Liga Italia
Peran Luka Modric di AC Milan Ternyata Tidak Sesuai Rencana Awal Massimiliano Allegri
Luka Modric disebut tidak menjalankan peran yang awalnya direncanakan Massimiliano Allegri dan AC Milan.
TRIBUNKALTIM.CO - Luka Modric disebut tidak menjalankan peran yang awalnya direncanakan Massimiliano Allegri dan AC Milan.
Gelandang asal Kroasia itu menjadi salah satu rekrutan paling mencuri perhatian di AC Milan pada bursa transfer musim panas lalu.
Modric bergabung setelah kontraknya bersama Real Madrid habis.
Sebagai pemain paling berprestasi dalam sejarah Los Blancos, kepindahannya ke klub masa kecilnya, AC Milan, langsung menyita sorotan publik.
Baca juga: Bursa Transfer, AC Milan Masih Tempatkan Dusan Vlahovic Sebagai Target Prioritas
Sejak awal, banyak perdebatan muncul mengenai posisi Modric dalam skema Allegri.
Pelatih AC Milan sempat dihadapkan pada dua opsi: menempatkannya dalam sistem tiga gelandang atau menggunakan skema double pivot.
Sejauh ini, Allegri lebih banyak memilih formasi tiga gelandang.
Menurut laporan Tuttosport yang dikutip MilanPosts, AC Milan sebenarnya merekrut Modric untuk berperan sebagai mezzala, gelandang box-to-box yang aktif naik-turun membantu serangan dan pertahanan.
Baca juga: AC Milan Belum Menyerah Kejar Tanda Tangan Dusan Vlahovic
Namun, Modric sendiri langsung menyampaikan kepada Allegri bahwa ia lebih nyaman bermain di tengah sebagai pengatur tempo permainan.
Alhasil, Modric sejauh ini selalu dimainkan sebagai gelandang terdalam dari trio lini tengah AC Milan, dengan tugas utama mengatur alur serangan dari posisi yang lebih dalam.
Perubahan peran itu bisa saja mengalami penyesuaian, terutama jika Samuele Ricci mendapat menit bermain lebih banyak dan Ardon Jashari kembali merumput setelah pulih.
Baca juga: Mike Maignan Tinggalkan AC Milan pada Januari 2026?
Modric, Sang Dirigen Abadi yang Menolak Senja
Di tengah gemerlapnya era sepak bola modern yang didominasi oleh kekuatan fisik dan kecepatan, ada satu nama yang tetap bersinar terang dengan keanggunan dan kecerdasan: Luka Modric.
Gelandang mungil asal Kroasia ini bukan sekadar pemain, melainkan seorang seniman, dirigen, dan simbol ketahanan yang menolak untuk menua.
Lahir di Zadar, Kroasia, pada 9 September 1985, Modric tumbuh di tengah gejolak Perang Kemerdekaan Kroasia.
Baca juga: Rumor Transfer AC Milan: Mike Maignan Keluar, Kiper Timnas Jepang Masuk
Masa kecil yang sulit tidak melunturkan cintanya pada si kulit bundar.
Ia memulai karier profesionalnya di Dinamo Zagreb, di mana bakatnya sebagai gelandang serang dengan visi luar biasa mulai terendus.
Namun, namanya baru benar-benar mencuat saat ia hijrah ke Tottenham Hotspur pada tahun 2008.
Di London, Modric mengasah kemampuannya, bertransformasi menjadi gelandang tengah serba bisa yang mampu mengendalikan tempo permainan, mendistribusikan bola dengan akurasi memukau, dan sesekali mencetak gol spektakuler.
Baca juga: Rencana Tukar Guling AC Milan dengan Artem Dovbyk Membuat Ayah Santiago Gimenez tak Bisa Tidur
Penampilannya yang konsisten menarik perhatian raksasa Spanyol, Real Madrid.
Pada tahun 2012, Modric resmi berseragam Los Blancos.
Awalnya, ia sempat diragukan.
Namun, dengan kerja keras dan dedikasi, ia membuktikan bahwa ia adalah kepingan puzzle yang hilang bagi lini tengah Real Madrid.
Baca juga: Daftar Pemain Masuk dan Keluar di Transfer Musim Panas Liga Italia 2025: AC Milan, Lazio, AS Roma
Bersama Toni Kroos dan Casemiro, ia membentuk trio "KCM" yang menjadi fondasi kesuksesan Madrid selama hampir satu dekade.
Selama berseragam Real Madrid, Modric telah meraih segalanya.
Empat gelar Liga Champions, dua gelar La Liga, dan berbagai trofi domestik dan internasional lainnya.
Puncaknya terjadi pada tahun 2018.
Baca juga: Daftar Pemain Masuk dan Keluar di Transfer Musim Panas Liga Italia 2025: AC Milan, Lazio, AS Roma
Setelah mengantar Kroasia ke final Piala Dunia, ia memenangkan Ballon d'Or, mengakhiri dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo selama satu dekade terakhir.
Sebuah pencapaian yang membuktikan bahwa kecerdasan dan kerja sama tim masih memiliki tempat tertinggi dalam sepak bola.
Kini, di usia kepala empat, Modric masih menjadi bagian penting dari tim nasional Kroasia.
Ia mungkin tidak lagi secepat dulu, tetapi sentuhan ajaibnya tidak pernah hilang.
Baca juga: Hasil Liga Italia Tadi Malam Pertandingan Lecce vs AC Milan, Skor Akhir 0-2
Ia adalah contoh nyata bahwa usia hanyalah angka.
Dengan visi permainannya, ia mampu "melihat" ruang yang tidak terlihat oleh pemain lain, memberikan umpan-umpan mematikan yang membuka pertahanan lawan, dan tetap menjadi motor serangan tim.
Luka Modric adalah anomali di dunia sepak bola modern.
Ia bukan superstar yang mengandalkan sensasi atau popularitas, melainkan seorang pekerja keras yang berbicara melalui kakinya.
Ia adalah seorang maestro yang mampu mengubah kekacauan di lapangan menjadi sebuah simfoni indah.
Dan meskipun "senja" kariernya semakin mendekat, sang dirigen abadi ini masih terus memimpin, membuktikan bahwa keindahan sepak bola sejati terletak pada kecerdasan dan ketekunan yang tak lekang oleh waktu. (*)
Profil Christos Mandas, Kiper Lazio yang Disisihkan Sarri Bikin Klub Inggris Tergila-gila |
![]() |
---|
Bursa Transfer, AC Milan Masih Tempatkan Dusan Vlahovic Sebagai Target Prioritas |
![]() |
---|
AC Milan Belum Menyerah Kejar Tanda Tangan Dusan Vlahovic |
![]() |
---|
Mike Maignan Tinggalkan AC Milan pada Januari 2026? |
![]() |
---|
Rumor Transfer AC Milan: Mike Maignan Keluar, Kiper Timnas Jepang Masuk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.