Berita Kukar Terkini

Olah Limbah Kapal Jadi Cuan, Sahabuddin Sukses Berdayakan Kaum Rentan di Pesisir Kutai Kartanegara

Satu dekade, Sahabuddin kerja serabutan sambil berpikir mau usaha apa. Sampai muncul ide di benaknya pada 2019 saat melihat limbah tali tambang.

TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI
DAUR ULANG - Sahabuddin menunjukkan gulungan tali hasil daur ulang yang dikumpulkan di Jalan Petrolog, RT 28, Desa Gas Alam, Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. 

"Bahkan, ada satu karyawan kami yang berhasil menyekolahkan anaknya hingga wisuda. Itu adalah kebanggaan bagi kami semua, sebuah pencapaian yang dulu mungkin sulit dibayangkan," sambungnya.

Peran PHSS

Peran industri minyak dan gas bumi di Muara Badak dalam pencapaian Kelompok Usaha Balanipa sangat besar. Muara Badak merupakan kecamatan penghasil migas di pesisir Kukar yang dikenal dengan nama Blok Sangasanga. 

Vico Indonesia menjadi operator blok tersebut sejak 1968 hingga 2018. Setelah kontrak kerja Vico Indonesia tidak diperpanjang, operator Blok Sangasanga kini diambil alih Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS). 

PHSS merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang menjalankan pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di Wilayah Kerja Sangasanga di Kalimantan Timur. 

PHSS perusahaan yang mulai bekerja pada 2018 pun segera memetakan kesulitan masyarakat di daerah penghasil migas tersebut. 

Terungkap bahwa Desa Badak Baru, Kecamatan Muara Badak, memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, dengan 53 perempuan di desa tersebut tidak memiliki pekerjaan.

BERI PENDAMPINGAN - Pendampingan Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) berupa penyusunan program usaha daur ulang limbah tali. Bantuan modal juga diberikan dari program pengembangan masyarakat PHSS melalui corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan.
BERI PENDAMPINGAN - Pendampingan Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) berupa penyusunan program usaha daur ulang limbah tali. Bantuan modal juga diberikan dari program pengembangan masyarakat PHSS melalui corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan. (DOK PHSS)

Kesulitan para perempuan serta yang Sahabuddin hadapi adalah satu di antara yang mereka temui. Menanggapi hal ini, pada tahun 2020, PHSS bersama SKK Migas meluncurkan inisiatif program pemberdayaan masyarakat, melalui program KUBE Balanipa yang memanfaatkan tali bekas kapal. 

Program ini bertujuan untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat yang inklusif, melibatkan kelompok lansia, kelompok disabilitas, dan mendukung kesetaraan gender yang melibatkan banyak wanita di wilayah operasinya secara kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan. 

Head Communication Relation and Community Involvement & Development Pertamina, Regional 3 Kalimantan, Zona 9, Elis Fauziyah, menjelaskan bentuk program tersebut. 

Program ini bermula dari inovasi yang dikembangkan Kelompok Usaha Daur Ulang Tali Balanipa dengan inovasi berupa pengolahan sampah tali bekas kapal menjadi tali berkualitas untuk rumpon.

"Kita melihat potensi lokal yang bisa berkembang, berdaya, dan berkelanjutan. Ini kan circular, dari sampah didaur lagi, dan memberikan potensi ekonomi. Selain itu, usaha ini juga melibatkan warga sekitar dan memberdayakan kaum perempuan dan lansia di dalamnya" ungkap Elis.

Latar belakang inovasi ini muncul dari kondisi di perairan Muara Badak yang berbatasan langsung dengan selat Makassar, lokasi yang strategis bagi lalu lintas kapal dan menjadi sumber daya perikanan yang penting. 

Namun, lalu lintas kapal besar membawa dampak negatif berupa sampah laut, salah satunya adalah limbah tali bekas kapal hingga 180 ton per tahun. 

Perusahaan melihat kondisi ini sebagai tantangan dan menyadari bahwa tali tersebut dapat diolah kembali menjadi tali rumpon, yang biasa digunakan oleh nelayan. 

Dengan kombinasi bahan baku seperti nylon, sutera, dan semi-sutera, tali rumpon yang dihasilkan lebih kuat  serta lebih murah dibandingkan produk serupa di pasaran. Selain itu, tali ini juga dapat diolah menjadi produk turunan lainnya, seperti tempat sampah, aksesoris, wall mirror, dan stools ecobrick, yang memiliki nilai tambah dan mendukung upaya pengurangan limbah.

Pertama-tama, pendampingan PHSS terhadap perjalanan Program Balanipa berupa penyusunan program usaha daur ulang limbah tali. Bantuan modal juga diberikan dari program pengembangan masyarakat PHSS melalui corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP). 

Pada tahun pertama, pendampingan perusahaan lebih kepada penyediaan alat-alat produksi. Sementara pada tahun kedua, pendampingan berfokus pada kreativitas usaha.

PEMINTALAN - Tali-tali bekas yang sudah diuraikan dan dipisahkan menurut jenisnya. Siap untuk dipintal. Pemintalan tali menggunakan mesin dan bor listrik.
PEMINTALAN - Tali-tali bekas yang sudah diuraikan dan dipisahkan menurut jenisnya. Siap untuk dipintal. Pemintalan tali menggunakan mesin dan bor listrik. (DOK PHSS)

Contoh inovasi pada pendampingan tahun kedua adalah mesin pemintal tali. Mesin ini dibangun dari ide warga Muara Badak yang bergelut di usaha daur ulang limbah tali. 

Perusahaan membantu warga supaya memegang hak paten dari teknologi yang disebut teknologi Balanipa Rope Technology (Barotech).

Barotech merupakan alat pemintal tali bekas kapal yang berhasil meningkatkan efisiensi dan produktivitas kelompok tersebut. Alat ini mampu menghemat waktu produksi, dari sebelumnya 30 menit per roll tali menjadi hanya 10 menit. 

Dengan demikian, kelompok dapat memproduksi hingga 25-30 rol tali per hari, meningkat dari sebelumnya hanya 6 rol tali. 

Kualitas tali yang dihasilkan juga lebih baik, karena hasil pintalan lebih erat dan kuat dibandingkan dengan metode manual. Alat ini juga telah mendapatkan paten sederhana dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor IDS000006015. Program ini terbukti memberikan dampak signifikan pada ekonomi masyarakat. 

"Teman-teman di kelompok ini punya semangat mengembangkan potensi di daerah. Alhamdulillah, bapak-bapak dan ibu-ibu di sini mengembangkannya dengan baik. Bahkan, usaha ini telah memiliki pasar yang permanen," terang Elis.

Ia menjelaskan, bahwa program ini memberikan manfaat besar bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mempraktikkan ekonomi sirkular. Dari segi ekonomi, Elis menambahkan, kelompok ini mampu meraih omzet hingga Rp217.500.000 per bulan. 

Penjualan tali rumpon sangat diminati, sehingga kelompok ini berhasil menjual 750 roll tali dengan harga Rp290.000 per roll. 

Dampaknya, pendapatan anggota kelompok bisa mencapai Rp3.000.000 per bulan. Selain itu, nelayan yang menggunakan tali tersebut juga mendapat manfaat, dengan penghematan hingga Rp1.000.000 per roll tali dibandingkan harus membeli tali baru.

Elis menerangkan, bahwa Program Balanipa sejauh ini telah mengolah 126 ton limbah tali bekas kapal dan memberikan kontribusi penurunan emisi sebesar 652,68 ton CO2 eq per tahun. Tak kalah penting, 1 hektare lahan di kawasan pesisir juga dikonservasi menggunakan tali balanipa.

Berkat upaya yang konsisten dan manfaat yang dihasilkan, Program Balanipa ini telah berhasil menyabet sejumlah penghargaan di tingkat regional dan nasional.

Di antaranya penghargaan Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021 dengan capaian SDGs 12.5; penghargaan Gold Kukar CSR Award 2023 untuk subkategori Biosphere; serta penghargaan Gold ISRA Awards 2024 untuk kategori Economic Empowerment.

Manager PHSS Field Widhiarto Imam Subarkah menambahkan, bahwa perusahaan sangat memperhatikan aspek kualitas dan keamanan produk. Pengembangan Program Balanipa juga memiliki unsur transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari para pekerja migas di Zona 9 Subholding Upstream Pertamina kepada anggota mitra binaan. 

Hal tersebut mencakup perancangan mesin pemintal, perakitan mesin pemintal tali, pendaftaran hak paten, pelatihan pencatatan keuangan digital, pelatihan kesiagaan bencana, pendampingan pembuatan SOP hingga pelatihan branding dan pemasaran.

Program ini, menurut Imam, sejalan dengan upaya dan kebijakan Pertamina dalam pengurangan emisi dan pengelolaan perubahan iklim dalam mendukung keberlanjutan (sustainability) bisnis, sosial dan lingkungan. 

Demi menjaga keandalan teknologi, kelompok usaha Balanipa juga memasang panel surya untuk mencukupi kebutuhan listrik mereka sendiri. Dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi, mereka tak hanya mendaur ulang limbah tali, tetapi juga menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga lingkungan dengan energi bersih.

"Awalnya program ini dimulai dari kelompok kecil, tetapi masalah keamanan dan kualitas produk menjadi tantangan yang perlu dikelola dengan baik. Disitulah, PHSS terlibat langsung untuk membantu mengatasinya," jelas Imam.

Sementara itu dari aspek kesejahteraan, 14 anggota kelompok usaha besama Balanipa juga telah memperoleh peningkatan kemampuan dalam pencegahan kebakaran. Selain itu, pelatihan pemanfaatan tali bekas untuk dijadikan kerajinan telah diberikan kepada 18 penerima manfaat, sementara 20 anggota kelompok lainnya telah mendapat pelatihan dalam penggunaan teknologi Barotech.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kukar, Arianto, mendukung penuh program ini. 

"Program Balanipa adalah langkah pionir dan satu-satunya di Kukar, bahkan di Kalimantan, yang memanfaatkan tali bekas kapal untuk menciptakan rumpon," katanya bangga.

Ia menekankan, program ini tidak hanya menjadi solusi lingkungan tetapi juga senjata melawan kemiskinan, berdampak langsung pada kehidupan anggota kelompok. 

"Terima kasih kepada PHSS atas bimbingannya. Semoga manfaatnya terus berlanjut dan semakin meluas," ucap Arianto penuh harap.

Melalui kolaborasi antara masyarakat, UMKM, PHSS, dan pemerintah, Program Balanipa diharapkan tumbuh pesat, menjadi katalis perubahan yang membawa manfaat bagi lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Usaha daur ulang limbah tali di Muara Badak ini adalah contoh keberhasilan dari sebuah kerja keras. Dari menguraikan simpul-simpul tali bekas, Sahabuddin bersama masyarakat setempat sukses menjual ribuan gulung tali. 

Dari melepaskan simpul-simpul kesulitan yang membelenggu kreativitas warga Muara Badak, PHSS berhasil memberi bekal yang tak ternilai kepada masyarakat. Bekal itu bernama kemandirian ekonomi warga di lingkar kerja perusahaan. (*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved