Berita Samarinda Terkini

Sekolah Rakyat di Samarinda Siapkan Tahap Awal Pembelajaran, MPLS Dimulai 15 Agustus 2025

Sekolah Rakyat (SR) di Samarinda terus mematangkan kesiapan jelang dimulainya proses pembelajaran

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/SINTYA ALFATIKA SARI
SEKOLAH RAKYAT - Gedung BPMP Samarinda kini tengah dipersiapkan untuk Sekolah Rakyat. Dengan fasilitas tempat tidur dan perlengkapan lainnya, nantinya sekolah ini mengadopsi sistem boarding school bagi siswa-siswi dari keluarga penerima manfaat.  (1/8/2025). (TribunKaltim.co/SINTYA ALFATIKA SARI) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sekolah Rakyat (SR) di Samarinda terus mematangkan kesiapan jelang dimulainya proses pembelajaran.

Mulai dari pelaksanaan tes pemetaan minat bakat siswa (talent mapping), perekrutan guru, hingga skema penyesuaian berbasis asrama, kini memasuki fase krusial menjelang masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada pertengahan Agustus.

Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan Mutu atau Kurikulum, Indra Bagus Yudistira, menyampaikan bahwa tahapan awal pembelajaran akan diawali dengan pelaksanaan talent mapping pada 15 Agustus 2025.

Proses ini bertujuan untuk memetakan minat dan bakat masing-masing siswa melalui tautan ujian daring yang dilengkapi kuesioner berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan alamat email. 

Baca juga: Persiapan Asrama Terlambat, Jadwal Masuk Sekolah Rakyat Samarinda Diundur ke Pertengahan Agustus

“Bagi siswa yang belum memiliki email, kami sudah siapkan email khusus," ungkap Indra, Jumat (1/8). 

Seiring dengan persiapan tersebut, Indra mengakui bahwa proses pemenuhan tenaga pengajar masih berjalan. Meski 12 guru telah tiba, terdapat sejumlah tantangan di lapangan. 

“Memang ada beberapa yang menyatakan mundur dengan berbagai alasan, salah satunya karena merasa lokasinya terlalu jauh,” ujarnya. 

Untuk mengatasi kekosongan sementara, pihak sekolah telah menyiapkan beberapa skema kerja sama, termasuk dengan Kementerian Sosial (Kemensos), serta memberlakukan sistem pengajaran lintas mata pelajaran bagi guru yang memiliki kompetensi ganda. Ke-12 guru yang sudah bertugas berasal dari berbagai daerah. 

“Mayoritas dari Jawa Tengah, saya sendiri dari Jawa Timur, kemudian ada dua dari Samarinda dan dua dari Kutai Barat,” tutur Indra. 

Mereka mengampu berbagai mata pelajaran seperti PPKn, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Bahasa Indonesia, IPS, Sejarah, Geografi, dan Sosiologi. Khusus untuk bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), tersedia dua guru dengan spesialisasi berbeda. Satu fokus pada pengkodingan dan kecerdasan buatan (AI), dan satu lagi menangani informatika dasar.

Selain pengajar, peran wali asrama juga menjadi bagian penting dari sistem pendidikan berbasis boarding ini. 

“Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), para wali asrama wajib tinggal di lingkungan asrama, namun tidak penuh 24 jam. Kami menerapkan sistem shift,” jelasnya.

Indra menambahkan bahwa proses pembelajaran tidak akan dimulai secara langsung. Setelah MPLS selama dua minggu, siswa akan mengikuti program pembiasaan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan berasrama. 

“Karena mereka berasal dari berbagai latar belakang, perlu waktu adaptasi. Dari yang biasa tinggal di rumah, kini harus belajar hidup mandiri,” ucapnya.

Secara keseluruhan, SR yang mengintegrasikan jenjang SMP dan SMA ini membutuhkan sekitar 17 guru. Saat ini masih terdapat kekurangan lima guru. Indra menjelaskan bahwa perekrutan tahap kedua masih berlangsung dan kemungkinan besar akan menjadi sumber pemenuhan kekurangan tersebut. 

“Jika tidak tercukupi dari tahap dua, kami akan menunggu skema rekrutmen tambahan dari Kemensos,” tutupnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved