Remaja Samarinda Tenggelam

Keluarga Beber Remaja 16 Tahun yang Tenggelam di Sungai Karang Mumus Samarinda tak Bisa Berenang

Waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, handphone Suriansyah berdering, Minggu (4/8/2024)

Penulis: Rita Lavenia | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
KELUARGA KORBAN TENGGELAM - Suriansyah (kaos hitam) ayah dari Ridho, remaja 16 tahun yang tenggelam di Sungai Karang Mumus Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu (4/8/2024). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, handphone Suriansyah berdering, Minggu (4/8/2024). 

Salah satu tenaga pendidik di sekolah madrasah Samarinda ini baru saja beristirahat dari kegiatan gotong royong di wilayah Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda.

Ia mengira panggilan tersebut berasal dari anaknya, Ridho (16) yang tengah berada di rumah kakeknya di Jalan Harmonika, Gang Tanjung 7D, RT 37, Kelurahan Sungai Pinang Luar, Kecamatan Samarinda Kota.

"Pak, Ridho tenggelam di sungai," hanya kata-kata itu yang sempat ia dengar dari sambungan telepon keluarganya.

Baca juga: Basarnas Mencari Korban, Hadapi Arus Deras, Sempat Menarik Pecahan Kaca Sungai Karang Mumus

Ia lunglai. Namun istighfar membuatnya kuat melajukan kendaraan ke TKP yang dimaksud.

"Anak saya tidak bisa berenang. Tidak pernah juga dia begitu. Kenapa nekat begitu," lirih Suriansyah saat dijumpai TribunKaltim.co di lokasi kejadian.

Ia tak banyak bicara. Matanya masih sembab setelah meluapkan kesedihan yang mendadak harus ia ikhlaskan.

Dengan sangat pelan ia mengatakan terakhir bertemu anak sulungnya tersebut, Sabtu pada 3 Agustus 2024. 

Saat itu ia menjemput putranya itu untuk berlibur karena tinggal di asrama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Samarinda.

"Setiap malam minggu dia pasti tidur di rumah kakeknya di sini (Gang Tanjung)," ucapnya pelan.

Baca juga: Kronologi Remaja Samarinda Tenggelam di Sungai Karang Mumus, Sempat Minta Tolong Penambang Pasir

"Dia anak pertama saya dari dua bersaudara. Saya tidak ada firasat sama sekali. Harapan terbesar saya dia segera ditemukan," ucap Suriansyah dengan begitu pelan dan tak mampu memberi keterangan lagi.

Begitupun Ali, kakek dari korban. Selama proses pencarian ia hanya duduk termenung di tepi sungai.

KORBAN TENGGELAM SAMARINDA - Para penyelam Basarnas saat melakukan pencarian M. Ridho (16) yang tenggelam di Sungai Karang Mumus, Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu (4/8/2024). Pada penyelaman terakhir ia bersama dua penyelam lainnya sempat kesulitan naik ke dasar sebab tubuh mereka terlilit benang nilon dan senar pancing.
KORBAN TENGGELAM SAMARINDA - Para penyelam Basarnas saat melakukan pencarian M. Ridho (16) yang tenggelam di Sungai Karang Mumus, Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu (4/8/2024). Pada penyelaman terakhir ia bersama dua penyelam lainnya sempat kesulitan naik ke dasar sebab tubuh mereka terlilit benang nilon dan senar pancing. (TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA)

Dengan mata sembab pria lansia ini memanjatkan doa agar sang cucu segera ditemukan.

Ia juga mengatakan Ridho tak bisa berenang. Saat kejadian ia tengah berada di kebun.

"Dia tidak pernah berenang di sungai. Tidak tahu kenapa dia mendadak mau mandian di sungai," kata Ali yang kembali menitikan air mata.

Ia juga tak dapat berkomentar banyak. Hanya doa dan harapan agar sang cucu dapat segera ditemukan yang terucap di akhir wawancara ini. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved