Pilkada Sumsel 2024
Hasil Survei Elektabilitas Terbaru Pilkada Sumsel 2024 Litbang Kompas, Cek 2 Survei Lainnya
Inilah hasil survei elektabilitas terbaru pasangan calon di Pilkada Sumsel 2024 jelang pencoblosan, versi Litbang Kompas dan dua lembaga survei lain.
TRIBUNKALTIM.CO - Inilah hasil survei elektabilitas terbaru pasangan calon di Pilkada Sumsel 2024 jelang pencoblosan, versi Litbang Kompas dan dua lembaga survei lainnya.
Pilkada Sumsel 2024 menampilkan dua jagoan dari partai-partai anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, dan satu pasangan yang diusung dari gerbong PDI Perjuangan (PDIP).
Dari hasil survei Litbang Kompas di Pilkada Sumsel 2024, menunjukkan dua pasangan calon yang diusung partai politik KIM Plus mempunyai elektabilitas atau tingkat keterpilihan tinggi.
Paslon Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) meraih elektabilitas tertinggi dalam hasil survei Litbang Kompas Pilkada Sumsel 2024, yakni 48,9 persen.
Baca juga: Elektabilitas Airin Rachmi Diany vs Andra Soni Jelang Pencoblosan, Hasil Survei Pilkada Banten 2024
Baca juga: Terbaru Elektabilitas De Gadjah vs I Wayan Koster, Hasil Survei Pilkada Bali 2024 Jelang Pencoblosan
Herman-Cik Ujang didukung oleh enam parpol anggota KIM Plus, yaitu NasDem, Demokrat, PKS, PSI, PBB, dan Perindo.
Sementara paslon Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (Matahati) memperoleh elektabilitas sebesar 21,6 persen.
Mawardi-Anita diusung parpol KIM Plus lainnya, yaitu Gerindra, Golkar, PAN, PPP, PKB, Hanura, dan PKN, bersama Gelora, Garuda, dan Prima.
Sedangkan pasangan yang dicalonkan oleh PDIP, Eddy Santana Putra-Riezky Aprilia (E-RA) mendulang elektabilitas 8,1 persen.
Meski begitu, ada 21,4 persen pemilih yang mengaku tidak tahu atau belum menentukan pilihannya (undecided voters).
Survei Litbang Kompas Pilkada Sumsel 2024 dilakukan melalui wawancara tatap muka pada rentang waktu 2-7 November 2024.
Sebanyak 400 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Sumsel.
Survei memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan toleransi kesalahan atau margin of error kurang lebih 4,90 persen.
Survei Litbang Kompas Pilkada Sumsel 2024 dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara).
Dikutip dari Kompas.id, Sabtu (16/11/2024), dukungan dari kelompok pemilih parpol pengusung masing-masing paslon, suaranya justru terbagi ke pasangan lainnya.
Baca juga: Beda Jauh Elektabilitas 3 Paslon vs Dedi Mulyadi, Tengok Hasil Survei Pilkada Jabar 2024 Terbaru
PKS misalnya, sebanyak 33,3 persen dari pemilih kelompok ini yang mengarahkan suaranya ke paslon Herman-Cik Ujang.
Sementara dukungan lebih besar mengalir ke pasangan Mawardi-Anita dengan 40 persen. Kemudian 20 persen lainnya mengaku lebih tertarik memberikan suaranya ke Eddy-Riezky.
Hal serupa terjadi bagi pemilih Gerindra, hanya 25,2 persen suara dari kelompok ini yang mengalir ke paslon Mawardi-Anita.
Sebanyak 42,3 persen menyatakan akan memilih pasangan Herman-Cik Ujang.
Sedangkan 9,1 persen pemilih Gerindra secara terbuka menyatakan dukungan ke Eddy-Riezky.
Tren yang mirip juga terjadi pada pasangan Eddy-Riezky.
Diusung oleh PDIP, suara pemilih partai tersebut justru lebih banyak tertuju ke kontestan lainnya.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, hanya sekitar 7,7 persen dari pemilih PDIP yang mengaku akan memilih pasangan Eddy-Riezky di Pilkada Sumsel 2024.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan dukungan kepada pasangan Herman-Cik Ujang (41 persen) dan Mawardi-Anita (25,6 persen).
Fenomena ini menunjukkan kecenderungan perilaku pemilih tidak sejalan dengan pilihan paslon yang diusung parpolnya (split-ticket voting).
