Berita Mahulu Terkini

Cerita Gendongan Bayi dan Fakta Dibalik Asal-usulnya di Mahakam Ulu Kaltim

Gendongan bayi adalah salah satu perlengkapan penting yang dirancang khusus untuk membawa bayi dengan cara yang nyaman dan aman

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/KRISTIANI TANDI RANI
KARYA BUDAYA MAHULU - Gendongan bayi masyarakat Dayak, Baq Aban di Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Dengan berbagai jenis dan model, gendongan bayi menjadi solusi praktis bagi para orangtua yang ingin tetap aktif sambil menjaga keintiman dengan sang buah hati.  

Sang putri bertingkah aneh saat sang pangeran hantu air datang, dia mengajak semua teman-teman sebayanya untuk mendekorasi dan ada juga yang memasak.

Melihat tingkah sang putri itu semua keluarga kerajaan pun bingung karena mereka tidak melihat apa-apa dan siapa-siapa.

Tidak ada tanda-tanda akan ada acara pernikahan dirumah itu secara kasat mata, namun sang putri tetap ngotot bahwa akan ada pernikahan hari itu juga.

Tiba-tiba putri itu berbicara seolah-olah menyambut kedatangan orang banyak namun seisi kerajaan tidak ada yang melihat siapa-siapa yang datang.

Ia pun  bertingkah aneh, dia duduk bersama dayangnya seolah-olah ada yang berbicara tentang lamaran itu.

Namun sampai saat itu seisi kerajaan tidak ada yang melihat siapa-siapa.

Sang putri mengambil jarum dan menjahit bajunya yang agak sobek dikit, dan jari telunjuknya ketusuk jarum akhirnya meninggal pada hari itu juga.

Kerajaan mengira bahwa ketusuk jarum hanya sebagai penyebab kematiannya secara fisik saja.

Ayah ibunya tidak puas akan kematian putri mereka yang meninggal dengan tidak wajar itu.

Tidak lama kemudian kira-kira tujuh hari setelah kematian gadis itu, ayahnya pergi ke sungai untuk menimbah air. 

Tiba-tiba ia melihat anaknya muncul dari dalam air dengan membawa dua orang anak yang masih kecil yang masih di gendong dibelakan dan didepan lalu duduk di atas batu yang letaknya berada ditengah sungai Kayan nama batu itu adalah Batu Butoi yang masih ada sampai saat ini.

Sang Ayah pun lari ketengah untuk mendapati anak gadisnya itu, dengan kedalaman air setinggi lutut orang dewasa.

Tiba-tiba sang ayah sudah berada di pokok tangga rumah tempat tinggal sang anak, lalu di bawanya lah dia ketempat di mana gadis itu tinggal.

Ternyata suami sang anak juga adalah seorang pangeran dalam air putranya raja Iban Lakai hantu air.

Melihat anaknya berada disitu ayahnya tidak mau pulang kedaratan karena tetap mau berada didekat putrinya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved