Gunung Bugis Kampung Narkoba
Sekolah di Balikpapan Mendidik di Bawah Bayang Kampung Narkoba, Edarkan Pesan Singkat di Waktu Subuh
Pengajar di Sekolah kawasan Balikpapan Barat berjuang mendidik muridnya di tengah bayang-bayang "Kampung Narkoba"
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Christoper Desmawangga
Melalui program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba), Kesbangpol fokus pada kegiatan sosialisasi dan pembentukan Kampung Bersinar (Bersih dari Narkoba), termasuk di kawasan Karang Bugis.
Kepala Kesbangpol Balikpapan, Sutadi, menegaskan bahwa lembaganya berperan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, bukan pemberantasan.
Ia meminta perhatian serius dari seluruh pihak terhadap aktivitas peredaran narkoba di sejumlah kawasan, termasuk Gunung Bugis.
“Tugas kami hanya memfasilitasi. Kami melaksanakan aksi pencegahan, seperti sosialisasi bahaya narkoba dan tes narkoba bagi ASN. Namun, untuk pemberantasan, itu menjadi ranah aparat penegak hukum dan BNN,” jelas Sutadi.
Menurutnya, Kesbangpol merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menjalankan rencana aksi program P4GN di tingkat kota.
Baca juga: 2 Siswa SMPN 4 Balikpapan Sempat Positif Narkoba, Pihak Sekolah Ambil Langkah Tegas dan Humanis
Pihaknya rutin bekerja sama dengan Badan Narkotika Kota (BNK) Balikpapan dalam menggelar sosialisasi di lingkungan sekolah, masyarakat, dan instansi pemerintahan.
Selain itu, Kesbangpol juga mendorong pembentukan Kampung Bersinar di wilayah dengan tingkat kasus narkoba yang tinggi.
“Kalau di satu kelurahan ada peningkatan kasus, kami segera berkoordinasi dengan BNK untuk membentuk Kampung Bersinar. Melalui kegiatan ini masyarakat bisa lebih sadar dan aktif mencegah penyalahgunaan narkoba,” ujarnya.
Sutadi mengakui, wilayah Gunung Bugis memang menjadi salah satu kawasan yang mendapat pengawasan intensif karena sudah lama dikenal rawan aktivitas peredaran narkoba.
“Tantangannya berat, karena permasalahan di Gunung Bugis ini sudah seperti mendarah daging. Selain itu, lokasinya strategis dan banyak jalur keluar masuk, sehingga sulit diawasi sepenuhnya,” ungkapnya.
Meski begitu, Kesbangpol tetap melakukan pemantauan bersama camat dan lurah setempat.
Jika ada laporan peningkatan kasus, langkah pencegahan segera dilakukan melalui sosialisasi P4GN.
Sutadi menambahkan, program P4GN juga didukung alokasi dana dari pemerintah kota sesuai ketentuan Permendagri.
Saat ini, pelaksanaan tes narkoba masih diprioritaskan bagi ASN karena keterbatasan anggaran.
“Kalau ada anggaran lebih, baru kami menyasar kelompok lain seperti karang taruna atau pelajar. Untuk saat ini, fokusnya tetap pada ASN,” pungkasnya.
Satgas Bersinar Bergerak
Lurah Baru Ulu, Abas, tidak menampik adanya label “kampung narkoba” yang disematkan terhadap wilayah Gunung Bugis.
Stigma negatif ini tidak hanya menodai citra kawasan, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Bahkan, ia menyebut stigma tersebut seolah menjadi bayangan gelap yang menghantui kehidupan warga.
Baca juga: Kisah Mantan Pengguna Narkoba di Balikpapan, Aku Berhenti “Demi Orangtua
“Saya tidak menepis, karena itu juga melihat kondisi di lapangan dengan beberapa kali operasi dari aparat penegak hukum,” ujarnya kepada Tribun Kaltim, Kamis (30/10).
Kini, pihak kelurahan gencar melakukan edukasi melalui program Satuan Tugas Bersih dari Narkoba (Satgas Bersinar) yang digagas oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak 2024.
Program ini berfokus pada implementasi nyata P4GN, terutama dalam aspek pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, yang disampaikan rutin dalam setiap pertemuan RT.
Dalam kegiatan edukasi itu, Abas menyampaikan pesan kepada warga agar memahami bahaya narkoba dan menghindari segala bentuk keterlibatan.
“Kami lakukan edukasi kepada masyarakat agar apa yang disampaikan bisa menjadi perhatian dan kesadaran bersama,” ucapnya.
Abas menekankan bahwa inisiatif ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan partisipasi bersama seluruh warga.
Warga Gunung Bugis yang mayoritas berprofesi sebagai buruh dengan tingkat ekonomi rendah, turut merasa terbebani oleh label negatif tersebut.
Dengan sinergi yang terus dimaksimalkan, ia berharap kawasan itu dapat lepas dari bayang-bayang stigma.
“Kami prihatin, karena warga yang tidak terlibat langsung dengan narkoba pun ikut terdampak stigma itu,” kata Abas.
Ia menuturkan, kawasan Gunung Bugis, yang mencakup sekitar 7–8 RT, memang kerap menjadi sasaran operasi aparat kepolisian untuk mengungkap jaringan peredaran gelap narkoba.
Namun, warga justru antusias mendukung kegiatan tersebut setiap kali operasi berlangsung.
Dukungan ini menjadi bentuk harapan mereka agar stigma negatif yang selama ini melekat bisa perlahan sirna.
“Kami maksimalkan edukasi melalui program Satgas Bersinar untuk mengubah citra negatif yang selama ini berdampak pada masyarakat,” pungkasnya.
Sekolah Lawan Narkoba
Upaya Pencegahan di SMPN 4 Balikpapan
- Rutinitas Subuh sebagai Pembiasaan Positif
- SMPN 4 Balikpapan membiasakan siswa bangun sebelum subuh.
- Wali kelas mengirim pesan WhatsApp ke orang tua agar anak salat dan berolahraga pagi.
- Pembiasaan salat Subuh, tadarus, dan Zuhur berjemaah di sekolah.
- Bagi siswa nonmuslim, dilakukan kegiatan rohani sesuai agama masing-masing.
- Larangan keras merokok; pelanggar langsung dipanggil orang tua dan buat surat pernyataan.
- Sekolah bekerja sama dengan BNN dan kepolisian untuk sosialisasi anti-narkoba dan bijak bermedia sosial.
Upaya Pencegahan di SMA Negeri 3 Balikpapan
- Razia rutin setiap bulan terhadap barang terlarang dan tidak relevan
- Ekskul PIK-R aktif menyosialisasikan bahaya NAPZA antar siswa.
- Menerapkan deep learning dengan konsep mindful–meaningful–joyful learning.
- Tes dan assessment rutin, sejauh ini tidak ditemukan siswa terindikasi narkoba.
Program BNN
- BNN Balikpapan membuka layanan rehabilitasi gratis
- Membentuk Unit Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM)-Mengembangkan Program Kelurahan Bersinar (Bersih Narkoba) dengan pembentukan Satgas Bersinar di setiap kelurahan.
Data BNN
- Tahun 2024: 16 penyalahguna dari Balikpapan Barat (1 dari Gunung Bugis).
- Tahun 2025 (berjalan): 12 penyalahguna, tidak ada dari Gunung Bugis.
Profil Pengguna dan Faktor Risiko
- Tahun 2024: mayoritas usia 17–25 tahun.
- Tahun 2025: bergeser ke usia 26–35 tahun.
- Faktor utama: ekonomi, pekerjaan, dan lingkungan tempat tinggal.
- Arus informasi digital mempercepat pengaruh negatif di kalangan muda. (*)
| Fakta di Balik Julukan 'Kampung Narkoba' Balikpapan, Warga Gunung Bugis Berjuang Pulihkan Citra |
|
|---|
| Warga Gunung Bugis Balikpapan Berjuang Hapus Stigma Kampung Narkoba, 'Kami Juga Ingin Hidup Tenang' |
|
|---|
| Pengamat: Stigma Gunung Bugis "Kampung Narkoba" Terbentuk karena Sering Terungkap Kasus Narkoba |
|
|---|
| Pengembangan UMKM Jadi Upaya Hilangkan Stigma Negatif di Kawasan Gunung Bugis Balikpapan |
|
|---|
| Deep Learning hingga Razia Rutin Jadi Strategi SMAN 3 Balikpapan Lindungi Siswa dari Bahaya Narkoba |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251101_Kampung-Narkoba-Part-2.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.