Berita Balikpapan Terkini
Cerita Peristiwa Bersejarah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Kota Balikpapan
Balikpapan alami keterlambatan informasi kemerdekaan meski Presiden Soekarno telah memproklamirkan Kemerdakaan Indonesia
Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Di balik julukan Kota Minyak, Balikpapan menyimpan peristiwa bersejarah dalam perjalanan Kemerdekaan Indonesia.
Dokumentasi sejarah yang terkemas apik terpampang di Cagar Budaya Rumah Dahor, menjadi bukti betapa strategisnya Balikpapan menjadi pusat pengolahan industri minyak.
Pada Juli 1945, Balikpapan menjadi medan pertempuran sengit dari 30 ribu tantara sekutu termasuk Australia, yang menyerang pasukan Jepang untuk menguasai Kilang Minyak.
Baca juga: Rumah Dahor, Saksi Bisu Sejarah Kota Balikpapan yang Kini Jadi Wisata Edukasi Masyarakat
Pengelola Rumah Dahor, Rudiansyah mengatakan bahwa Balikpapan mengalami keterlambatan informasi kemerdekaan meski Presiden Soekarno telah memproklamirkan Kemerdakaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.
Momen bersejarah tersebut baru sampai di Balikpapan sekitar tiga bulan pasca kemerdekaan akibat keterbatasan alat komunikasi lantaran dikontrol ketat oleh Jepang. Tepatnya pada November 1945.
Informasi kemerdekaan baru sampai melalui siaran radio yang didengar oleh pekerja Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), ialah sebuah perusahaan minyak Belanda yang kini menjadi Pertamina. Di mana pekerja tersebut baru tiba di Kota Minyak setelah berlayar dari Pulau Jawa.
“Informasi ini menjadi pemicu semangat masyarakat untuk menyampaikan kemerdekaan,” kata Rudi.
Ketika kabar kemerdekaan beredar ke sudut kota, masyarakat menggelar demontrasi di lapangan Karang Anyar tepat pada 13 November 1945. Peristiwa ini dikenal sebagai Demonstrasi Rakyat Balikpapan sebagai simbol perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Kota Minyak.
“Mereka mengibarkan Bendera Merah Putih sebagai tanda bahwa Balikpapan adalah bagian dari Republik Indonesia yang baru saja Merdeka pada 17 Agustus 1945,” ujar Rudi.
Dalam artian, pengibaran bendera ini menjadi penegasan bahwa rakyat Balikpapan menolak kembali berada di bawah kekuasaan Belanda atau Jepang.
Namun gelaran demonstrasi ini tak berjalan mulus. Bendera Merah Putih gagal berkibar di Kota Minyak, sebab pemimpin aksi demonstran yakni Abdul Moethalib sebagai Tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) Balikpapan ditangkap Belanda.
Meski pengibaran bendera pada 13 November 1945 tidak berhasil, semangat pejuang para pemuda Balikpapan tetap menjadi inspirasi.
Peristiwa bersejarah sebagai upaya pengibaran bendera di Lapangan Karang Anyar ini nyaris tidak ada dokumentasinya.
Hingga nama-nama pejuang tersebut diabadikan dalam sebuah prasasti yang dikenal dengan Tugu Pahlawan atau Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan yang pernah berdiri di kawasan kompleks Pertamina, Karang Anyar.
“Kini, prasasti itu dipindahkan di Rumah Cagar Budaya Dahor, menjadi bagian perjalanan sejarah di Kota Balikpapan,” pungkasnya. (*)
| Kolaborasi Ratusan Seniman Kaltim dan Palu, 2 Kota Satu Panggung di Plaza Balikpapan |
|
|---|
| Rumah Dahor, Saksi Bisu Sejarah Kota Balikpapan yang Kini Jadi Wisata Edukasi Masyarakat |
|
|---|
| Alasan Brimob Polda Kaltim Patroli ke Sejumlah Gereja di Balikpapan |
|
|---|
| RDMP Balikpapan Aktifkan 3.954 Titik Proteksi untuk Amankan Operasi RFCC |
|
|---|
| Dua Menu Best Seller Sushi Ten Balikpapan yang Wajib Kamu Coba! |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251116-Dokumentasi-sejarah-balikpapan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.