Kabupaten Berau Kembali Diselimuti Kabut Asap, Ada 23 Titik Panas, BMKG Ingatkan Puting Beliung
Kabupaten Berau kembali diselimuti kabut asap, ada 23 titik panas, BMKG ingatkan potensi kemunculan puting beliung
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau kembali diselimuti kabut asap, ada 23 titik panas, BMKG ingatkan potensi kemunculan puting beliung.
Setelah sempat hilang beberapa pekan lamanya, wilayah Berau, Jumat (18/10/2019) kembali diselimuti kabut asap.
Meski tidak separah seperti Agustus 2019 lalu, namun munculnya kabut asap ini tentu menimbulkan kekhatiran tersendiri bagi masyarakat.
• Kisah Patah Hati Polwan Cantik, Pergoki Tunangan Selingkuh, Ratu Tak Bersaing dengan Penggoda
• Sulit Klarifikasi, UIN Suska Riau Laporkan Ustadz Abdul Somad, Sohib Prabowo ke Kementrian Agama
• Setelah Pukul Anggota TNI Yonzipur Hingga Berdarah, Preman Tantang Polisi Tembak Kepalanya
Pasalnya, kabut asap sepanjang Agustus 2019 lalu sempat membuat ribuan masyarakat Berau menderita infeksi saluran napas.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Berau, Reygik Riskienera Himawan membenarkan, jika wilayah Berau tengah diselimuti kabut asap.
“Untuk pagi ini, wilayah Berau terdeteksi 23 titik hotspot atau titik panas,” kata pria yang biasa disapa Egik ini, Jumat (18/10/2019).
Kondisi ini telah diprediksi oleh BMKG Berau sebelumnya.
Kepala BMKG Berau, Tekad Sumardi mengatakan, selama peralihan musim hujan ke musim kemarau, titik panas akan mengalami penurunan drastis.
Sebagian besar wilayah telah diguyur hujan.
“Namun karena hujannya masih bersifat lokal, jadi ada juga kawasan tertentu yang tidak diguyur hujan,” jelasnya.
Kawasan yang tidak diguyur hujan ini, berpotensi muncul titik panas dan memicu terjadinya kebakaran hutan, baik yang disengaja atau kabakaran hutan dan lahan yang terjadi karena suhu tinggi.
Karena itu, BMKG Berau tetap mengimbau masyarakat, khususnya di kecamatan-kecamatan yang jarang terjadi hujan, agar tetap waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan.
Wilayah-wilayah yang jarang terjadi hujan, dan terus menerus disinari matahari akan menyebabkan kekeringan.
Semak belukar dan tumbuhan yang mengering jadi mudah terbakar.
“Karena itu sebaiknya tidak melakukan pembakaran lahan, membakar sampah di area yang dekat dengan semak belukar atau hutan.