Pileg 2024
Cuma Dapat 60 Suara, Terungkap Alasan Sebenarnya Caleg PKS Cilegon Putus Air Warga Setelah 4 Tahun
Seorang caleg PKS bernama Sumedi Madasik menjadi sorotan setelah menghentikan saluran air ke warga.
TRIBUNKALTIM.CO - Seorang calon anggota legislatif (caleg) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kota Cilegon, Sumedi Madasik menghentikan penyaluran air ke rumah warga dari sumur bor miliknya.
Dampaknya, warga Cisuru RT 03/06 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten sulit mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Ternyata inilah alasan caleg PKS Cilegon yakni Sumedi Madasik putus saluran air bersih ke warga.
Baru-baru ini, seorang caleg PKS bernama Sumedi Madasik menjadi sorotan setelah menghentikan saluran air ke warga.
Baca juga: Imbas Mundur dari Caleg, Akun Medsos Ratu Ngadu Bonu Wulla Diserbu, Potensi Diganti Viktor Laiskodat
Baca juga: Terbanyak dari PKS, Daftar Nama 106 Caleg yang Diperkirakan Lolos ke DPRD DKI Jakarta 2024-2029
Baca juga: 40 Caleg Artis yang Gagal Lolos ke DPR RI, Anang, Krisdayanti hingga Aldi Taher dan Vicky Prasetyo
Disebutkan, alasan caleg PKS Sumedi Madasik memutuskan aliran air warga dari bor miliknya lantaran kesal tak mendapat 100 suara.
Terkini, Sumedi akhirnya membeberkan alasan sebenarnya kenapa dirinya tega memutuskan saluran air tersebut hingga bikin warga kesulitan dapar air bersih.
Dilansir Tribun-medan.com dari Kompas.com, Sumedi Madasik mengakui dirinya telah menyetop akses air bersih dari sumurnya ke rumah warga Cisuru.
Namun, Sumedi membantah bahwa penyetopan itu ia lakukan secara sepihak setelah gagal lolos caleg PRD Cilegon dalam Pemilu 2024.
Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya listrik yang selama ini sudah ditanggungnya.
Dimana ia telah menawarkan biaya pengambilan air dari salurannya dinaikkan dari sebelumnya Rp 10.000 per kubik.
Dia menyebut, warga memang membayar Rp 10.000 per kubik.
Namun, Sumedi hanya menerima Rp 5.000.
Sementara, sisa uang itu dikelola warga setempat untuk perawatan mesin dan beban listrik.
"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan,”
“Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ujarnya dilansir Tribun-medan.com, Jumat (15/3/2024).
Sumedi berharap, biaya iuran air bisa dinaikkan dengan alasan untuk menutupi biaya kebutuhan listrik pompa air tersebut.
Disisi lain, warga yang sudah menikmati air bersih dari penggunungan itu selama empat tahun kini menelan kekecewaan.
Kini, warga pun kesulitan mencari air bersih. Mereka terpaksa mengambil air di sumur resapan yang jaraknya sejauh hampir 1 km.
Caleg dari PKS itu gagal meraih kursi DPRD Kota Cilegon pada Pemilu 2024.
"Diputusnya setelah pemilu, sekitar tanggal 18 Februari 2024 kemarin," kata warga bernama Buki saat ditemui di kampunya pada Selasa (12/3/2024).
"Beliau minta supaya dapat 100 suara dari kampung ini, berhubung suaranya ngga nyampe pas pemilu, akhirnya diputus sama dia," ucapnya.
Buki mengungkapkan tidak ada perjanjian warga untuk mendukung si pemilik air bersih dalam urusan politik pada saat pepenyaluran air bersih.
Buki mengakui warga membayar setiap bulan selama air bersih mengalir di setiap rumah warga setempat.
"Sudah empat tahun ngalir, mungkin butuh bayar listriknya atau apa, kita diminta biaya Rp 10 ribu per kubik," ungkapnya.
Pembayaran tersebut dilakukan oleh warga setiap bulan, dengan harga sesuai banyaknya volume air yang mereka ambil.
Warga lainnya, Satriah mengakui adanya kesepakatan warga dengan si pemilik sumur bor pada saat pemilu 2024.
Namun dikarenakan banyak warga kampung yang awam, kata dia, sehingga banyak warga tidak memilih caleg yang bersangkutan.
"Inginnya orang sini milih ke situ (caleg PKS,-red) tapi orang sini ngga milih ke situ, akhirnya kecewa," ungkapnya.
Pada saat penyetopan dilakukan oleh si pemilik, menurut Satriah warga setempat hanya bisa pasrah.
Lantaran sumur bor tersebut milik pribadi yang bersangkutan, bukan milik pemerintah.
"Itu kan punya nya yah, kalo diminta diputus yah diputus," ungkapnya
Dengan adanya insiden tersebut, kata dia, kini warga Cisuru mengalami kesulitan air bersih.
"Sekarang kita susah ngambil air, yah harapannya dari pemerintah ada perhatiannya untuk kita, kalo bisa dibuatkan sumur bor biar kita ngga kesusahan air lagi," harapnya.
Menanggapi hal ini, Sumedi mengaku, ia merasa wajar jika warga setempat bisa memberikan suara mereka pada Pemilu 2024 dari hal baik yang dilakukannya.
Dari jumlah 140 warga yang masuk DPT, ia mengaku hanya meminta 100 suara untuk dirinya terpilih sebagai caleg PKS untuk DPRD Cilegon.
"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara. Wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," ucapnya.
Ia menyebut, warga setempat telah bersepakat untuk memberikan hak pilih mereka kepada dirinya saat Pemilu 2024.
Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih caleg lainnya.
“Itu akibat serangan fajar,” pungkasnya.
(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul ALASAN Caleg PKS Cilegon Putus Air Warga Usai Gagal Terpilih, Kesal Cuma Dapat 60 Suara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.