Kesehatan

Anda Kecanduan Kopi? Terapi Ini untuk Mengurangi Konsumsi Kafein

Banyak dari kita kecanduan kopi dalam beragam bentuk. Entah kopi hitam, mochaccino, latte atau jenis minuman lain berkafein.

THINKSTOCK.COM
Ilustrasi - Kopi hitam 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sehari tanpa minum kopi tubuh terasa tak enak. Apakah itu yang Anda rasakan? 

Banyak dari kita kecanduan kopi dalam beragam bentuk. Entah kopi hitam, mochaccino, latte atau jenis minuman lain berkafein. Tetapi dari mana kita tahu kebiasaan ngopi kita sudah berlebihan?

Psikolog saat ini menerapi mereka yang mengalami kelainan konsumsi kafein dengan sejenis terapi bicara. Kelainan itu ditandai dengan kegagalan atas usaha mereka mengurangi konsumsi kafein atau mengalami ketergantungan fisik yang efek ketagihannya sama dengan ketergantungan obat.

Tim dari John Hopkins University Baltimore dan American University Washington DC mengatakan efek negatif ketergantungan itu meliputi kecemasan, gugup, sakit perut dan suasana hati yang tegang. Waktu tidur pun berkurang.

"Efek ketagihan itu juga meliputi sakit kepala, kelemahan, dan mengalami gejala mirip flu," kata mereka.

Saat ini cognitive-behavioural therapy yang lazim digunakan mengatasi penyakit kecemasan, digunakan juga untuk membantu mengurangi asupan kafein secara drastis. Pengobatan itu terdiri dari terapi bersama konselor terlatih dan pasien diberi buklet terapi yang dibawa pulang.

Baca: Sebaiknya Anda Berhenti Minum Kopi Luwak Sekarang, Ini Alasannya

Seperti terapi ketergantungan obat, pasien mengikuti program pengurangan kafein, di mana kafein dikurangi setiap pekan selama lima minggu untuk mengurangi gejala ketergantungan yang tak menyenangkan dengan progres tercatat dalam buku harian.

Dalam penelitian terhadap 67 orang, tim peneliti menemukan peserta mengurangi konsumsi kafein sampai 77 persen dengan sampel air liur yang menguatkan laporan pribadi mereka.

Lebih dari tiga perempat mengurangi konsumsi kopi di bawah 200 mg sehari, setara dengan dua mug kopi instan.

Di awal studi yang merupakan satu dari percobaan modifikasi kafein terkontrol terbesar, pasien mengonsumsi rata-rata sekitar 670 mg sehari.

Professor Laura Juliano dari American University mengatakan penemuan ini membuktikan terapi yang terdiri dari terapi cognitive-behavioural dan pengurangan kafein bertahap dapat membantu seseorang yang mencari penyembuhan konsumsi kafein bermasalah.

Baca: Menikmati Kopi dengan Suasana Kolonial di Warung Tinggi

Ia menambahkan umumnya para ahli merekomendasikan konsumsi kafein tak lebih dari 400 mg untuk orang dewasa sehat tak hamil. "Namun beberapa peserta studi melaporkan efek negatif konsumsi harian di bawah 400 mg," katanya.

"Kafein adalah obat psikoaktif paling banyak digunakan di dunia, " simpul peneliti di jurnal Consulting and Clinical Psychology.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved