Hidroponik
Membuka Peluang Bisnis dari Hobi Bercocok Tanam dengan Hidroponik
MENANAM dengan sistem hidroponik makin naik daun. Di Indonesia, penggiat hidroponik ini makin menjamur. Tak terkecuali di Balikpapan.
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - MENANAM dengan sistem hidroponik makin naik daun. Di Indonesia, penggiat hidroponik ini makin menjamur. Tak terkecuali di Balikpapan. Jumlah penggiatnya terus bertambah, anggota komunitasnya pun ikut bertambah.
Mudah, praktis, dan sehat membuat sistem bercocok tanam ini cepat digemari dan menjadikannya sebagai hobi baru. Perkembangan terakhir, berhidroponik tak hanya menjadi hobi yang menyenangkan hati tetapi juga menyehatkan isi dompet. Pasalnya, hasil bercocok tanam dari hidroponik cukup digemari di masyarakat seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
"Kesadaran masyarakat untuk berpola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat makin tinggi. Ini pun akhirnya berimbas pada konsumsi makanan sehat. Dan masyarakat tahu bahwa sayuran yang dihasilkan dari sistem hidroponik lebih sehat dibanding yang dengan cocok tanam tradisional. Karena hidroponik tidak menggunakan pestisida bahan kimia," tutur Eva LAM, penggiat hidroponik dari Belajar Bareng Hidroponik (BBH) dalam Workshop Bertanam Sayur Hidroponik yang digelar Komunitas Hidroponik Balikpapan dan Rumah Hijau Balikpapan, pekan lalu.
Dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat itu lah membuat permintaan sayuran hidroponik pun meningkat. "Dan di Balikpapan potensi bisnisnya masih sangat besar. Karena selama ini dipasok dari luar Kaltim. Sehingga di sini harganya mahal, bandingkan dengan di Bandung yang harganya hanya setengahnya. Jadi, bisnis tanaman hidroponik di Balikpapan masih sangat besar dan menguntungkan, bila dipasok langsung dari Balikpapan," imbuh Eva.
Toni PSM yang juga narasumber dalam workshop tersebut mengimbuhkan, untuk membuat Balikpapan mandiri pangan terutama sayur-sayuran hidroponik, caranya bisa ditempuh dengan membuat kelompok usaha hidroponik. (BACA: Komunitas Hidroponik Balikpapan: Sehat di Tubuh, Untung di Kantong)
"Jadi dibuat seperti kelompok tani gitu. Dengan berkelompok, kita bisa menyuplai kebutuhan masyarakat melalui supermarket atau tempat lainnya secara kontinyu dan kualitasnya tetap terjaga. Jadi bila petani yang satu lagi kosong, bisa disuplai oleh anggota lainnya. Dan hal-hal teknis lainnya lebih mudah dilakukan bila berkelompok," kata Toni yang juga pengusaha hidroponik di Bandung.
Di Balikpapan peluang bisnis yang berawal dari hobi ini sudah dilakuka oleh Estri Rustriningsih, pemilik Rumah Hijau. Hanya saja belum merambah ke mini market atau supermarket. Konsumen Rumah Hijau masih pada ibu-ibu rumah tangga di komplek perumahan dan anggota pengajian. "Sementara ini baru melayani perumahan dan pengajian. Karena space di rumah masih terbatas," imbuh Estri.
Rumah Hijau juga sudah memproduksi bermacam sayuran seperti pokchoi, selada, sawi daging, seledri, daun bawang, cabai, tomat, kangkung, dan lain-lain. Sekali memenuhi pesanan jumlahnya mencapai puluhan kilogram.
Hal yang sama juga rencananya akan dilakukan oleh Susi Triyana Lim. "Sekarang sih masih hobi saja, tapi tidak menutup kemungkinan melirik ke bisnisnya," kata Susi, penggiat hidroponik di Bontang. (BACA: Warga Balikpapan Belajar Berkebun dengan Media Hidroponik)
Saat ini hasil dari bercocok tanamnya baru tahap dikonsumsi sendiri. "Karena memang ingin sehat. Jadi mau tanam sendiri, karena yang banyak di pasaran kan sayurannya kena pestisida. Jadi sejak menanam secara hidroponik saya banyak makan dari hasil kebun sendiri," katanya.
Selain lebih sehat, sayurannya pun lebih enak. "Ya mudah-mudahan ke depan hasil tanamnya juga bisa untuk dijual," kata Susi yang menanam di teras rumahnya di Sepinggan Pratama.
Oleh karena itu meski sudah banyak hasil yang ia petik dari berhidroponik, Susi masih terus rajin belajar baik melalui sharing di facebook Hidroponik Balikpapan maupun workshop yang digelar Rumah Hijau dan Komunitas Hidroponik Balikpapan. "Banyak ilmu yang didapat dari workshop dan sharing di komunitas," imbuh Susi.
Di workshop yang dihadiri 65 orang dari Balikpapan, Samarinda, Long Ikis, Tarakan, dan Berau tersebut banyak informasi yang didapat dari para narasumber. Mulai dari dasar-dasar bertanam hidroponik, cara menangani penyakit, hingga menjalani bisnis hidroponik. (*)