Kalau Bersih dan Ditata, Sungai Karang Mumus Bisa Sejajar dengan Sungai di Luar Negeri
Potensi itu diungkapkan I Gusti Bagus Putra, Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Samarinda kepada Tribunkaltim.co, Kamis (4/2/2016), ada di SKM.
Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Untuk mengubah Sungai Karang Mumus (SKM) menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat lokal dan luar Samarinda, bukanlah sebatas mimpi belaka.
Potensi itu diungkapkan I Gusti Bagus Putra, Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Samarinda kepada Tribunkaltim.co, Kamis (4/2/2016), ada di SKM.
Bila dikelola dengan baik kata dia, bukan tidak mungkin SKM bisa menyamai sungai-sungai yang sudah ditata indah seperti Thailand dan beberapa negara lainnya.
"Tapi kalau saat ini memang masih belum ke arah sana," katanya.
Memang menurutnya, untuk mewujudkan hal itu tidak bisa instan. Menurutnya, tidak ada salahnya memulai dari hal-hal kecil tapi memang menjadi masalah mendasar di SKM itu, yakni kebersihan.
Harusnya kata dia, perhatian pemerintah untuk SKM ini bisa lebih ditingkatkan seiring dengan perkembangan Samarinda yang mengandalkan sektor perdagangan dan jasa.
"Intinya bersih dulu," katanya.
Jika sudah bersih kata dia, pastilah investor-investor akan mulai berdatangan. Hal yang paling mungkin kata dia, investor kapal-kapal wisata dan kapal-kapal penyebrangan masyarakat yang ditata sedemikian rupa dan memiliki daya tarik.
"Bisa jadi salah satu destinasi wisata," katanya.
Dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu, Prof Eny Rochaida dari Universitas Mulawarman ketika menanggapi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Samarinda mengatakan, jika ingin menyebut diri sebagai kota jasa, maka Samarinda Harus bebas dari eksploitasi sumber daya alam (SDA).
Yang pertama harus diketahui kata dia, apa-apa saja yang memang menjadi unggulan daerah. Saat ini, Samarinda menyebut dirinya kota jasa tapi masih ada tambang batu bara. Hal itu menurutnya, sangat bertolak belakang gambaran kota jasa.
Baca: Mengenang Indahnya Sungai Karang Mumus Era 1985-an
"Jangan-jangan kita masih di sektor tambang, itu bukan jasa. Dan belum layak disebut kota kalau masih ada tambang disini. Kota itu, disana perdagangan, transportasi baik, pariwisata yang tumbuh. Di sini nggak ada satu pun bicara pariwisata. Padahal jasa yang tidak habis itu pariwisata," katanya.
Hal senada seputar tidak dimunculkannya pariwisata sebagai sektor unggulan, juga disayangkan Prof Sarosa Hamongpranoto. Keberadaan Sungai Mahakam beserta anak-anak sungainya menurutnya sebuah potensi besar untuk menghadirkan sebuah wisata air di Samarinda. Selain ramah lingkungan, pariwisata kata Sarosa sangat berpeluang menghidupkan enonomi kerakyatan yang bisa mensejahterakan masyarakat.
Bukan hanya alam, kearifan lokal yang ada di Samarinda juga menurutnya bisa digali dan dipertahankan dan menjadi sebuah potensi pariwisata.
"Di tepian Sungai Mahakam, Sungai Karang Mumus itu bisa kita jadikan wisata air. Jadi potensinya sangat besar," katanya. (*)