Berita Penajam Terkini
Asiknya Berwisata ke Gua Tapak Raja, Destinasi Unggulan di Ibu Kota Nusantara
Destinasi unggulan ibu kota baru, yakni Goa Tapak Raja, di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara
Penulis: Nita Rahayu | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,PENAJAM - Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam dari Penajam, sampailah saya di salah satu destinasi unggulan ibu kota baru, yakni Goa Tapak Raja, di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Disambut gerimis membuat pemandangan di sepanjang jalan menuju gua, semakin asri dengan hijaunya dedaunan.
Setelah memarkir kendaraan, perlu berjalan kaki beberapa meter untuk mencapai mulut gua.
Kemudian, harus melalui tangga buatan satu persatu, dan memasuki area gua sambil sesekali melihat kelelawar berterbangan.
Gua Tapak Raja, merupakan destinasi yang terbilang baru di IKN. Menjadi perhatian masyarakat hingga dari luar daerah, bukan hanya karena berada di IKN, tetapi gua ini memiliki cerita sejarah, pun terdapat tapak kaki berukuran besar yang menggantung pada dinding gua.
Baca juga: Dampak IKN Nusantara Bagi Pendapatan Daerah Sekitar, Berkah Gua Tapak Raja untuk Desa Wonasari
Baca juga: Wisata Gua Tapak Raja Jadi Penyumbang Pendapatan Desa Wonosari di IKN Nusantara
Konon, gua ini dulunya merupakan tempat bertapa dan melakukan ritual para leluhur di sekitar gua, setiap malamnya.
Tak ayal, sampai sekarang gua ini sangat dijaga kelestariannya, dan masih dianggap tempat sakral oleh masyarakat setempat.
Buktinya, meski telah menjadi objek wisata, namun untuk memasuki area gua yang menjadi lokasi bertapa, pun adanya tapak kaki pengunjung harus menggunakan jasa pemandu.
Anak-anak juga dilarang memasuki area tersebut, serta bagi perempuan tidak dalam keadaaan haid.
Menurut salah satu pemandu, Komar Roji, tak banyak yang tahu mengenai sejarah gua yang terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku ini.
Yang pasti, gua ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1983. Lambat laun, tak ada lagi pertapaan yang dilakukan di gua ini.
“Biasanya masuk saja, tapi untuk masuk ke gua itu harus pake guide karena hitungannya disini masih sakral, kalau masuk kesini pengunjung juga harus menjaga kebersihan,” ungkapnya Minggu (14/1/2024).
Ia juga menjelaskan bahwa tapak kaki yang menggantung didinding gua, dipercaya masyarakat sebagai tapak kaki raja terdahulu, sehingga menamai gua ini sebagai Gua Tapak Raja.
Tak mudah untuk mendapati tapak kaki tersebut. Karena terdapat disisi lain gua, cukup sempit dan tak ada sirkulasi udara.
Terdapat pula batuan stalaktit dan stalakmit yang masih aktif, sehingga di dalam gua itu akan licin karena adanya tetesan air dari dinding maupun dari atap gua.
Karena sempit dan gelap, pengunjung yang ingin melihat tapak kaki dibatasi maksimal tujuh orang, juga tidak boleh terlalu lama didalam.
“Kadang baru 10 menit itu sudah sesak karena di dalam sempit dan juga rendah, jadi harus nunduk,” sambungnya.
Pengunjung Antusias Masuk ke Dalam Gua
Meski demikian, pengunjung tetap antusias untuk masuk kedalam gua. Mereka bahkan antri untuk menyewa guide.
Salah satu pengunjung, Wiwi mengatakan bahwa ia penasaran dengan cerita yang beredar, soal tapak kaki besar, yang berbeda dari ukuran kaki manusia pada umumnya.
Ia juga mengaku bahwa akses untuk sampai ke dalam gua tidak sulit, hanya sempit dan perlu menunduk agar tidak terkena batuan stalaktit dan stalakmit.
“Tidak sulit, cuma perlu duduk dan hati-hati karena licin dan itu rendah,” ucapnya.
Pengunjung lainnya yakni Ishak juga mengaku datang karena penasaran terhadap cerita yang beredar.
Namun ia cukup kebingungan, sebab saat sampai di loket pembayaran karcis ia langsung masuk tanpa meminta bantuan pemandu, karena mengira tapak kaki raksasa bisa langsung dilihat begitu masuk kedalam gua.
“Ia tadi sempat muter-muter sambil senter sendiri, baru dikasi tau kalau itu masuk kedalam lagi dan harus dipandu,” katanya.
Baca juga: Wisatawan Thailand dan Jerman Kunjungi IKN Nusantara, Titik Nol dan Gua Tapak Raja Jadi Andalan
Wisata Gua Tapak Raja Terus Dikembangkan
Pemerintah Desa Wonosari terus melakukan upaya pengembangan wisata. Tidak hanya menyuguhkan gua, tetapi juga menambah objek wisata buatan disekitar gua.
Kepala Desa Wonosari, Kasyono mengatakan bahwa saat ini telah ada beberapa wahana lain yang bisa dinikmati pengunjung.
Mulai dari wahana flying fox, danau, jembatan sepanjang 200 meter yang langsung masuk kedalam gua, pujasera, dermaga, taman ekoriparian, hingga cafe.
“Di area gua sedang dibangun fasilitas tambahan,” jelasnya.
Diakui masih ada yang dalam tahap pembangunan, namun beberapa juga ada yamg sudah bisa dinikmati, seperti jembatan sepanjang 200 meter tersebut.
Pengunjung pun semakin banyak. Pada akhir pekan setidaknya lebih dari 200 orang berkunjung ke gua tersebut.
Puncaknya pada hari besar atau hari libur nasional, yang bisa mencapai hingga 1.000 orang pengunjung.
Untuk berwisata ke Gua Tapak Raja, penggung akan dikenai retribusi. Hal itu telah diatur dalam peraturan desa (Perdes).
Setiap orang harus membayar 10.000 dan parkiran kendaraan sebesar Rp3.000. Untuk wahana flying fox, dikenai biaya Rp25 ribu dan wahana air Rp10.000.
“Itu untuk peningkatan PAD makanya kita buatkan peraturan desa,” pungkasnya. (*)
Kesiapan Pemkab Penajam Paser Utara dalam Makan Bergizi Gratis Diapresiasi Kemenkumham |
![]() |
---|
Tantangan Teknis dan Stabilitas Pangan dalam Program MBG di Penajam Paser Utara |
![]() |
---|
Petani di Desa Tengin Baru PPU Kembali Tanam Kopi Liberika, Bangkitkan Semangat Petani Lokal |
![]() |
---|
BAZNAS PPU Salurkan Rp190 Juta Lebih untuk 92 Mustahik |
![]() |
---|
Tim dari Mabes Polri Kunjungi Polres PPU untuk Evaluasi Pelayanan Publik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.