Diam-diam PT Hutan Hijau Berau Bangun Biogas Engine

Perusahaan Malaysia di Kabupaten Berau itu membangun pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan pabrik CPO, karyawan dan masyarakat sekitar

Editor: Mathias Masan Ola

SAAT perusahaan asal Jerman, Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) menawarkan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar biomasa dari limbah sawit, diam-diam PT Hutan Hijau Mas sudah sejak lama merencanakan pembangunan biogas engine untuk memproduksi gas metana.

Hal itu baru terungkap saat Pemkab Berau bersama Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kaltim, PT PLN Wilayah Berau bersama dua perusahaan kebun sawit dan perusahaan asal Jerman, GIZ menggelar pertemuan.

Setelah mendengarkan pemaparan dari GIZ, Bakri Jamaludi, Production Director PT Hutan Hijau Mas mengatakan, saat ini pihaknya sudah dalam proses lelang pembangunan pembangkit biomasa dengan kapasitas 1 megawatt.

Perusahaan asal Malaysia yang beroperasi di Kabupaten Berau itu membangun pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan pabrik CPO, karyawan dan masyarakat sekitar. "Sesuai dengan moto perusahaan kami, our people, our community and our environment," ujarnya saat ditanya wartawan sesuai pertemuan.

"Dan selama ini (energy listrik) kami berikan untuk kebutuhan pabrik dan pedesaan, 1 megawatt ini bisa melayani kebutuhan domestik karyawan kita semua dan pedesaan. Sesuai dengan kapasitas," ungkapnya.

Namun besar kemungkinan, kata Bakri, pihaknya akan terus mengembangkan embangkit listrik biomasa ini. "Kedepan produksi kami semakin lama semakin meningkat, nanti kita juga akan meningkatkan produksi listrik," papar Bakrie dengan bahasa melayu.

PT HHM, kata Bakrie, menargetkan, pembangkit listrik biomasa itu akan rampung dan beroperasi pada akhir tahun 2015 ini. ôSekarang sedang dalam proses tender dan akhir tahun ini sudah bisa beroperasi,ö imbuhnya.

Kenapa baru diungkapkan sekarang? "Selama ini kita tidak mengetahui jika pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar biogas ini merupakan proram pemerintah. Jadi bukan berarti kami ingin mencari keuntungan dari segi listrik, karena untuk mendapat 1 megawatt ini biaya produksinya besar," bebernya.

Meski demikian, Bakri mengaku sependapat dengan usulan yang ditawarkan oleh GIZ. "Mereka ingin memberikan keuntungan bagi perusahaan kita dan sekaligus memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Apalagi ini juga sejalan dengan program pemerintah," tandasnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved