Sinopsis Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis Kapan Tayang? Prilly Latuconsina Pakai Behel dan Jadi Cupu

TRIBUNKALTIM.CO - Terjawab kapan Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis tayang!

Film yang dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Pradikta Wicaksono mengeluarkan first look pertamanya.

Film yang dinantikan Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis belum diketahui kapan akan tayang karena belum memiliki pengumuman resmi.

Tak sabar akan tayang, inilah sinopsis Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis yang disutradarai oleh Reka Wijaya Kusuma, film ini menampilkan Prilly Latuconsina dan Pradikta Wicaksono sebagai pemeran utama.

Selain mereka, film ini juga dibintangi oleh Kristo Immanuel, Shania Gracia, Widi Mulia, dan Ummi Quary dalam peran-peran penting lainnya.

Baca juga: Sinopsis Film Terbaru Joko Anwar Nightmares and Daydreams Serial Terbaik Netflix Indonesia!

Film terbaru dari Sinemaku Pictures yang berjudul "Bolehkah Sekali Saja Kumenangis" telah selesai diproduksi dan dijadwalkan untuk rilis tahun ini.

Prilly Latuconsina tidak hanya berperan sebagai pemeran utama tetapi juga mengambil bagian sebagai produser bersama Yahni Damayanti dan Umay Shahab.

Menyusul kesuksesan film horor "Temurun," ini merupakan produksi keempat dari Prilly. Dia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada sutradara Reka Wijaya yang telah berhasil mengarahkan film ini dengan sangat baik.

Prilly, yang memerankan karakter Tari, mengungkapkan kegembiraannya tentang proyek ini dan menyatakan bahwa dia belajar banyak dari perannya.

"Bolehkah Sekali Saja Kumenangis" adalah film kedua yang akan dirilis oleh Sinemaku Pictures tahun ini, setelah "Temurun."

Dalam salah satu unggahan Instagram dari akun resmi Sinemaku Pictures, mereka menyampaikan pesan yang menggugah: "Untuk kalian semua yang menanggung beban lebih dari yang bisa ditahan, namun tetap harus terlihat baik-baik saja, inilah film dari Sinemaku hanya untuk kamu."

Sinopsis Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis

Trailer film tersebut memperlihatkan karakter Tari, yang diperankan oleh Prilly, berada dalam sebuah kelompok dukungan.

Di sana, orang-orang berbagi cerita tentang kehidupan mereka.

Dengan wajah lelah dan sedih, Tari menceritakan bagaimana rumah yang seharusnya menjadi tempat nyaman malah menjadi sumber tekanan baginya.

Dalam sebuah dialog, Tari berkata, “Rumah itu tempat yang paling nyaman buat kita pulang. Karena disana kita bisa ngerasain kasihnya seorang ibu dan sayangnya seorang ayah.”