Berita Kukar Terkini

Olah Limbah Kapal Jadi Cuan, Sahabuddin Sukses Berdayakan Kaum Rentan di Pesisir Kutai Kartanegara

Satu dekade, Sahabuddin kerja serabutan sambil berpikir mau usaha apa. Sampai muncul ide di benaknya pada 2019 saat melihat limbah tali tambang.

TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI
DAUR ULANG - Sahabuddin menunjukkan gulungan tali hasil daur ulang yang dikumpulkan di Jalan Petrolog, RT 28, Desa Gas Alam, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. 

Sahabuddin menghidupkan kamera telepon pintarnya. Ia memulai siaran langsung di akun Facebook bernama Sahabuddin Udin. Sebagian besar pemirsanya adalah pelanggan yang pernah membeli tali dari bengkel tersebut.  

Kameranya menyorot ke arah tiga pekerja. Mereka mengambil tali yang sudah ditata sesuai jenisnya tadi. Ketiga pekerja itu membawa benang-benang ke tempat pemintalan.

Lokasi pemintalan adalah sebuah 'gazebo' yang panjangnya lebih dari 100 meter. Di bawah atap itu, sudah tersedia mesin pemintal. 

Ketiga pekerja memegang sebuah alat seperti bor listrik. Mereka memintal benang-benang tadi sampai menjadi seutas tali sepanjang 80 meter. Diameter tali disesuaikan dengan pesanan. Ada yang berdiameter 16 mm, 19 mm, 20 mm, dan 25 mm.

"Setelah dipintal, tali hasil daur ulang ini digulung dengan rapi. Segulung tali kami jual Rp280 ribu," jelas Sahabuddin yang telah menyelesaikan siaran langsung di media sosialnya. 

Bengkel daur ulang ini amat produktif. Pemintalan segulung tali sampai siap jual hanya perlu 10 sampai 20 menit. Produksi daur ulang tali pun mencapai 25 gulung setiap hari. 

Menurut Sahabuddin, ia bisa memproduksi 750 gulung tali sebulan. Apabila harga jualnya Rp 280 ribu per gulung, omzet usaha ini mencapai Rp210 juta sebulan. "Penghasilan kotor itu untuk membiayai gaji karyawan, membeli bahan baku, dan sebagainya," tutur Sahabuddin.

Usaha yang digeluti sejak 2019 itu sudah punya banyak pembeli. Sebagian besar pelanggannya adalah nelayan. 

Para pembeli berasal dari Muara Badak, Kuala Samboja, hingga Bontang, kadang-kadang dari Donggala, Sulawesi Tengah. Tali daur ulang ini cocok untuk membuat rumpon, karang buatan yang mengundang ikan untuk berkumpul sehingga mudah ditangkap. 

Peluang Cuan

Sahabuddin lahir di Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar), 12 Desember 1971. Usianya hampir 30 tahun ketika merantau ke Muara Badak pada tahun 2000. 

Ia bekerja untuk Vico Indonesia, perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang mengebor minyak dan gas bumi di Muara Badak. Posisi Sahabuddin adalah mitra penyalur tenaga kerja. 

Setelah 10 tahun Sahabuddin bekerja, perusahaan mengambil kebijakan pengurangan tenaga kerja. Sahabuddin kehilangan pekerjaan. Ia sempat berniat berdagang tetapi tidak punya cukup modal. 

Selama satu dekade, ia bekerja serabutan sambil memikirkan usaha yang cocok. Sampai sebuah ide muncul di benaknya pada 2019. 

Ia melihat banyak limbah tali tambang yang dibuang kapal-kapal besar. Limbah itu semestinya bisa jadi uang apabila didaur ulang. 

SORTIR TALI - Anggota KUBE Balanipa tengah menyortir limbah tali di tempat penumpukan di Jalan Petrolog, RT 28, Desa Gas Alam, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara.
SORTIR TALI - Anggota KUBE Balanipa tengah menyortir limbah tali di tempat penumpukan di Jalan Petrolog, RT 28, Desa Gas Alam, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara. (DOK PHSS)
Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved