Dipeluk Kakak Angkatnya Usai Persidangan, Begini Ekspresi Wajah Sedih Ahok
Dalam sebuah ruangan di Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Ahok terlihat tengah duduk di atas bangku.
TRIBUNKALTIM.CO - Terdakwa kasus dugaan penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terlihat sedih, seusai menjalani persidangan yang melilitnya.
Dalam sebuah ruangan di Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Ahok terlihat tengah duduk di atas bangku.
Saat itu, Ahok terlihat tengah dipeluk oleh kakak angkatnya, Nana Riwayatie.
Raut wajah Ahok dan Nana terlihat merengut, cenderung sedih.
Ahok tampak memegang tangan kakak angkatnya itu.
Saat persidangan, Ahok menolak disebut ada niatan untuk menistakan agama dengan menyitir Surat Al Maidah ayat 51, saat kunjungan kerja ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September lalu.
Saat membacakan eksepsi, Ahok bercerita, bagaimana dirinya dibesarkan oleh orang tua angkat yang beragama muslim, meski dilahirkan oleh kedua orang tuanya beragama nasrani.
Dalam kehidupan pribadinya, ucap Ahok, dirinya kerap berinteraksi dengan teman-temannya yang beragama Islam.
"Termasuk dengan keluarga angkat saya Almarhum Haji Andi Baso Amier, yang merupakan keluarga muslim yang taat," ucap Ahok di Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Selain diasuh dengan keluarga Islam, Ahok mengaku sedari kecil, sejak menginjakan Sekolah Dasar, belajar mengenai Islam dari guru-gurunya.
Mempelajari agama Islam, ucap Ahok, berlanjut hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama.
"Sehingga sejak kecil sampai sekarang, saya tahu harus menghormati ayat-ayat suci Al Quran," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Ahok sempat berhenti sejenak, dan melanjutkan pembacaan nota keberatan sambil terisak.
"Jadi saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa dituduh sebagai penista agama Islam," kata Ahok.
Kemudian, Ahok kembali bercerita, dirinya dilahirkan dari pasangan keluarga non-muslim, Indra Tjahaja Purnama dan dan Buniarti Ningsih.