Baca juga: 7 Hasil Survei Elektabilitas Pilkada Jateng 2024, Efek Pengaruh Jokowi, Prabowo hingga Megawati
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa pemilih memiliki preferensi sendiri terkait sosok calon gubernur yang berbeda dengan pilihan partainya.
Kekuatan suara berbasis kelompok kultural menjadi perspektif lain dalam gambaran peta politik Pilkada Sumsel 2024.
Dilihat dari hasil survei kali ini, muncul perbedaan arah aliran suara di beberapa wilayah kultural Sumsel, seperti Ogan dan Komering.
Dukungan dua wilayah dari kelompok kultural ini sejalan dengan latar belakang paslon yang dominan.
Kelompok pemilih berlatar belakang Ogan misalnya, hampir 44 persennya mengalirkan suara ke pasangan Mawardi-Anita.
Sosok Mawardi Yahya merupakan putra daerah Ogan Ilir yang juga pernah menjabat sebagai bupati di daerah tersebut selama dua periode pada 2005-2015.
Sebelum itu, Mawardi sempat menjadi ketua DPRD.
Artinya kiprah Mawardi di pemerintahan dan jabatan publik wilayah Ogan sudah berlangsung sangat panjang sejak awal era reformasi.
Selanjutnya, 60 persen dari kelompok pemilih berlatar belakang Komering, mengaku akan memilih pasangan Herman-Cik Ujang.
Selaras, sosok Herman Deru juga merupakan putra daerah Komering.
Baca juga: Hasil Survei Pilkada Jatim 2024 Terbaru, Cagub Terkuat Dapat Ceruk Suara PDIP? Cek 5 Survei Lainnya
Ia pernah menjabat Bupati Ogan Komering Ulu Timur selama dua periode sebelum terpilih sebagai Gubernur Sumsel periode 2018-2023.
Kuatnya pamor Herman Deru di wilayah itu bisa dilihat dari hampir absolutnya raihan suara di pilkada bupati periode keduanya pada 2010.
Hasil Survei Lainnya
Hasil survei Pilkada Sumsel 2024 lainnya dirilis lembaga Survei Cyrus Network.
CEO Cyrus Network Fadhli MR di Palembang mengatakan pihaknya melakukan survei mulai 1 - 5 Oktober 2024, dengan mengambil sampel 1.200 responden, yang tersebar secara proporsional di 120 desa terpilih dari 17 kabupaten dan kota di Sumsel.
Dia menjelaskan penarikan sampel survei itu dilakukan dengan metode multistage random sampling, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error sebesar +/- 2,89 persen.
Hasil survei yang dilakukan oleh Cyrus Network tersebut menunjukkan elektabilitas paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel paling tinggi untuk pasangan Herman Deru - Cik Ujang dengan angka 64,7 persen.
Selanjutnya, pasangan Mawardi Yahya - Anita Noeringhati mencapai 15,0 persen dan pasangan Eddy Santana Putra - Riezky Aprilia sekitar 10,3 persen.
Sementara sisanya yang mengaku belum memutuskan, masih ragu, dan tidak tahu ada sekitar 7,2 persen, tidak menjawab atau rahasia 2,4 persen dan yang tidak memilih 0,4 persen.
Dalam pertanyaan terbuka pada hasil survei tersebut menyebut nama calon gubernur petahana Herman Deru dianggap masih paling layak dipilih menjadi gubernur dengan angka mencapai 33,9 persen, diikuti Mawardi Yahya 10,8 persen dan Eddy Santana Putra 5,9 persen.
Baca juga: Ampuhnya Efek Jokowi, Petahana Wajib Kerja keras, Cek Hasil Survei Elektabilitas Pilkada Sumut 2024
Dalam pertanyaan tertutup tidak berpasangan, di mana responden diberikan pilihan jawaban, yakni elektabilitas calon gubernur Herman Deru sekitar 65,1 persen, Mawardi Yahya 14,1 persen, dan Eddy Santana Putra 10,7 persen.
Sementara posisi calon wakil gubernur, menunjukkan elektabiltas Cik Ujang sekitar 42,7 persen, Anita Noeringhati 14,2 persen, dan Riezky Aprilia 9,1 persen.
Menurut dia, dengan selisih angka elektabilitas pasangan yang cukup jauh, dan waktu pencoblosan yang kurang lebih hanya tinggal lima minggu, elektabilitas Herman Deru - Cik Ujang sulit untuk dikejar.
"Masih ada waktu sekitar lima minggu yang bisa dimanfaatkan." sambungnya.
"Namun, dengan melihat selisih angka dan sisa waktu saat ini, berat bagi penantang untuk dapat mengejar elektabilitas calon petahana." lanjutnya.
