Pilpres 2024
Prabowo Subianto Taruh Hormat ke Jokowi dan Iriana, Diserang Tapi Masih Bisa Senyum dan Fokus Kerja
Prabowo Subianto taruh hormat ke Jokowi dan Iriana. Diserang tapi masih bisa Senyum dan Fokus Kerja
TRIBUNKALTIM.CO - Simak informasi seputar Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Prabowo Subianto taruh hormat ke Jokowi dan Iriana.
Belakangan Jokowi dan Iriana 'diserang' beberapa pihak tertentu.
Namun Jokowi dan Iriana masih bisa senyum dan fokus kerja, beber Prabowo Subianto.
Baca juga: Sri Mulyani Beber Anggaran Kemenhan Naik Drastis Rp 61 Triliun, Ini Alasan Prabowo Subianto
Baca juga: 2 Rencana Prabowo Subianto Jika Kalah Lagi di Pilpres 2024, Salah Satunya Bakal Naik Gunung
Baca juga: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun, Kata Prabowo Subianto Jika Kalah di Pilpres 2024
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyinggung Presiden Joko Widodo dan istrinya, Iriana Jokowi yang kerap diserang oleh sejumlah pihak namun tetap tenang.
Prabowo mengatakan, Jokowi tetap tersenyum meski mendapat serangan.
Hal tersebut Prabowo sampaikan saat menghadiri acara deklarasi Relawan Pedagang Indonesia Maju (Rapim) di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (8/12/2023).
Mulanya, Prabowo mengenang dirinya yang pernah diterpa isu hoaks mencekik dan menampar wakil menteri di Istana. Menurutnya, serangan yang datang kepadanya tidak habis-habis.
"Prabowo begini, Prabowo begitu, enggak habis-habis. Tapi tenang saja, enggak ada masalah. Iya kan?," ujar Prabowo.
Lalu, Prabowo menyebutkan, Jokowi dan Iriana yang juga sering diserang.
Namun, Prabowo tak menyebutkan bentuk serangan terhadap Jokowi dan Iriana. Dia mengatakan, Jokowi selalu tersenyum ketika diserang.
"Pak jokowi diserang lah, inilah. Bukan Pak Jokowi saja. Ibu juga diserang. Ini apa ini?" tukasnya.
"Tapi aku lihat beliau senyum saja tuh Pak Jokowi tuh. Beliau senyum saja," sambung Prabowo.
Menurut Prabowo, ketika mengabdi untuk bangsa, tidak ada tempat untuk perasaan pribadi. Dia menilai serangan-serangan itu merupakan risiko sebagai pejabat publik.
"Karena itu, yang ingin berbakti, yang ingin mengabdi, yang ingin berbuat untuk bangsa dan rakyatnya, tidak ada tempat untuk perasaan pribadi. Ya sudah itu risiko kita. Dan beliau sangat tenang. Beliau fokus," imbuhnya.
Baca juga: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun, Kata Prabowo Subianto Jika Kalah di Pilpres 2024
Jokowi Alumni Paling Memalukan
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada atau BEM UGM tampaknya kecewa dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Diketahui, Jokowi juga merupakan alumni UGM dari Fakultas Kehutanan.
Kekecewaan BEM UGM ini diwujudkan dengan memberi gelar kepada Jokowi sebagai alumni paling memalukan.
Penobatan itu disematkan Bedan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa, Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) dalam diskusi publik darurat demokrasi bersama Serikat Merdeka Sejahtera (Semesta) di bundaran UGM, Jumat (8/12/2023).
Baca juga: Sikap Prabowo Jika Menang atau Kalah di Pilpres 2024, Contohkan Saat 2 Kali Dikalahkan oleh Jokowi
Baca juga: Baliho Jokowi Alumni Paling Memalukan di UGM, Ketua BEM Gielbran Ungkap Sederet Alasannya
Permasalahan fundamental seperti kasus korupsi, revisi undang-undang atau UU ITE dan persoalan yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK) disebut menjadi sederet pemicu penobatan itu.
Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor mengatakan penobatan ini sebagai wujud kekecewaan.
Masih banyak sekali permasalahan fundamental yang belum terselesaikan padahal sudah hampir dua periode Joko Widodo memimpin di Indonesia.
Mulai dari kasus korupsi, kini pimpinan KPK yang notabene merupakan garda terdepan pemberantasan korupsi, malah justru menjadi pelaku kriminal.
Kemudian revisi undang-undang ITE soal kebebasan berpendapat yang dinilai sangat mempermudah para aktivis untuk dikriminalisasi.
Belum lagi soal konstitusi. Para hakim Mahkamah Konstitusi terbukti bermasalah dalam sidang MKMK.
Hal ini menjadi gerbang bukti empiris bahwa kenyataannya MK memang tidak independen. Apalagi dengan kedekatan personal antara keluarga Jokowi dengan Hakim Anwar Usman.
Serentetan persoalan tersebut, menjadikan Indeks demokrasi Indonesia dinilai semakin menurun.
"Kita merasa sudah tidak ada momentum lain selain sekarang untuk menobatkan Presiden Jokowi sebagai alumnus paling memalukan," kata Gielbran.
Penobatan Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan ini disimbolkan dengan pemasangan baliho bergambar wajah Jokowi. Baliho berukuran cukup besar sekira 3x4 ini menggambarkan bagaimana Jokowi dalam dua fase.
Yaitu mengenakan almamater UGM berikut caping berpadu dengan Jokowi memakai jas dan mahkota raja. Baliho tersebut terpasang di 3-4 titik di seputar kampus UGM.
Selain itu, wajah Jokowi dalam bentuk topeng juga dihadirkan dalam kursi kosong di diskusi tersebut.
Baca juga: 3 Hasil Survei Capres 2024 November 2023, Anies Baswedan vs Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo
Di akhir acara, panitia menyerahkan kajian berikut sertifikat alumnus paling memalukan kepada manipulasi Jokowi yang diperankan oleh perwakilan massa. Nantinya sertifikat dan kajian itu bakal dilayangkan melalui Pos ke Istana Presiden.
Gielbran menilai, Joko Widodo tidak mencirikan lagi nilai-nilai UGM.
Joko Widodo, di akhir masa pemerintahan justru menghendaki perpanjangan kekuasaan laiknya seorang raja Jawa. Tanpa memperhatikan nilai etik.
"Belum lagi bicara dinasti politik beliau, yang jelas terpampang di depan mata kita.
Sehingga saya rasa seperti tadi tidak ada momentum selain sekarang untuk menobatkan beliau sebagai alumnus paling memalukan," kata dia.
Mimbar diskusi publik di Bundaran UGM ini menghadirkan narasumber Aktivis Hak Asasi Manusia, Fatia Maulidiyanti dan akademisi sekaligus peneliti Hukum Tata Negara Indonesia, Dr. Zainal Arifin Mochtar.
Diskusi ini juga menghadirkan koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) tahun 2010-2016, Haris Azhar.
Dalam diskusi tersebut, Fatia berbicara tentang indeks demokrasi Indonesia yang mengalami penurunan.
Ia mengawalinya dengan tahun 2014, ketika Presiden Joko Widodo dianggap sebagai new hope karena berangkat dari kebaruan yang tidak memiliki rekam jejak buruk di masa lalu.
Bahkan Jokowi sangat tenar dengan gaya blusukannya dan Nawacita.
Pada saat Pilpres berhasil meraup suara hingga 70 persen di Papua. Namun pada akhirnya, kata Fatia harapan tersebut gugur.
"Karena mengangkangi semua janjinya. Pada akhirnya, membawa Indonesia mengalami penurunan indeks demokrasi," kata Fatia.
Baca juga: Biodata/Profil Edy Rahmayadi, Eks Bawahan Prabowo Subianto yang Putuskan Jadi Timses Anies-Cak Imin
Sementara itu, Akademisi Zainal Arifin Mochtar bicara tentang praktek pemberantasan korupsi yang dinilai jalan ditempat.
Menurut dia, jika disusun maka daftar dosa pemerintah dalam sepuluh tahun terakhir sangat panjang dan lebar.
Satu di antara dosa yang paling kentara adalah masih suburnya praktek KKN dan semakin hilangnya non-konflik kepentingan.
Bisa bayangkan, lanjutnya, di Republik Indonesia, menteri sekaligus pengambil kebijakan dan pada saat yang sama bisa diuntungkan dari kebijakan itu.
"Kalau mau kita lacak siapa yang paling berdosa, maka kita harus menyebutkan nama Jokowi plus partai-partai di belakangnya.
Mengapa politik dinasti terjadi, karena dibiarkan oleh partai-partai.
Maka kritik kita hari ini kita bebankan separuh ke Jokowi dan separuh lagi ke partai di belakangnya," kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prabowo: Pak Jokowi Diserang, Ibu Iriana Juga, Ini Apa Ini? "
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.