Robohnya Patung Monpera
Inilah Dua Kejadian Bersejarah di Balik Berdirinya Patung Monpera
Satu dari tiga patung itu memakai pakaian adat khas Dayak, tangan kirinya memegang tameng dan tangan kanannya mengangkat mandau
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO -- Mengagetkan. Kota Balikpapan, Kalimantan Timur hari ini (8/9/2016) kehilangan salah satu ikonnya.
Sebuah tugu monumental setinggi 7 meter yang berdiri di Jalan Jenderal Sudirman tiba-tiba roboh sekitar pukul 14.40 Wita.
Ya, tugu itu adalah tugu Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang diresmikan sejak puluhan tahun silam.
Sebagian besar warga Balikpapan tentu sudah mengenal tugu ini. Pondasinya seperti trapesium, lalu di atasnya terdapat patung tiga prajurit dengan ekspresi bersemangat.
Satu dari tiga patung itu memakai pakaian adat khas Dayak, tangan kirinya memegang tameng dan tangan kanannya mengangkat mandau. Ia berdiri di belakang dua rekannya (berpakaian tentara) yang berjibaku menancapkan sebilah bambu di tanah. Dan di ujung atas bambu itulah berkibar bendera merah putih yang sudah sobek sebagian.

Patung tiga prajurit di Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Balikpapan. (FOTO: TribunKaltim.co/Budi Susilo)
BACA JUGA: BREAKING NEWS - Saat Angin Kencang, Terdengar Dentuman Keras, Patung Setinggi 7 Meter Itu Roboh
Dikutip dari laman Wikipedia, bangunan ini memang didirikan untuk mengenang dua kejadian bersejarah yang terjadi di Balikpapan.
Peristiwa yang pertama adalah usaha penghalangan oleh masyarakat Balikpapan atas kedatangan pasukan tentara Belanda yang memasuki daerah Pantai Klandasan Ilir.
Dari peristiwa ini banyak korban berjatuhan, baik dari masyarakat Balikpapan maupun tentara Belanda yang membuat daerah ini banyak sekali terdapat jenazah.
Peristiwa kedua adalah terjadinya pembantaian besar-besaran oleh tentara Jepang terhadap serdadu Belanda untuk memperebutkan sumur Mathilda.
Tentara Jepang yang sedang berambisi menguasai dunia berusaha keras mengalahkan tentara Belanda, dan akhirnya Belanda kalah dalam peperangan tersebut.
Pembantaian itu menewaskan lebih dari 80 serdadu Belanda beserta dengan Jendral mereka.
BACA JUGA: Dandim Instruksikan Sterilisasi, Police Line Dipasang Kelilingi Patung yang Roboh
Selepas peperangan, sumur Mathilda direbut kembali oleh masyarakat Balikpapan.
Untuk mengenang peristiwa ini, maka dibangunlah monumen ukiran batu dengan bentuk tentara Indonesia bersama masyarakat Balikpapan mendirikan bendera merah putih yang melambangkan perjuangan rakyat Balikpapan.