Berita Samarinda Terkini
TPPS Samarinda yang Dipimpin Rusmadi Berkunjung ke Surabaya, Belajar Menurunkan Angka Stunting
Kunjungan TPPS Samarinda tersebut disambut Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Fauzie Mustaqiem Yos.
Penulis: Ata | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dikutip dari .kemkes.go.id Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi
Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus berupaya menurunkan angka stunting.
Untuk itu, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemkot Samarinda yang dipimpin Wakil Walikota Rusmadi berkunjung ke Surabaya, Selasa (26/3/2024).
Kunjungan TPPS Samarinda tersebut disambut Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Fauzie Mustaqiem Yos di ruang Rapat BKPSDM Surabaya.
Baca juga: Tindakan Tegas yang Dilakukan Dishub Samarinda jika Ada Kendaran yang Parkir di Eks Jalan Anggi
Rusmadi mengatakan, studi tiru dilakukan di Surabaya lantaran kota tersebut berhasil menurunkan angka stunting dalam beberapa tahun ini.
Mereka menggunakan aplikasi Sistem Pelayanan Pendampingan dan Perlindungan Warga Surabaya dalam menurunkan angka stunting dengan cepat.
"Kita ketahui stunting merupakan musuh utama yang perlu diberantas karena mengangkut soal masa depan generasi emas di tahun 2045," ungkapnya.
Keberhasilan Surabaya dalam menurunkan stunting juga berkat kerja sama yang baik dari tingkat atas hingga tingkat kecamatan dan kelurahan.
Keterlibatan peran pihak swasta juga turut serta dalam membantu menurunkan stunting.
"Surabaya memiliki kader sebanyak 28 ribu di bawah binaan Dinkes dan didukung anggota PKK Surabaya yang aktif bergerak mendukung program zero stunting," tambah Fauzie Mustaqiem Yos. (*)
Dikutip dari .kemkes.go.id Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan
1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting, kurang lebih ada 5 juta anak Indonesia mengalami stunting (Studi Status Gizi Indonesia, 2021).
Bila generasi penerus kerap mengalami stunting, akankah Indonesia melihat generasi emas-nya di 2045?
Indonesia menargetkan angka stunting turun hingga 14 persen pada tahun 2024, sementara angka stunting di tahun 2021 mencapai 24 persen
23 persen bayi lahir sudah stunting, maka intervensi harus dimulai sebelum bayi lahir—bahkan sejak perempuan masih di usia remaja.
Gap dalam permasalahan stunting di Indonesia
8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dan berisiko anemia
2,8 juta dari 4,9 juta Ibu hamil tidak periksa kehamilan minimal 6x
Hanya 46.000 dari 300.000 Posyandu aktif beroperasi
6,5 juta dari 22 juta balita tidak dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
1.5 juta relawan kader belum memiliki standardisasi kemampuan
Perbedaan antara balita normal dan stunting terlihat dari sisi tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang.
Pemerintah telah berusaha melalui Gerakan Cegah Stunting dengan 5 kegiatan
Gerakan #AksiBergizi : Membentuk kebiasan olahraga, sarapan dan konsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan anemia pada remaja di sekolah
Gerakan #BumilSehat : Meningkatkan pemeriksaan dan pengetahuan Bumil untuk meningkatkan kesehatan bumil
Gerakan #PosyanduAktif : Meningkatkan cakupan tumbuh kembang balita di Posyandu untuk deteksi dini dalam mencegah balita gizi kurang dan stunting
Gerakan #JamboreKader : Meningkatkan kapabilitas kader dalam memberikan pelayanan
Gerakan #CegahStuntingituPenting : Mengedukasi masyarakat tentang stunting dan pencegahannya melalui pesan ABCDE
Business Partner Gathering Aston Samarinda, Menawarkan Ruang Baru Serba Canggih |
![]() |
---|
Reaksi Warga Samarinda Atas Wacana Parkir Berlangganan, Minta Dishub Awasi Jukir Liar |
![]() |
---|
Besok, 100 Ribu Warga Diprediksi Padati Pawai Karnaval Budaya Nusantara di Samarinda |
![]() |
---|
Pemkot Samarinda Terapkan Aturan 'Anti-Syok', Kenaikan PBB 2025 Maksimal 25 Persen |
![]() |
---|
Soal Kenaikan PBB-P2, Akdemisi Abdul Rofik: Kalau tak Bisa, Mundur dari Walikota atau Bupati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.