Timnas Indonesia
Kenali Gejala Papiledema, Penyakit yang Diderita Kurnia Meiga, Eks Kiper Timnas Kini Jualan Emping
Eks kiper Arema FC dan Timnas Indonesia, Kurnia Meiga kembali menjadi sorotan.
Cairan bening ini membantu menjaga organ otak tetap stabil dan melindunginya dari kerusakan akibat gerakan tiba-tiba dan trauma.
Sementara pada bagian belakang mata, terdapat cakram optik (optic disc) yang menjadi "kepala" saraf optik.
Saraf optik merupakan jalur yang menghubungkan mata ke otak.
Papiledema sendiri terjadi saat ada peningkatan tekanan di sekitar otak akibat penumpukan CSF.
Ketika tekanan otak meningkat, saraf optik akan membengkak saat memasuki bola mata pada area cakram optik.
Terdapat berbagai kemungkinan penyebab papiledema yang dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun etnis.
Beberapa kondisi medis serius yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan di sekitar otak dan memicu papiledema, termasuk:
- Trauma kepala
- Radang otak atau jaringan di sekitarnya
- Tekanan darah sangat tinggi, yang oleh dokter disebut sebagai krisis hipertensi
- Infeksi di otak
- Tumor otak
- Pendarahan di otak
- Penyumbatan darah di otak
- Kelainan pada tengkorak
- Hidrosefalus atau penumpukan cairan di dalam rongga jauh di dalam otak
- Hipertensi intrakranial idiopatik (IIH) atau peningkatan tekanan di dalam tengkorak tanpa alasan yang jelas
- Lesi sumsum tulang belakang.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, meski dapat menyerang siapa saja, papiledema lebih sering terjadi pada wanita.
Baca juga: Terbaru! Terjawab Kenapa Kurnia Meiga jadi Sorotan, Terkuak Alasan Eks Kiper Timnas Jual Medali
Penderita biasanya berusia 20 hingga 44 tahun dan cenderung mengalami kelebihan berat badan (indeks massa tubuh/BMI lebih besar dari 25) atau obesitas (BMI lebih besar dari 30).
Insiden gangguan penglihatan papiledema pada kelompok tersebut tercatat sekitar 13 per 100.000 kasus.
Papiledema dapat dianggap sebagai keadaan darurat medis.
Terlebih, salah satu penyebabnya yakni hipertensi intrakranial dapat berakibat serius, bahkan berpotensi mengancam nyawa.
Gejala papiledema
Penderita papiledema mungkin tidak mengalami gejala atau asimptomatik.
Kendati demikian, beberapa gejala papiledema dapat dirasakan, antara lain:
1. Sakit kepala Sakit kepala yang berhubungan dengan papiledema mungkin akan terasa lebih buruk di pagi hari dan saat berbaring.
2. Pengaburan visual sementara Penderita papiledema kemungkinan akan mengalami pengaburan visual sementara, sekitar 5 hingga 15 detik.
Saat penglihatan kabur, penderita hanya melihat bayangan abu-abu atau pemandangan yang menggelap, mirip gerhana total saat Bulan menghalangi Matahari dari pandangan manusia.
Baca juga: Istri Kurnia Meiga Banting Stir Tinggalkan Dunia Model, Azhiera Adzka Fathir Fokus Merawat Suami
Dapat dirasakan pada kedua mata (bilateral) atau hanya satu mata (unilateral), gejala ini biasanya terjadi ketika penderita mengubah postur tubuh.
3. Penglihatan ganda (diplopia) Diplopia dapat terjadi jika hipertensi intrakranial menyebabkan kelumpuhan saraf kranial yang mengganggu otot mata.
4. Mual dan muntah Gejala papiledema yang mungkin dialami penderita lainnya adalah perasaan mual dan keinginan untuk muntah.
5. Gejala neurologis Gejala neurologis kemungkinan termasuk masalah gerakan atau pemikiran.
Lambat laun, penderita akan merasakan gejala berupa penglihatan yang semakin memburuk seiring dengan perkembangan kondisi.
Dokter yang mencurigai seseorang menderita papiledema akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada mata dan sistem saraf.
Dokter biasanya menggunakan oftalmoskop, sebuah alat berbentuk pena dengan roda menyala di ujungnya.
Dengan oftalmoskop, dokter akan memeriksa bagian belakang mata melalui pupil.
Dokter juga mungkin menggunakan obat tetes untuk melebarkan pupil dan membuatnya lebih mudah untuk diperiksa.
Penampilan mata pasien akan sangat memainkan peranan penting dalam diagnosis papiledema.
Baca juga: Terbaru! Terjawab Sudah Kenapa Kurnia Meiga Disorot, Terkuak Alasan Eks Kiper Timnas Jual Medali
Selanjutnya, dokter akan menilai apakah ada kelainan pada cakram optik, seperti tidak pada posisinya atau tampak lebih kabur dari biasanya.
Perubahan tersebut dapat mengindikasikan bahwa saraf optik mengalami pembengkakan.
Dokter juga akan melakukan tes, termasuk penilaian akurasi visual untuk mengungkapkan perubahan penglihatan warna, kehilangan penglihatan, atau penglihatan ganda.
Jika terdeteksi tanda-tanda papiledema, dokter akan melakukan pemindaian pencitraan otak, seperti MRI atau CT scan.
Tes darah dan analisis CSF dari kanal tulang belakang mungkin juga diperlukan untuk mengetahui penyebab dan gejala papiledema lebih lanjut. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.