IPOC 2025

Industri Sawit di Tengah Tantangan Global, Pertarungan Bangun Kepercayaan di Era EUDR

Industri sawit memasuki fase krusial ketika tekanan regulasi, terutama dari Uni Eropa, bertemu dengan gelombang persepsi negatif global

TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI
INDUSTRI SAWIT - Suasana hari kedua di acara IPOC 2025 di Nusa Dua, Bali, Jumat (14/11/2025). Delegasi tampak antusias mengunjungi puluhan booth di area konferensi. (TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI) 

India: Pasar Raksasa yang Semakin Rentan

Dalam sesi terpisah, Chairman Asian Palm Oil Alliance (APOA) Atul Chaturvedi memaparkan bahwa India, pasar minyak nabati terbesar dunia sedang menghadapi dilema serius antara lonjakan konsumsi dan tingginya ketergantungan impor.

Chaturvedi menyebut ketergantungan impor India mencapai 60 persen, menjadikannya negara paling rentan terhadap gejolak harga global.

Dengan konsumsi nasional 26,5 juta ton, India berkontribusi 11 % terhadap permintaan global minyak nabati. Dari total impor minyak nabati India, 50 % atau 8,25 juta ton adalah minyak sawit.

Proyeksi hingga 2047 menunjukkan konsumsi minyak nabati India bisa menembus 50 juta ton, dengan kebutuhan sawit mencapai 19 juta ton.

Baca juga: 1.545 Delegasi dari 28 Negara dalam Panggung Sawit Dunia, IPOC 2025 Cetak Rekor Baru

“Pertanyaannya sederhana: dari mana semua minyak itu akan dipenuhi?” ujar Chaturvedi.

Ia menilai penyesuaian tarif impor yang kerap dilakukan pemerintah India hanya solusi jangka pendek.

“Tarif tinggi ibarat ular memakan ekornya sendiri. Beban akhirnya jatuh pada konsumen dan industri domestik,” tegasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved