Inilah Sebab Kenapa Orang Sumatera Utara Mudah Sembelit

Hanya 5,5 persen warga Sumut berusia 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung serat sesui anjuran WHO.

Editor: Fransina Luhukay
TRIBUNKALTIM.co.id - Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah segar masyarakat Sumatera Utara dalam kehidupan sehari-hari dinilai masih rendah yakni hanya mencapai 5,5 persen.

“Ini berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Hanya 5,5 persen warga Sumut berusia 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung serat sesui anjuran WHO,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Gontar Siregar di Medan, Kamis.

Saat ini, kata dia, pergeseran gaya hidup masyarakat urban cenderung menggemari makanan cepat saji yang tinggi kolestrol namun rendah serat. Ini menyebabkan keluhan gangguan pencernaan seperti sulit buang air besar atau sembelit.

“Padahal akibat kekurangan asupan serat dapat berisiko mendatangkan penyakit yang penanganannya bisa seumur hidup, antara lain kardiovaskuler, kanker colon, kegemukan, penyakit jantung koroner dan banyak lagi,” katanya.

Menurut dia, gejala konstipasi atau gangguan pola Buang Air Besar (BAB) akibat kurangnya asupan serat antara lain dapat menyebabkan BAB kurang dari tiga kali dalam seminggu, merasa tidak puas saat buang air besar, ada lendir dan darah saat BAB, memerlukan waktu yang lebih untuk BAB.

“Serat menyebabkan rasa kenyang, kalau sudah berasa kenyang maka kita tidak lagi mengonsumsi protein, lemak, karbohidrat secara berlebih. Kalau zat itu dikonsumsi secara berlebih maka tidak bagus bagi tubuh,” katanya.

Namun, lanjut dia, hingga kini pemahaman masyarakat tentang manfaat serat ini masih sangat minim di Indonesia, bahkan pada umumnya masih menganggap serat sebagai hal yang sepele, padahal efeknya terhadap kesehatan sangat besar.

Rendahnya kesadaran akan pentingnya serat tersebut terlihat dari data hasil penelitian Departemen Kesehatan tahun 2008, yang menemukan konsumsi serat masyarakat di Indonesia hanya 10,7 gram per hari. Jumlah tersebut masih jauh dari anjuran Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebesar 25 gram-35 gram perhari.

sumber: sehatnews

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved