Berita Mahulu Terkini

Disparpora Sebut Laliq Ataq Bisa Jadi Daya Tarik Wisatawan Datang ke Mahulu,Kalimantan Timur

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Mahakam Ulu, Yason Liah mengatakan budaya Laliq Ataq berpotensi tingkatkan jumlah wisatawan

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/KRISTIANI TANDI RANI
Perayaan Laliq Ataq, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Mahakam Ulu Yason Liah mengatakan tradisi ini berpotensi meningkatkan jumlah wisatawan ke Mahulu. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Mahakam Ulu, Yason Liah mengatakan budaya Laliq Ataq berpotensi tingkatkan jumlah wisatawan ke Mahulu.

Ia mengatakan Laliq Ataq adalah sebuah bentuk syukur yang telah rutin dilakukan masyarakat di Mahulu.

Ritual ini merupakan salah satu bentuk syukur atas panen hasil ladang masyarakat.

Baca juga: Mengenal Tradisi Laliq Ataq, Ritual Syukuran Hasil Panen Masyarakat Dayak di Mahakam Ulu Kaltim

"Khususnya untuk jenis panganan yang berasal dari beras ketan," katanya, Sabtu (24/2/2024).

Biasanya dalam ritual adat ini masyarakat secara bersama-sama menumbuk padi di sebuah lokasi. Seperti yang baru saja dilakukan di Lamin Adat Ujoh Bilang, Minggu (18/2/2024) lalu.

Padi ketan muda tersebut disangrai kemudian ditumbuk menjadi beras hingga dia menjadi sangat lunak untuk diolah menjadi makanan tradisional. 

"Bisa dikonsumsi setelah ditambah juga dengan bahan-bahan lain," ujarnya. Nama lain dari makanan tradisional hasil olahan tersebut adalah emping.

Masyarakat sering menyebut kegiatan menyantap olahan ini sebagai makan emping padi ketan.

Baca juga: Disparpora Mahulu Akan Menyelenggarakan Festival Hudoq Pakayang 19 - 22 Oktober 2024

Emping ketan adalah sebuah makanan yang dibuat dari padi ketan setengah tua yang kemudian padi tersebut disangrai hingga pecah mirip popcorn, setelah itu padi yang telah matang tersebut kemudian ditumbuk menggunakan alu dan lesung (alat tumbuk padi tradisonal) hingga membentuk lempengan.

"Terkait dengan pernyataan pak bupati bahwa ini adalah bagian dari pelestarian budaya dan perlu pengemasan saya pikir memang tepat sekali apa yang dibilang," imbuhnya menyikapi pernyataan bupati Mahulu mengenai pelestarian budaya.

Ia menyebut, secara tradisi kegiatan ini dilakukan hampir semua kampung yang ada di Mahulu.  Sebagai bentuk wujud syukuran panen padi yang telah mereka capai di tahun itu.

"Kaitannya dengan pelestarian budaya itu sudah secara terus menerus tetap dilaksanakan secara rutin," jelasnya melalui sambungan WhatsApp. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved