Milisi Abu Sayyaf
ABK yang Selamat dari Penyanderaan Menolak Jika Harus Kembali Berlayar Menuju Filipina
Pasalnya hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai nasib rekan-rekannya tersebut.
Penulis: Christoper Desmawangga |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sudah 54 hari 7 anak buah kapal (ABK) Tug Boat Charles 00 menjadi sandera kelompok bersenjata Filipina, Milisi Abu Sayyaf.
Hingga saat ini pula belum ada kejelasan mengenai kapan mereka akan dibebaskan.
Bahkan, pada awal Agustus silam, kelompok yang menamakan Abu Sayyaf itu memberikan tenggat waktu pembayaran uang tebusan senilai Rp 60 miliar untuk dapat dibayarkan paling lama 15 Agustus mendatang, dan hari ini sudah memasuki H-1 dari tenggat waktu yang ditentukan.
M Syahril (34), seorang ABK yang selamat dari penyanderaan mengaku sangat prihatin dengan kondisi keluarga para sandera saat ini.
Baca: Waktu Sisa Dua Hari dari Tenggat Waktu, Dokter dan Psikolog Dampingi Keluarga Sandera yang Stres
Pasalnya hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai nasib rekan-rekannya tersebut. Bahkan, kendati selamat dari kelompok Islam ekstremis itu, dirinya tetap tidak dapat tenang dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.
"Walaupun saya selamat, tetap saja tidak dapat tenang, karena rekan-rekan saya masih belum jelas nasibnya, terlebih melihat berita yang belum ada perkembangan sama sekali, kasihan kelaurganya," ungkapnya saat ditemui di kantor pusat PT PP Rusianto Bersaudara, jalan Nakhoda, Sabtu (13/8/2016).
Lanjut dia menjelaskan, sebelum bergebung dengan kru kapal TB Charles 00, dirinya merupakan kru kapal TB Mulawarman 10, sedangkan kru kapal yang paling lama ia kenal yakni, Robin Piter (juru mudi) dan M Natsir (masinis III), yang keduanya masih disandera.
"Kurang lebih sudah 8 tahun saya kenal mereka (Robin Piter dan M Natsir), sedangkan kru kapal lainnya baru saya kenal, termasuk dengan kapten kapal. Dan, terakhir saya bertemu mereka itu ya saat tanggal 20 Juni itu, saat kami ditangkap," tuturnya.
Saat kelompok bersenjata itu naik ke atas kapal, dirinya sedang tidur, lalu dibangunkan oleh salah satu ABK, dan dirinya pun langsung bergabung dengan kru kapal lainnya, saat itulah mulai para penyandera memilih kru kapal yang akan dibawa.
Dia pun mengaku tidak tahu menahu jika kapal melewati jalur yang dilarang, karena memang dirinya tidak termasuk dalam pengambilan keputusan dalam menentukan rute pelayaran.
Baca: Hari ke-51 Penyanderaan, Keluarga dan Perusahaan Gelar Doa Bersama untuk Keselamatan ABK
"Itu keputusan kapten dan petinggi lainnya, saya tidak ikut dalam pengambilan keputusan. Tapi hal itu tidak usah lagi dipermasalahkan, yang penting mereka selamat dulu," ucap pria asal Makassar itu.
Akibat peristiwa tersebut, dirinya pribadi menolak jika ditugaskan untuk kembali berlayar menuju Filipina, kendati mendapat pengawalan dari aparat, dia pun lebih memilih untuk berlayar di dalam negeri saja.
Dia mengaku, sejak 2004 bekerja pada PT PP Rusianto Bersaudara, dirinya baru dua kali berlayar ke Filipina, sedangkan di kawasan dalam negeri, hampir semua daerah sudah ia singgahi.