Berita Internasional Terkini
Misteri Hilangnya Pasien Pertama di Dunia Covid-19, Hidup atau Mati, WHO Kirim 10 Ilmuwan ke Wuhan
Huang Yanling merupakan pakar virus yang bertugas di Institut Virologi Wuhan. Institut tersebut meneliti penyakit pada kelelawar
TRIBUNKALTIM.CO - Meski sudah setahun dilakukan, perburuan terhadap Huang Yanling, pasien pertama Covid-19 di dunia yang menghilang dari laboratorium Wuhan, China masih jai misteri.
Para ilmuwan internasional meyakini keterangan Huang akan sangat penting untuk mengungkap bagaimana dan dari mana virus SARS-CoV-2, yang sekarang menjadi pandemi global, menjangkiti manusia.
Huang Yanling merupakan pakar virus yang bertugas di Institut Virologi Wuhan. Institut tersebut saat itu tengah meneliti penyakit pada kelelawar. Ia ilmuwan yang pertama kali melaporkan dugaan dan kekhawatirannya virus itu telah bocor selama percobaan.
Ilmuwan internasional kemudian malabeli dia sebagai "pasien nol." Ilmuwan internasional meyakini ada hubungan erat antara apa yang sedang diteliti laboratorium tersebut dengan pandemi Covid-19 yang terjadi hingga kini.
Itu mengapa jika peneliti dapat melacak kasus paling awal, mereka mungkin dapat mengidentifikasi hewan inang tempat virus bersembunyi.

Dikutip Tribunkaltim.co dari The Sun, keengganan China untuk menunjukkan keberadaan Huang telah memicu teori bahwa dia sudah mati atau ditahan oleh negara guna menutupi peran institut tersebut dalam pandemi.
Intelijen AS menyatakan, dia adalah orang pertama dari beberapa orang yang bekerja di laboratorium Wuhan yang jatuh sakit pada musim gugur 2019. Klaim itu berarti para ilmuwan sudah mengalami virus corona jenis baru beberapa bulan sebelum kasus pertama diumumkan.
Laboratorium itu menjadi sorotan dunia, setelah sejumlah negara Barat menuding Covid-19 bocor dari tempat itu. Berdasarkan keterangan Beijing, Huang Yanling sudah dipindahkan ke tempat lain, dengan media China mengeklaim sudah mewawancarai bos barunya.
Hanya saja, "Negeri Panda" disebut enggan menunjukkan Huang ke khalayak, meski mendapat sejumlah permintaan dari Kementerian Luar Negeri AS.
Pejabat di Beijing kemudian dengan cepat membatalkan laporan pada saat itu. Bersikeras bahwa Huang aman dan sehat. Dan di tengah spekulasi tentang keberadaannya, atasannya menyangkal dia telah dirugikan dan mengklaim Huang telah menyelesaikan studinya di bagian lain China.
Kementerian Luar Negeri dalam pernyataannya menuding Partai Komunis China (CCP) "begitu terobsesi akan kerahasiaan dan pengaturan". Washington mengeklaim, Institut Virologi Wuhan sudah bereksperimen dengan genetik virus yang sama dengan virus corona jenis baru.
Kota di Provinsi Hubei itu mencatatkan kasus pertama Covid-19, dan diyakini virus itu pertama menyebar di Pasar Seafood Huanan. Sementara banyak peneliti yakin virus itu menular secara alami dari hewan ke manusia, ada juga teori bahwa wabah itu bocor dari lab.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump begitu gencar mengritik China, sejak wabah Covid-19 pertama beredar pada awal 2020. Berdasarkan keterangan Washington, peneliti di lab itu meneliti RaTG13, virus corona pada kelelawar yang menjadi sampel terdekat SARS-Cov-2.
Sebuah postingan yang disebut berasal dariilmuwan tersebut kemudian muncul di dalam layanan WeChat yang memberi tahu rekan-rekannya bahwa dia masih hidup. Mengklaim bahwa laporan itu salah.
"Kepada guru dan sesama siswa, beberapa lama ini tidak berbicara. Saya Huang Yanling, masih hidup. jika Anda menerima email (terkait rumor Cavid-19), tolong katakan itu tiak benar," tulisnya dalam pesan tersebut, kutip The Sun (18/1/2021).