Pilkada Kaltim 2024

Dosen Unmul Minta Warga Perkuat Literasi Paslon Pilkada 2024 agar tak Termakan Berita Hoaks

Masyarakat jelang Pilkada Kaltim 2024 diwanti-wanti agar memperkuat literasi terkait pasangan calon (paslon) yang akan dipilih agar tak termakan hoaks

TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD FAIROUSSANIY
Pengamat Komunikasi Politik, Akademisi yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) dari Universitas Mulawarman (Unmul) Dr. Silviana Purwanti.TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD FAIROUSSANIY 

TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA - Masyarakat jelang Pilkada Kaltim 2024 diwanti-wanti agar memperkuat literasi terkait pasangan calon (paslon) yang akan dipilih agar tak termakan hoaks atau berita bohong.

Hal ini ditegaskan oleh Pengamat Komunikasi Politik, Akademisi yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) dari Universitas Mulawarman (Unmul) Dr. Silviana Purwanti.

Saat ini fungsi media baik itu media mainstream, media sosial atau adanya lembaga survei yang turut hadir menggiring opini meyakinkan masyarakat tentu harus dibaca secara utuh untuk jembatan mendapat informasi.

“Masyarakat punya daya baca rendah, melihat berita dari headline (judul) saja, sudah menentukan siapa yang akan dipilih. Kebutuhan lembaga survei bagi paslon menaikkan rating. Segmen yang ditembak memang bukan yang melihat isi bahasan di berita,” ungkapnya.

Menurut Silvi, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) pada tahun 2023 lalu Kaltim hanya mencapai 67,57 dengan kategori memenuhi standar, kemudian IPLM Kaltim tahun 2022 sebesar 69.22.

Baca juga: Pilkada Kaltim 2024: Rudy Masud-Seno Aji Dapat Dukungan 2 Tokoh Ulama Samarinda

Baca juga: Suara Minoritas Dalam Diskusi Ngobrol Pilkada Kaltim, Hak Politik dan Perjuangan Kesetaraan

Hal ini tentu menjadi cerminan, bahwa masyarakat Kaltim mesti meningkatkan terus literasinya, tak hanya momen politik tentunya.

“Kalau kita lihat 5 tahun terakhir, ada darurat baca (literasi), kembali ke literasi. Saya menekankan ke mahasiswa dan masyarakat agar perkuat literasi, supaya kita tidak termakan hoaks, supaya kita tahu sumber berita terpercaya dari media yang kredibel,” ajaknya.

Ruang–ruang media sosial juga nampak dimanfaatkan oleh paslon untuk membranding diri, lalu para buzzer yang bermain.

Ya tentunya, literasi menjadi senjata utama untuk para pemilih tidak termakan hoaks.

Tak hanya itu, Silvi menekankan, penyelenggara pemilu atau pilkada mesti juga mengkampanyekan agar masyarakat menjadi pemilih cerdas.

Seperti membuat tagline yang mengajak pemilih agar menyalurkan hak suaranya, serta meningkatkan literasi untuk mengenal apa itu pemilu/pilkada dan siapa saja kontestan yang ikut.

Baca juga: Bersama Partai Golkar, Rudy Masud Optimistis Unggul dalam Pilkada Kaltim 2024

“Memang penyelenggara tidak bisa main di medsos saja, karena fyp itu tergantung kesukaan, algoritmanya disitu. Bisa juga ppanduk atau baliho, videotron harus dipakai penyelengara pemilu, dengan kalimat persuasif misalnya Pemilih Cerdas tidak termakan hoaks, tidak berdasar jaring medsos, atau berdasar pendengaran saja, gunakan kalimat mengajak dan mengarahkan, Pemilih Cerdas pilih yang berkualitas misalnya tagline itu,” pungkasnya. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved