Berita Mahulu Terkini

Pemberian ASI pada Anak, Salah Satu Langkah Atasi Stunting di Mahakam Ulu Kaltim

Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang rendah untuk usianya di Mahakam Ulu Kalimantan Timur

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU
PENANGANAN STUNTING MAHULU - Ilustrasi ukur ketinggian badan anak sebagai deteksi stunting. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo mengatakan untuk bayi yang lahir tidak mencukupi mencukupi panjang minimal fokus diberi ASI, Senin (13/5/2024). 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang rendah untuk usianya.

Faktor penyebabnya adalah malanutrisi, infeksi berulang, atau stimulasi sosial yang buruk.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo saat berkunjung ke Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur

Dia jelaskan, kondisi ini dapat membatasi produktivitas mereka di masa depan dan mengancam kesehatan anak-anak mereka sendiri.

Baca juga: 3 Keunggulan KB Implan Satu Batang, BKKBN RI Kenalkan ke Masyarakat Mahakam Ulu

Pemberian ASI berpotensi mencegah stunting pada anak.

Oleh karena itu, para ibu sebaiknya memberikan ASI eksklusif kepada anaknya selama 6 bulan.

Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada ASI mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang masih rentan.

Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting.
Sumber makanan protein hewani dan nabati bagus untuk ibu hamil demi cegah stunting. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO)

Simak Panjang Minimal Bayi

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo mengatakan untuk bayi yang lahir tidak mencukupi mencukupi panjang minimal patut diwaspadai mengalami stunting.

Dimana panjang minimal bayi yang baru lahir berada pada angka 48 sampai 52 cm.

Jika panjang bayi tidak mencapai panjang minimal tersebut, Ia menyarankan untuk fokus memberikan ASI pada si bayi.

Bayi tersebut tidak boleh diberikan makanan lain, termasuk bubur untuk mengurangi potensi terjadinya stunting.

"Kalau jaman saya kecil dulu baru lahir sudah langsung pisang kepok itu dikerok, sekarang sudah tidak lagi mungkin karena sudah modern," katanya bercerita tentang kisahnya di masa lalu.

Baca juga: IKN di Kaltim Bakal jadi Contoh Wilayah Zero Stunting, Calon Pengantin Perlu Diskrining Kesehatan

Ia menyebut, di zaman dahulu di kampungnya ibu-ibu sering memberikan pisang pada bayi yang baru lahir.

Meski berasal dari Pulau Jawa, Ia mengakui dirinya lahir dari sebuah kampung pelosok.

"Begitu lahir dikasih pisang, kalau disini pelir kambing," kisahnya.

Ia sedikit bercerita tentang masa pengabdiannya di Kutai Barat (Kubar), dimana ia sempat kaget saat pertama kali datang dari Jawa di Melak, Kutai Barat. 

Suatu pagi, ia mendengar seorang penjual pisang kepok keliling yang menyebut pisang itu dengan nama pelir kambing.

"Saya semangat untuk makan pelir kambing itu, eh ternyata pisang kepok begitu," ujarnya sambil bercanda.

Baca juga: Dinas Kesehatan Kabupaten Mahulu Kaltim Gencar Lakukan Penanganan Stunting

Kepala BKKBN RI ini menyebut kisahnya di daerah banyak memberikan pengalaman yang lucu dan berkesan.

"Karena bentuknya seperti pelir kambing, banyak bahasa yang saya ingat itu lucu-lucu," kenangnya.

(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved