Berita Kukar Terkini

19 Warga Jonggon Kukar Dianiaya saat Datangi Mako Brimob di Loa Ipuh, Awalnya Ingin Klarifikasi

Sebanyak 10 warga Desa Jonggon, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi korban pemukulan saat mendatangi Markas Brimob

KOMPAS.COM
WARGA DIKEROYOK - Ilustrasi penganiayaan.Sebanyak 10 warga Desa Jonggon, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi korban pemukulan saat mendatangi Markas Komando (Mako) Pasukan Brimob II Korbrimob Polri, Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Jumat (18/7/2025) 

TRIBUNKALTIM.CO,TENGGARONG – Sebanyak 10 warga Desa Jonggon, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi korban pemukulan saat mendatangi Markas Komando (Mako) Pasukan Brimob II Korbrimob Polri, Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Jumat (18/7/2025).

Padahal para tokoh masyarakat dan warga Desa Jonggon hanya untuk mencari klarifikasi atas dugaan penganiayaan terhadap seorang warga.

Ketua RT 10 Desa Jonggon, Rohyadi, menyampaikan bahwa kedatangan mereka merupakan inisiatif untuk menyelesaikan persoalan secara damai setelah mendengar kabar tentang warganya, Puji Friayadi, yang diduga dianiaya oleh oknum Brimob malam sebelumnya pada kamis malam(17/7/2025).

“Awalnya kami dengar ada warga kami jadi korban pengeroyokan di depan Mako Brimob. Jadi kami para RT sepakat datang untuk klarifikasi, dengar langsung dari dua pihak. Kita sudah dengar dari Mas Puji, sekarang ingin dengar dari Brimob supaya tidak salah paham,” ujar Rohyadi, Sabtu(19/7/2025). 

Baca juga: Pemuda di Balikpapan Aniaya Mantan Pacarnya hingga Luka Parah, Tunjukkan Foto tak Senonoh

Rohyadi sendiri tiba lebih dulu di lokasi, usai perjalanan dari Tenggarong bersama anak dan mertuanya. Ia sempat diarahkan oleh petugas untuk parkir dipinggir jalan, jauh dari gerbang Mako, dan kemudian menyusul datang RT 7 Saparianto dan RT 8 Catur. Yang sempat berkomunikasi secara baik-baik dengan sejumlah anggota Brimob yang berada di depan pos.

Namun, situasi berubah cepat ketika mobil yang ditumpangi Ketua RT 16, Ustadz Wijayanto, melaju dan berhenti tepat di depan gerbang.

Hal ini yang menyebabkan warga mendapatkan respon yang cukup keras dari pihak keamanan. 

“Mungkin karena laju mobil agak cepat, langsung terdengar teriakan ‘Woy, woy!’ Lalu mobil Pak Ustadz diserang. Beliau belum sempat turun, sudah dipukul. Padahal sempat teriak, ‘Kami ke sini mau mediasi!’ Tapi tetap diseret dan dipukuli,” ungkapnya.

Kejadian tersebut disaksikan langsung oleh anak Rohyadi yang berada di dalam mobil, dan membuatnya trauma.

Ia pun segera mengamankan anaknya dan mundur ke arah SPN. Setelah situasi mulai mereda, mereka kembali ke lokasi.

Namun saat kembali, puluhan warga lain yang ikut datang dari Jonggon juga mengalami kekerasan, meski mereka belum sempat masuk ke dalam area Mako.

“Pak RT 7 sempat duduk lagi dekat tukang pentol. Tapi karena keributan belum berhenti, saya putuskan pergi dulu cari tempat aman. Di jalan saya dengar suara tembakan, entah berapa kali. Mungkin untuk bubarkan,” katanya.

Beberapa tokoh adat, anggota BPD, dan warga biasa yang datang juga ikut terkena pukulan. Setelah kejadian, warga mencoba menghubungi rekan-rekan mereka yang masih berada di dalam, tapi tak ada yang bisa dihubungi.

“Malamnya saya antar anak ke Bukit Biru. Baru saya dapat kabar teman-teman sudah keluar dari Mako. Ada yang luka berat langsung dibawa ke rumah sakit,” tambahnya.

Dari sekitar 18–19 warga yang menjadi korban, hanya sebagian yang dirawat secara medis. Menurut Rohyadi, banyak warga enggan ke rumah sakit karena terkendala biaya.

Baca juga: Terpengaruh Alkohol Seorang Pria Aniaya Istri hingga Luka, Ini Kronologinya

“Karena tidak ditanggung BPJS, banyak yang pulang. Kalau difasilitasi, saya yakin lebih banyak yang dirawat,” katanya.

Tiga korban yang mengalami luka cukup serius adalah Sahimin (dirawat inap), Ustadz Wijayanto, dan Catur. Ketiganya mengalami luka di kepala dan tubuh yang cukup parah.

Insiden kekerasan terhadap warga Jonggon ini dipicu kejadian malam sebelumnya, ketika Puji Friayadi, seorang pengepul pisang, ditegur dan diduga dipukuli karena menegur balok kayu yang menghalangi jalan umum di depan Mako Brimob.

“Mas Puji merasa balok itu membahayakan pengguna jalan. Dia protes, lalu katanya langsung didatangi dan terjadi cekcok. Itu yang jadi pemicu,” jelas Rohyadi.

Rohyadi menegaskan bahwa kedatangan warga ke Mako Brimob bukan untuk menyerang, melainkan sebagai bentuk solidaritas dan klarifikasi damai.

Merasa tak terima dengan perlakuan tersebut, beberapa warga memutuskan untuk melaporkan peristiwa ini ke pihak kepolisian. 

“Sudah ada tiga orang yang lapor hari ini, mungkin akan menyusul yang lain,” tambah Rohyadi.

Menanggapi laporan tersebut, Kapolres Kutai Kartanegara, AKBP Dody Surya Putra, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat terkait dugaan penganiayaan.

“Betul, tadi pagi ada masyarakat yang membuat laporan polisi, sudah kita terima. Kita lakukan proses sesuai ketentuan,” ujar AKBP Dody saat dikonfirmasi wartawan.

Ia menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang menimpa korban, dan berharap semua pihak dapat menahan diri sambil menunggu proses berjalan.

“Saya mewakili institusi tentu saja minta maaf atas peristiwa ini. Mudah-mudahan peristiwa ini bisa menemukan jalan yang terbaik bagi semua pihak,” pungkasnya. (*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved