Keluarga
Dampak Buruk Bullying pada Anak
AKSI kekerasan baik dalam bentuk tindakan ataupun kata-kata yang kini lebih sering digunakan istilah "bullying"bisa terjadi pada siapa saja.
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Ade Miranti
TRIBUNKALTIM.CO - AKSI kekerasan baik dalam bentuk tindakan ataupun kata-kata (ejekan, cemooh, dan lain-lain) yang kini lebih sering digunakan istilah "bullying" pun bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Tak terkecuali di lingkungan orang-orang yang berpendidikan bagus. Biasanya bullying dilakukan berulang-ulang secara agresif dengan tujuan menyerang seseorang yang lemah kebanyakan sasarannya.
Dari segi pandang psikolog Patria Rahmawaty, timbulnya perilaku seseorang bertindak menindas atau melakukan kekerasan, disebabkan berbagai macam pengaruh. Di antaranya, lingkungan, pergaulan dan teknologi.
"Pengaruh lingkungan keluarga yang penuh tekanan, stres dan konflik menjadi pemicu perilaku bully. Bagi anak remaja, karena pengaruh teman sebaya, pesatnya kemajuan teknologi terutama gencarnya internet. Melihat dari televisi atau media massa juga bisa. Sementara, orang dewasa biasanya terjadi akibat konflik internal yang dialami dan berdampak stres. Beban kerja dan emosional yang labil," katanya memaparkan.
Dia menyebutkan ada tiga jenis bully, secara fisik, verbal dan mental. Di Indonesia, dari segi pengamatannya, mengarah secara mental. Seperti mengejek, menghina, membentak dan menghasut. Sedangkan dari sisi verbal, melihat dari kulturnya yang beragam, lanjut Patria kurang terbiasa bersikap asertif (kemampuan untuk mengungkap pemikiran/ide secara lugas dan apa adanya).
"Kalau verbal cenderung menggunakan media sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata kasar," katanya.
Dampak bullying bagi anak-anak, remaja dan dewasa berbeda. Sebab, tekanan yang dialami ketiga tingkatan tersebut juga berbeda. Sering kita temukan kalangan dewasa hampir menempuh dengan cara yang tidak lazim ketika menghadapi tekanan tersebut. Bisa menyebabkan bunuh diri atau memberontak.
"Secara umum, untuk anak-anak dan remaja, dampaknya muncul rasa minder, membatasi saat bergaul, prestasi belajar dan motivasi semangatnya menurun. Untuk dewasa, menutup diri dan membatasi diri juga dalam pergaulan," ujarnya. (*)