Puncak Perayaan Paskah, Jemaat ini Gunakan Pakaian Adat Dayak
"Tahun-tahun sebelumnya, kita sudah pernah menggunakan pakaian adat Jawa. Tahun ini pakai baju Dayak hingga menggunakan hiasan suku asli Kalimantan".
Penulis: Christoper Desmawangga |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pada malam Paskah yang akan berlangsung pada Sabtu (4/4/2014) malam di Gereja Santo Lukas, Samarinda, seluruh petugas peribadatan akan menggunakan pakaian adat Dayak. Pada tahun sebelumnya, petugas peribadatan menggunakan pakaian adat NTT.
Hal ini dilakukan karena di Samarinda sendiri terdapat berbagai macam suku dan budaya. Pemilihan penggunaan pakaian adat merupakan penjadwalan yang telah dilakukan setiap tahunnya. (Baca juga: Puasa Umat Katolik 40 Hari, Adakah Waktu Sahur, Berbuka dan Batal?)
"Tahun-tahun sebelumnya, kita sudah pernah menggunakan pakaian adat Jawa. Tahun ini pakai baju Dayak hingga menggunakan hiasan suku asli Kalimantan itu. Ini akan digilir terus menerus," ucap Pastor Prilion kepada TRIBUNKALTIM.CO.
Pastor Prilion menjelaskan tentang makna dari malam Paskah yang merupakan puncak dari peribadatan umat Katolik. Malam Paskah sendiri merupakan pesta kemenangan, pesta kebangkitan Tuhan yang menjadi raja dan dimuliakan Allah. Kehadirian Dia (Yesus) akan memberikan semangat baru, melalui sabdaNya.
Dalam semangat kebangkitan yang dirayakan pada malam Paskah, kiranya dapat menjadi kekuatan baru untuk setiap yang menghayati kesetiaan hidup dalam hubungan sesama manusia, sehingga menjadi hubungan yang sejati sebagai manusia yang beriman.
"Sebelumnya, kita umat Katolik melakukan puasa dan berpantang selama 40 hari. Pada malam Paskah merupakan pesta kemenangan, pesta kebangkitan Yesus," pungkasnya. (*)