diselenggarakan pertama kali pada tanggal 5 November 2002.
Meskipun begitu, Bupati Kutai Barat FX Yapan menyebutkan Pemerintah Daerah akan melaksanakan Festival Dahau setiap tahunnya dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Kutai Barat.
Sehingga, Festival Dahau Kutai Barat yang seharusnya tidak diselenggarakan tahun ini menjadi kembali dilaksanakan.
Biasanya, Festival Dahau berlangsung pada akhir Oktober hingga awal November.
Mengingat, hari jadi Kutai Barat yaitu pada tanggal 5 November.
Adapun kata “Dahau” berasal dari kata “Dangai” dan “Ehau”.
Selain memperingati hari jadi Kutai Barat, berikut selengkapnya tujuan Perayaan Dahau:
a. memperingati hari jadi Daerah;
b. memajukan dan melestarikan kebudayaan Daerah;
c. meningkatkan kesadaran Pemerintah Daerah dan masyarakat akan kekayaan seni dan budaya khas Daerah;
d. sarana promosi pariwisata Daerah; dan
e. menggerakkan industri kreatif Daerah dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan hidup masyarakat Daerah.
Rangkaian kegiatan Perayaan Dahau terdiri dari:
a. upacara adat;
- Beliatn
- Nalitn Tautn;
- Mangosang;
- Mamat Bali Akang;
- Alaq Tau;
b. festival seni budaya, olahraga tradisional, kuliner, dan busana khas Daerah;
c. pameran pembangunan Daerah
Baca juga: Viral Fenomena Ribuan Ikan Mati di Muara Sungai Guntung Bontang Habitat Buaya Riska
Upacara Adat di Kalimantan Timur
Selain Festival Dahau, inilah deretan upacara adat lainnya di Kalimantan Timur.
Simak selengkapnya yang dikutip dari Kompas.com.
1. Upacara Adat Beliant
Upacara Adat Beliant berasal dari kata lient: tuing atau betuhing, Arinya berpantang atau tabu. Maksud upacara adat Beliant adalah serangkaian usaha masyarakat Dayak untuk mencegah terjadinya musibah pada manusia dan lingkungan.
Beliant merupakan upcara ritual pengobatan, namun upacara adat ini tidak hanya berfungsi untuk mengobati penyakit, melainkan juga keperluan lain. Upacara adat beliant juga digunakan untuk mencegah terjadinya bencana alam, gagal panen, membuang sial, dan lain sebagainya.
Meskipun kehidupan sudah moderen, namun masyarakat Dayak Banuaq dan Tonyooi masih melakukan ritual pengibatan tradisional jika ada seseorang yang sakit.
Bagi mereka, pengobatan tidak sekedar meminum ramuan melainkan juga melakukan ritual adat. Masyarakat menyakini bahwa pengakit yang dialami seseorang merupakan bentuk kemarahan dewa pada orang yang sakit.
Tujuan upacara adat beliant adalah sebagai bentuk perminta maaf kepada dewa atau leluhur. Upacara adat beliant dilakukan setelah pengobatan yang dilakukan oleh dokter dipandang tidak dapat memberikan kesembuhan.
3. Upacara Adat Beluluh
Beluluh berasal dari kata buluh yang artinya batang bambu dan luluh yang berarti musnah. Buluh mengacu pada singgasana yang diduduki oleh sultan dan putra mahkota, yaitu berupa balai bambu bertingkat tiga. B
Beluluh adalah penyucian sultan dan putra mahkota yang berasal dari suku Dayak Kutai. Sultan dan putra mahkota yang disucikan berasal dari Kesultanan Kutai Kartanegara, dimana mereka masih menjadi pemimpin pemangku adat di daerah Kutai.
Daerah yang berjarak 80 km dari Samarinda. Upacara adat beluluh dipercaya dapat menghancurkan segala unsur negatif di sekeliling keluarga sultan.
Untuk itu, balai yang akan diduduki sultan disediakan peduduk (semacam sesajian) dan tambak karang. Nantinya, kedua benda itu akan dimusnahkan sebagai simbol peluluhan unsur negatif.
4. Upacara Adat Erau
Erau berasal dari bahasa eroh yang berarti ramai, ribut, riuh, maupun suasana yang penuh suka cita. Dalam upacara adat ini, suasana ramai yang dimaksud adalah banyaknya kegiatan yang mengandung makna bersifat sakral, ritual, sekaligus hiburan.
Erau adalah tradisi ritual serta pesta adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Upacara adat erau sebagai acara untuk memberikan hiburan kepada masyarakat. Beberapa kegiatan dalam upacara adat Erau adalah mendirikan tiang kayu, berseprah, letupan meriam, pemberian gelar penghormatan, dan barlimbut.
Puncak acara Erau adalah saling siram-menyiram antara masyarakat yang hadir. Upacara adat Erau diselenggarakan bersamaan dengan hari ulang tahun Kota Tenggarong.
5. Upacara Adat Kwangkay
Upacara Adat Kwangkay merupakan upacara adat yang menjadi ciri khas suku Dayak Benuaq. Upacara adat ini selalu digelar setiap tahun.
Suku Dayak Benuaq yang mayoritas bermukim di Kutai Kartanegara dan Kutai Barat memiliki beberapa upacara ritual yang dipertahankan hingga kini. Salah satu upacara adat yang dipertahankan adalah Upacara Adat Kwangkay atau upacara mengenang arwah leluhur.
Tujuan upacara adat kwangkay adalah memohon kepada Tuhan supaya keluarga yang telah meninggal merasa bahagia dan tenang di alam kubur.
Upacara ini sebagai wujud cinta kasih keluarga yang ditinggalkan. Upacara adat kwangkay juga diselingi dengan upacara adat lain, yaitu Ngerangkau, Mblontang, dan Beliant.
6 Upacara Adat Ngerangkau
Ngerangkau berarti menari dengan mereka yang telah meninggal. Ngerangkau merupakan tarian yang memiliki hubungan erat dengan upacara adat Kwangkay, budaya suku Dayak Benuaq.
Tari ini diciptakan dalam bentuk balas budi arwah yang sudah meninggal untuk mereka yang sudah merawat dan memelihara keluarga dari bayi hingga dewasa.
Makna lainnya adalah untuk menunaikan kewajiban adat supaya arwah tidak tersesat dan memiliki bekal di surga.
7. Upacara Adat Ngugu Tahun
Upacara Adat Ngugu Tahun adalah ritual adat sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta, atas kehidupan yang telah diberikanNya.
Upacara adat yang banyak dilakukan oleh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, Dayak Bentian, dan Dayak Bahau menyedot banyak pengunjung. Puncak upacara adat berupa pemotongan kerbau. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.