Berita Kaltim Terkini

Jurnalis di Samarinda Rilis Single, Kisahkan Hiruk Pikuk Kota Tepian

Rusdi Al Irsyad yang merupakan seorang jurnalis di Samarinda rilis single, kisahkan hiruk pikuk Kota Tepian.

Penulis: Nevrianto Hardi Prasetyo | Editor: Diah Anggraeni
Dokumentasi Pribadi
Rusdi Al Irsyad, musisi asal Babulu yang juga jurnalis di Samarinda ketika tampil di Festival Mahakam, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hasil karya musik tak harus dilihat dari latar belakang keluarga ataupun pekerjaannya.

Seorang musisi bisa dari mana saja, baik itu seorang pekerja atau wiraswasta.

Salah satunya adalah Rusdi Al Irsyad.

Pemuda asal Sebulu ini merupakan salah satu jurnalis di Kota Samarinda.

Tak hanya jago menulis berita, ia juga memiliki bakat dalam dunia musik.

Ia bahkan membuat karya berupa lagu berjudul "Tapi Ini Samarinda".

Baca juga: Grup Musik Balikpapan Feel The Heat Bakal Rilis Single Pertama, Angkat Kisah Percintaan Remaja

Rusdi mengatakan, ide lagu ini tercipta dari pengalamannya selama tinggal di Kota Samarinda.

Dalam liriknya, ia menuliskan kebiasaan serta suasana masyarakat dan hiruk pikuk Kota Tepian.

Menurutnya, Samarinda adalah Indonesia di Pulau Kalimantan.

Secara geografis maupun demografis, Samarinda adalah Indonesia dalam bentuk yang lebih kecil.

“Tapi Ini Samarinda dinyanyikan, diaransemen dan direkam dengan demikian sederhana hanya demi memastikan bahwa pesan yang pengin diungkapkan Rusdi bisa segera tersampaikan. Kita tidak harus menjadi paling sempurna dari bayangan ideal yang diciptakan orang lain, hanya untuk mencapai kata bahagia," kata Rusdi. 

Lagu tersebut telah rilis dan bisa dinikmati sejak 3 September 2024. 

Lagu Tapi Ini Samarinda bisa dinikmati di layanan platform streaming seperti Spotify, SoundCloud, dan YouTube Music.

Baca juga: Rayakan 10 Tahun Bermusik, Wizard Band Asal Balikpapan Bakal Rilis Single Perdana Akhir Tahun Ini

Bentuk Sindiran Masyarakat Fomo

Rupanya ada cerita menarik dari lirik lagu "Tapi Ini Samarinda" yang diciptakan oleh Rusdi Al Irsyad.

Dalam lirik tersebut tak hanya menceritakan suasana Kota Samarinda.

Namun, beberapa jenis kuliner dan kebiasaan warga Samarinda yang dilakukan setiap hari.

Di dalam lirik tersebut, ia juga menyinggung soal mi instan Indomie.

Menurutnya, kebiasaan warga Samarinda di kala hujan selalu menyantap Indomie.

Hangatnya mi yang dibuat serta suara guyuran hujan yang menghantam atap rumah menambah suasana semakin syahdu. 

“Panganan yang lebih akrab di lidah kita adalah Indomie. Produk instan sederhana, yang jika disajikan pada pagi hari saat hujan turun, maka akan menjadi sesuatu yang bisa mewakili kehadiran surga di Bumi,” kata Rusdi beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Mengenal Mia GK Si Bertalenta Ganda, Dokter Gigi Cantik Asal Samarinda yang Rilis Single Terbaru

Selain itu, ada makna lain yang ingin diutarakan pria kelahiran Sebulu, Kutai Kartanegara ini. 

Ia mencoba mengkritisi kebiasaan masyarakat saat ini menurutnya lebih mengikuti tren atau sekadar Fomo.

Masyarakat bahkan rela mengeluarkan uang banyak demi melakukan tren asing yang sering dilakukan orang dari negara lain.

Misalnya, warga Korea Selatan yang selalu minum cokelat hangat di kala musim dingin.

Menurutnya hal tersebut tak harus dilakukan lantaran akan menyusahkan diri sendiri jika mengikuti gengsi atau tren. 

“Tidak ada salahnya memang untuk mewujudkan bayangan-bayangan yang lazim  ada di adegan film bertema musim dingin atau Natal itu. Tapi memaksakan semuanya merupa sempurna pada kondisi-kondisi yang tidak semestinya, hanya akan bikin kita merasa terpaksa dan tentu saja, lelah. Toh kita kan tinggal di Indonesia,” kata Rusdi. 

Untuk itu, iia mengambil contoh sederhana di kala musim dingin atau hujan.

Demi menghangatkan badan, menyantap mi instan menurutnya lebih murah meriah dan merakyat.

"Mari menikmati dan merayakan ketidakidealan," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved