Ibu Kota Negara
Dampak Nyata IKN Nusantara Kaltim, Pedagang Warung Kelontong Laris Manis, Sepekan Untung Rp10 Juta?
Tengok dampak nyata IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim). Pedagang warung kelontong laris manis. Sepekan untung Rp10 juta.
TRIBUNKALTIM.CO - Pembangunan ibu kota negara alias IKN Nusantara di Kaltim selalu menjadi sorotan publik.
Apalagi saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan jelang Upacara HUT Kemerdekaan di IKN Nusantara, Kalimantan Timur.
Di balik riuh rendah pembangunan IKN Nusantara, berkah berlimpah dirasakan kelompok pedagang dan UMKM.
Tengok dampak nyata IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim).
Pedagang warung kelontong di jalan poros IKN Nusantara laris manis.
Dari pengakuan sejumlah pedagang, mereka bisa meraih untung hingga Rp 20 juta dalam dua pekan, artinya sepekan bisa dapat untung Rp10 juta.
Baca juga: Istana Ungkap Jadwal Presiden Jokowi ke IKN di Kaltim Akhir Juli 2024, Mulai Berkantor?
Sejumlah pelaku usaha warung kelontong di sekitar jalan poros Ibu kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), mengaku meraup keuntungan besar sejak proyek IKN dimulai.
Keuntungan yang signifikan dalam waktu singkat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha kecil ini.
Bude Lisa (53), salah satu pemilik warung kelontong di Kecamatan Sepaku VI PPU, mengungkapkan bahwa dalam dua minggu saja, ia bisa meraih keuntungan sekitar Rp 15-20 juta per minggu.
"Alhamdulillah, selalu ada pembeli. Dalam dua minggu, jika dihitung, bisa mencapai (Rp 20 juta). Tapi kan keuntungan ini diputar lagi untuk membeli bahan-bahan gorengan, es, kopi, dan rokok.
Rokok paling laris dan modalnya juga paling banyak," ujarnya kepada Teibunkaltim.co pada Rabu (24/7).
Baca juga: Heboh! Persiapan Jokowi Ngantor di IKN Nusantara, Furniture Didatangkan Langsung dari Istana Jakarta
Warung kelontong Bude Lisa buka dari pukul 06:00 hingga 18:00 WITA. Meski berpotensi buka 24 jam, Bude Lisa mengaku tidak sanggup karena keterbatasan tenaga.
"Sebenarnya bisa buka 24 jam, tapi saya tidak sanggup karena kelelahan dan tidak ada waktu istirahat, saya sendirian yang menjaga warung," jelasnya.
Menurutnya, pembeli terbanyak relatif ada saat malam hari dan pagi hari ketika pekerja proyek masih beraktivitas melakukan pengecoran pelebaran jalan dan konstruksi proyek penunjang IKN lainnya.
"Kalau malam hari dan pagi itu paling ramai, rokok, minuman dingin seperti ice kopi, dan extra Joss susu paling laku," tambahnya.
Dari pantauan Tribunkaltim.co, warung Bude Lisa sangat sederhana, terbuat dari kayu seadanya dengan atap seng bekas dan dinding terpal bekas. Debu proyek yang menempel pada dinding tidak mengurangi minat para pembeli, seolah mereka percaya debu tersebut hanya menutup bagian luar warung dan tidak mencampuri makanan.
Warung kelontong ini menyediakan beragam minuman sasetan mulai dari seharga Rp 5 ribu per gelas dengan tambahan es jika diinginkan pembeli dan aneka gorengan tahu isi.
Didalam warung, terdapat tempat duduk panjang dan meja kayu sederhana di dalam warung.
Bude Lisa juga mengaku tidak mengeluarkan biaya sewa lahan karena tanah tersebut milik keluarganya. Namun, dia tetap mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 11 juta untuk membangun warung dan membeli bahan jualan. Selain itu, ia juga mengeluarkan biaya Rp 100.000 per empat hari untuk air 1 tandon berkapasitas 1000 liter.
"Tidak ada biaya tambahan lain, hanya itu modalnya. Listrik di sini tidak ada, jadi saya menggunakan tenaga surya. Makanya saya tidak menjual minuman dingin langsung dari kulkas, tetapi dengan es batu," ungkapnya.
Sementara itu, Lidia (45) pemilik warung kelontong lainnya, juga merasakan dampak positif dari proyek IKN. Lidia menuturkan hal yang kurang lebih sama dengan Bude Lisa.
"Alhamdulillah, dagangan saya laris manis karena pekerja proyek butuh minum, makan, rokok, dan cemilan seperti gorengan," ujarnya.
Baca juga: Kualitas Bangunan di IKN Nusantara Disorot Diduga Akibat Proyek Kejar Tayang, PUPR Beri Penjelasan
Warung Lidia menyediakan lebih banyak gorengan dan kopi panas. Keuntungannya juga berkisar belasan hingga puluhan juta, yang diputar kembali untuk membeli bahan-bahan jualan.
"Alhamdulillah lumayan mas (untungnya) bisa juga sampai segitu (Rp 15-20 juta), tapi kan itu belum semuanya bersih segitu karena harus diputar lagi buat beli bahan-bahan jualan ini," ungkapnya.
Dengan adanya proyek IKN, usaha warung kelontong di Kecamatan Sepaku tidak hanya menjadi penopang ekonomi keluarga, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan para pekerja konstruksi yang beraktivitas di kawasan tersebut. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.