Timnas Indonesia
Emosi Memuncak Usai Timnas Indonesia Tersingkir dari Kualifikasi Piala Dunia 2026
Harapan besar Timnas Indonesia untuk melangkah ke Piala Dunia 2026 resmi kandas setelah takluk 0-1 dari Irak pada laga ronde keempat
Menurut Bung GAZ, momen ini menjadi cermin besar bagi sepak bola Indonesia: bahwa pengendalian emosi adalah bagian dari kematangan, baik bagi pemain maupun suporter.
“Saat target tidak tercapai, emosi harus tetap dijaga. Banyak pemain seperti kehilangan arah, padahal performa saat melawan Arab Saudi jauh lebih solid,” tambahnya.
Insiden pelemparan botol bukan hanya mencoreng citra suporter Indonesia, tetapi juga membuka pintu untuk sanksi dari FIFA.
Berdasarkan regulasi, perilaku tidak sportif dari penonton dapat berujung pada denda, pembatasan jumlah penonton, bahkan larangan tanding tanpa penonton.
Hal ini bukan yang pertama bagi PSSI. Pada Maret 2025 lalu, FIFA menjatuhkan denda hampir Rp500 juta serta membatasi kapasitas stadion dalam laga kandang melawan China, buntut dari aksi diskriminatif suporter.
Baca juga: 7 Fakta Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026 Usai Kalah dari Irak, Jay Idzes: Kami Salah
Jika kejadian serupa terus terulang, bukan tidak mungkin Indonesia akan semakin diawasi ketat oleh federasi dunia.
Kekalahan memang menyakitkan, apalagi ketika harapan sudah begitu tinggi.
Tapi dari setiap kegagalan, selalu ada pelajaran. Sepak bola bukan hanya soal menang dan kalah, tapi juga soal bagaimana kita bersikap saat berada di bawah tekanan.
Kini, Timnas Indonesia dan suporter punya pekerjaan rumah besar: menjadi lebih matang, lebih kuat, dan lebih siap menghadapi masa depan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pengamat Menilai Emosi Rusak Permainan Timnas Indonesia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.