"Sulit tapi bukan berarti tidak mungkin ya," ujarnya.
Ia mengatakan keunggulan Herman Deru karena kinerjanya sebagai gubernur dinilai baik oleh masyarakat Sumsel.
Tingkat kepuasan, terhadap kinerja Herman Deru sebagai gubernur mencapai 75,3 persen.
Responden yang merasa puas ada 67,4 persen dan yang sangat puas 7,9 persen, sementara yang tidak puas 18,4 persen dan sangat tidak puas hanya 2,5 persen.
"Kelebihan umum seorang petahana adalah karena punya waktu lebih lama untuk mensosialisasikan diri dan menunjukkan kinerja serta hasil kerjanya saat menjabat," ujarnya.
Baca juga: Ampuhnya Efek Jokowi, Petahana Wajib Kerja keras, Cek Hasil Survei Elektabilitas Pilkada Sumut 2024
Ketika responden ditanya apakah Herman Deru layak dicalonkan kembali untuk lima tahun ke depan, sekitar 71,8 persen menjawab layak, 11,9 persen menjawab sangat layak, dan hanya 9,9 persen yang menilai tidak layak, sertan 1,1 persen menilai sangat tidak layak.
Sementara penilaian terhadap kinerja wakil gubernur, yakni Mawardi Yahya juga tergolong baik, meskipun tidak setinggi gubernur sebanyak 55,8.
Lembaga Survei PatraData menyebutkan faktor patron menjadi penentu kemenangan pada pemilihan gubernur Sumatera Selatan (Pilgub Sumsel) tahun 2024 dan pertarungan seru akan terjadi antara Herman Deru dan Mawardi Yahya.
Direktur Riset dan Pemenangan PatraData Hasmin Aries Pratama dalam keterangan diterima di Palembang, Kamis, mengatakan pertarungan petahana Herman Deru versus Mawardi Yahya pada perebutan menjadi orang nomor satu di Sumatera Selatan dipastikan akan berjalan keras dan seru.
Meski sejak awal beredar banyak nama yang diperkirakan akan ikut bertarung yakni Heri Amalindo-Popp Ali, Holda-Meli Mustika (Home), dan Eddy Santana Putra (ESP)-Andi Asmara, mantan pasangan di atas tadi yang menunjukkan progres dukungan dan rekomendasi dari partai-partai besar khususnya.
Pasangan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati, yang disingkat Matahati akan diusung oleh Gerindra, Golkar, dan PAN.
Sedangkan Herman Deru-Cik Ujang, yang disingkat HDCU akan diusung Nasdem, PKS dan Demokrat.
Herman Deru, mantan Bupati Ogan Komering Ulu Timur (2005-2015) tampaknya akan mendapat perlawanan sengit dari bekas wakilnya sendiri, Mawardi Yahya, yang kini menjadi anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra.
Herman Deru memilih berpasangan dengan Cik Ujang, Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel yang sebelumnya juga adalah Bupati Lahat (2018–2023).
Sementara Mawardi sendiri akan berpasangan dengan Anita Noeringhati, kader Golkar yang saat ini Ketua DPRD Sumsel.
Baca juga: Hasil Survei Pilkada Jatim 2024 Terbaru, Cagub Terkuat Dapat Ceruk Suara PDIP? Cek 5 Survei Lainnya
Kemungkinan muncul pasangan calon baru masih terbuka sebab PDI Perjuangan, PKB, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Hanura, Perindo, dan PPP belum menentukan sikap akhir tentang siapa figur yang diusungnya.
“Jika hanya tiga pasang calon maka pertarungan perebutan suara di Pilgub Sumsel akan sangat sengit karena peta kekuatannya nyaris berimbang,” katanya.
PatraData Dashboard System (PDS), lembaga riset dan pendampingan politik dengan bigdata yang mengembangkan algoritma politik melakukan simulasi peta kekuatan politik di Sumatera Selatan memastikan pertarungan berjalan keras.
Metode kerja platform PatraData ini sendiri memotret pemetaan politik dengan menghitung dan mengidentifikasi pola dan kecenderungan pemilih berdasarkan hasil Pemilu selama sepuluh tahun terakhir.
Modal politik pasangan Mawardi Yahya – Anita Noeringhati (Matahati) sangatlah menjanjikan. Secara pencapaian politik, parpol pengusung pasangan ini tak bisa dianggap sepele.
Dari 6.326.348 pemilih berdasarkan DPT 2024 yang memilih pada 25.985 TPS, Golkar menjadi partai berhasil meraih suara terbanyak dengan 749.720 suara dan menguasai 12 kursi (16 persen) di DPRD Provinsi.
Disusul Gerindra (716.413 suara) atau 11 kursi (15 persen).
Namun apabila PAN yang memperoleh 411.711 suara dan 6 kursi (8 persen) pada Pemilu 2024 itu mendukung koalisi Matahati, artinya itu menambah kekuatan koalisi Matahati menjadi 39 persen suara atau 29 kursi.
Sedangkan, koalisi Nasdem, PKS, dan Demokrat yang mencalonkan Herman Deru-Cik Ujang memiliki modal politik 1.432.381 suara atau 33 persen suara.
Dari dua koalisi terkuat ini, tak ada yang menguasai perolehan suara secara mayoritas di atas 50 persen.
Baca juga: Elektabilitas Airin Rachmi Diany vs Andra Soni Jelang Pencoblosan, Hasil Survei Pilkada Banten 2024
Sementara, partai-partai yang belum menentukan pilihan calon yang sekitar 27 persen akan sangat menentukan peta kekuatan kandidat. Praktis, dengan peta kekuatan seperti ini, pertarungannya akan sangat keras dan terbuka.
Keberimbangan ditunjukkan oleh tidak adanya koalisi partai yang mendominasi secara telak di 18 kabupaten/kota.
Gabungan perolehan suara pengusung Matahati unggul di 11 dari 18 Kabupaten, yaitu di Lubuk Linggau (37 persen ), Palembang (42 persen), Prabumulih (37 persen), Banyuasin (36 persen), Empat Lawang (58 persen), Muara Enim (40 persen), Musi Banyuasin (42 persen), Musi Rawas (43 persen), Ogan Ilir (35 persen), dan PAL (Panukal Abab Lematang) Ilir (37 persen).
Dari ke-11 keunggulan tersebut, Matahati sangat dominan di Luwu Utara yakni mencapai 80 persen, Di Empat Lawang Matahati unggul 58 persen.
Selebihnya semata unggul tipis dari koalisi atau gabungan partai lain.
Di Musi Rawas Utara koalisi Matahati bahkan teridentifikasi cukup lemah yakni hanya bermodal politik 28 persen.
Sementara itu, gabungan suara koalisi pengusung HDCU tidak satupun unggul hampir semua kabupaten/kota.
Hanya di Palembang koalisi HDCU raup modal politik hingga 40 persen terpaut hanya dua persen (2 persen) dari koalisi Matahati.
Koalisi partai pengusung HDCU justru terbaca lemah di beberapa kabupaten/kota, seperti di Empat Lawang (17 persen) dan Musi Banyuasin (18 persen).
Gabungan suara partai-partai yang belum menentukan pilihan justru unggul di 6 kabupaten/kota, yakni, Pagar Alam (36 persen), Lahat (40 persen), Musi Rawas Utara (40 persen), OKI (38 persen), OKU (42 persen), OKU Selatan (42 persen), dan OKU Timur (35 persen).
Baca juga: Terjawab Sudah Pemenang Pilkada Jakarta 2024 Versi Litbang Kompas, Cek juga Hasil Survei Lainnya
Simulasi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada koalisi partai yang benar-benar dominan dalam modal politik yang bisa dikonversikan menjadi modal elektabilitas.
Selisih antara satu koalisi dengan lain tidak terpaut jauh.
Namun, jika disimulasikan hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan/desa, akan terlihat di mana kantung-kantung suara potensial di antara para kandidat.
Di Kota Palembang, misalnya, modal koalisi partai pendukung Matahati relatif sedikit lebih kuat dengan total penguasaan suara 42 persen.
Sementara, koalisi partai pendukung Herman Deru-Cik Ujang 40 persen. Sisanya 18 persen tersebar di partai-partai yang belum menentukan calon.
Namun terdapat satu hal yang tampaknya perlu dicermati pasangan Herman Deru – Cik Ujang bahwa koalisi pengusung Matahati adalah koalisi pemenang Pilpres.
Dalam banyak analisis, situasi bagi pasangan kandidat yang berhadapan dengan koalisi pemenang Pilpres bisa menjadi rumit dan bahkan merugikan dengan mengaca pada Pilpres 2024.
“Praktis Pilkada di Sumatera Selatan akan berlangsung seru. Pemenang adalah mereka yang mampu menghitung secara detil peta dan modal politik sekaligus piawai merancang micro-targeting,” kata Hasmin. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.